30. DO I WANNA KNOW? - Artic Monkeys🎶

3.7K 162 9
                                    

Ayana sesekali melewati kamar Lily, dirinya tidak mendengar adanya pertengkaran antara Laut dan Lily sepertinya mereka sudah berbaikan pikir Ayana.

Keluarga Lily memang cukup modern mengenai hubungan percintaan. Orang tua Lily tidak pernah ingin ikut campur urusan percintaan Lily apalagi setelah mereka mengetahui sepertinya hubungan Lily dan Laut mulai serius.

"Bi, nanti kalau Laut butuh pakaian baru saya sudah siapin ya. Saya mau pergi dulu." Ucap Ayana sebelum berangkat pergi.

"Oh baik nyonya."

•**•

"Laut.. kamu cinta sama aku?" Tanya Lily sembari memeluk Laut yang berada di sebelahnya.

"Apalagi yang perlu aku buktiin, Ly?"

"Soalnya kamu kan nggak pernah bener-bener suka sama aku." Ucap Lily.

"Stop bilang kayak gitu, aku malu karna udah nerima taruhan dari beno." Jawab Laut.

"Aurora.. she's a good-"

"Nggak usah bahas rora." Potong Laut.

"She deserve to be happy." Ucap Laut.

"But you hurt her."

"That's why I let her go, Ly."

"She let you go, Laut. And you held me back.. So you can hurt me instead of her?" Tanya Lily sengaja.

"Ly nggak gitu! Kamu tau aku nggak mau kayak gitu."

"Tell me about yourself. I barely know you." Ucap Lily mengalihkan pembicaraan.

'Setidaknya aku harus tau sedikit tentang kamu sebelum aku pergi.' Batin Lily.

Laut menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya. Sembari menatap langit-langit kamar Lily dan tangan kiri nya yang menjadi bantal kepala Lily, Laut mulai menceritakan mengenai dirinya.

"Kedua orang tua aku cerai, dari aku smp. Nggak lama setelah mereka cerai Kak Sam di jodohin sama anak temen papa dengan terpaksa. Sebelum aku tinggal sama kak Syena, aku tinggal sama papa. Tapi, papa abusive, papa selalu mukulin aku setiap mabuk.

Mama papa cerai karena mama selingkuh. Fakta ini yang ngebuat aku mikir bahwa perempuan nggak ada yang baik selain kak Syena. Sekarang udah nggak gitu setelah aku kenal kamu.

Aku punya mental illness, aku bipolar disorder, Ly.
I can't live without my pills and there's no cure for this disorder, Ly.

Aku 3x mencoba untuk bunuh diri, bahkan Gentala dan Aurora nggak tau tentang ini. Aku hampir mati 3x, Ly. Overdose pill, self-harm, gantung diri... suicidal thoughts selalu ada di pikiran aku setiap aku kambuh.

Aku sulit kontrol emosi aku, aku minta maaf kalau aku sering nyakitin kamu. Kadang aku terlalu impulsive dalam melakukan sesuatu, aku susah untuk kontrol itu kalau adrenalin aku tinggi. Tapi aku emang sekarang dibawah penanganan dokter kok."

"Kamu mau tau apalagi tentang aku?" tanya Laut setelah menjelaskan panjang lebar mengenai dirinya.

Lily yang memang pada dasarnya memiliki hati yang lembut merasa sedih mendengar cerita Laut. Ternyata setiap sikap dari seseorang pasti selalu ada alasan dibalik itu.

Pelukan Lily kepada Laut semakin mengencang. Dirinya tidak menyangka Laut memiliki cerita hidup yang begitu pahit.

"Sorry.. to hear that."

"Nggak papa, walaupun luka itu masih ada tapi aku udah mulai menerima semuanya. Sekali lagi aku minta maaf ya, Ly. Maaf aku udah nyakitin kamu dan dengan nggak tau dirinya aku mohon-mohon masuk ke hidup kamu lagi."

"Itu sadar." Jawab Lily.

"Laut, kamu harus baik-baik aja tanpa atau adanya aku. Hidup kamu lebih berharga dari apapun itu, banyak yang sayang sama kamu. Jangan bolos ke dokter ya, ok." Ucap Lily.

Laut mengangguk, Lily dan Aurora, mereka sama-sama perempuan yang baik dan lembut.

"Makasih ya, Ly."

"Aku juga mau tau dong tentang kamu, Ly." Tanya Laut.

"Nothing special di hidup aku, tapi luka pertama yang aku dapet yakni pas my baby sister died karena car accident. Waktu itu mama mau jemput aku pulang sekolah pas aku masih SD terus mama kecelakaan dan cukup parah sampai adik perempuan aku yang waktu itu baru berusia kurang lebih 2 bulan meninggal."

"Di US?" Tanya Laut.

"Yup!"

"Aku masih inget betapa histeris nya mama waktu itu dan lumayan bikin traumatik." Ucap Lily.

"But you're ok kan sekarang?" Tanya Laut sembari mengeratkan pelukannya pada Lily.

Lily mengangguk.

"Love you, Ly." Ucap Laut.

"Kamu nginep?" Tanya Lily.

"Emang boleh? Kan ada ortu kamu."

"Boleh, mama sendiri yang nyuruh kita ngobrol disini."

"Ya aku sih ok-ok aja. Tapi nggak enak."

"Yaudah sana pulang!" Ucap Lily sembari mendorong Laut menjauh dari pelukannya.

"Ih sayang! Kan masih sore."

"Udah jam 8 malem!" Ucap Lily dengan sedikit sewot.

"Aku nginep deh kalo di paksa."

"Nggak ada yang maksa kamu dih."

Laut terkekeh karena melihat pipi Lily yang perlahan berubah menjadi pink.

"Lucu banget sih?!" Ucap Laut sembari menarik hidung mancung Lily.

"Sakit ih!"

Cup

"Masih sakit sayang?" Tanya Laut setelah mencium pucuk hidung Lily.

Lily langsung menyembunyikan muka nya di dada bidang Laut. Lily yakin saat ini pipi dan telinga nya sudah semerah cherry.

Laut kembali terkekeh melihat tingkah malu-malu Lily.

"Oh ya, waktu itu kamu ngapain ke obgyn?" Tanya Laut tiba-tiba.

Pertanyaan Laut membuat jantung Lily berhenti berdetak sedetik.

•**•
Hiiiiiiiii!!!

Apa kabar???!!!

LAUT KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang