34. ALWAYS - Daniel Caesar🎶

3K 125 5
                                    

Flashback

Lily kembali meringkuk di kasurnya setelah memuntahkan isi perutnya untuk yang sekian kalinya.

"Duh aku kenapa ya?" Gumam Lily.

Lily sempat menghubungi Elena untuk menanyakan tentang keadaannya. Kebetulan kakak perempuan Elena merupakan seorang dokter. Lily di minta untuk konsultasi dengan kakak perempuan Elena.

"Ly, lo nggak hamil kan?" Tanya Elena sembari menyetir.

"Hah?"

"Lo udah sejauh itu sama Laut? Kalo gue boleh tau? Soalnya gejala lo kayak ibu hamil. Gue jadi inget nyokap gue pas awal hamil Aira." Ucap Elena.

"Masa aku hamil El? Nggak mungkin." Ucap Lily.

Jawaban Lily sudah menjawab pertanyaan Elena, dan Elena paham itu.

"Semoga nggak." Jawab Elena.

Sesampainya di Rumah Sakit, Lily langsung menuju UGD ditemani oleh Elena untuk berkonsultasi dengan kakaknya.

Tak lama kemudian pemeriksaan selesai, "Ini aku resepin obat pusing dan anti mualnya ya, kamu sedang nggak mengandung kan? Karena obat pusing nya ini nggak boleh buat ibu hamil."

Lily menggeleng.

Elena menyenggol lengan Lily, "n-nggak tau kak.." ucap Lily.

"Loh?"

"Kak lo ada testpack nggak? Biar dia cek dulu deh." Ucap Elena.

"Nggak ada lah kakak, kamu beli dulu aja di apotek Rumah Sakit habis itu balik kesini ya." Ucap kakak Elena.

Setelah membeli testpack untuk Lily, Elena langsung menyuruh Lily untuk mengecek.

Lily keluar dari kamar mandi dengan jantung berdebar hebat. Dirinya tidak berani melihat hasil testpack itu.

"El.. kamu aja yang lihat." Ucap Lily.

Elena langsung menganbil testpack dari tangan Lily dan melihat hasilnya. Sontak mata Elena membola dengan sempurna.

"Ly.. lo.."

"Apa? Positif ya, El?" Tanya Lily.

Elena mengangguk sembari memberi testpack Lily.

Lily langsung menjatuhkan dirinya di lantai. Bagaimana ini? Dirinya akan ada perlombaan sebulan lagi. Bagaimana Lily akan mengatakan kepada kedua orang tua nya? Bagaimana Lily akan memberi tahu Laut tentang hal ini?

"El.. aku harus apa?" Tanya Lily dengan mata berair dan tatapan yang kosong.

"Lo jangan mikir macem-macem, semua pasti ada jalan keluar nya. Gue bakal bantu lo apapun itu."

Sepulang dari Rumah Sakit, Elena mengantar Lily pulang ke rumah. Elena berencana untuk tinggal sebentar di rumah Lily karena orang tua Lily sedang tidak ada di rumah.

"Loh? Elena?" Tanya Ayana yang ternyata sudah pulang dari terbang.

"E-eh tante?"

Elena yang semula membantu Lily berjalan dengan menahan kedua bahu Lily otomatis melepaskannya.

"Lily kenapa? Kamu sakit?!" Tanya Ayana panik.

"Mama?" Lily baru menyadari ada mama nya di depannya. Dirinya terlalu hanyut ke dalam lautan pikiran untuk mencari jalan keluar.

"Lily nggak enak badan aja mah." Jawab Lily bohong.

"Ly, kalo gitu gue balik ya." Ucap Elena.

"Makasih ya El, tolong jangan kasih tau siapa-siapa dulu." Bisik Lily.

Elena mengangguk paham.

Setelah kepergian Elena, Lily langsung masuk ke dalam kamarnya.

"Kamu beneran nggak papa, Ly?" Tanya Ayana.

"Iya mah, Lily mau tidur dulu ya." Ucap Lily.

"Cepet sembuh baby nya mama." Ucap Ayana.

Mata Lily semakin memanas membayangkan orang tua nya kecewa terhadapnya karena Lily tidak bisa menjaga dirinya sendiri.

"Maafin Lily ya ma, pa." Gumam Lily di sela tangisnya.

•**•

Semalaman suntuk Lily memikirkan apakah harus tetap mempertahankan janin ini atau Lily gugurkan saja. Dan bagaimana cara memberi tahu kedua orang tua nya.

Pagi ini Lily sarapan dengan lesu, rasa mual kembali menyerangnya. Abraham yang baru pulang tugas subuh tadi ikut merasa khawatir melihat Lily yang tiba-tiba berlari untuk memuntahkan isi perutnya di tengah sarapan pagi ini.

"Astaga, Ly! Kamu kenapa sih?" Tanya Ayana sembari memijat tengkuk Lily.

"Lily... ada yang mau Lily omongin ma." Ucapnya.

Lily kembali berjalan ke meja makan bersama Ayana. Bukannya duduk di kursi Lily malah berlutut di Lantai.

"Lily, Lily hamil." Ucap Lily.

Sendok Abraham dengan otomatis terjatuh. Sedangkan Ayana, ayana begitu terkejut dengan kesaksian putrinya ini.

Ayana menggenggam tangan Abraham mencoba untuk meredam emosi suaminya ini.

"Maafin Lily, maafin Lily karena Lily lalai. Lily minta maaf." Ucap Lily di sela tangisnya.

Ayana langsung turun dari tempat duduk dan menarik Lily kedalam pelukannya. Ayana paham pasti Lily merasa tertekan dan terbebani dengan masalah ini.

"Terima kasih sudah berani berkata jujur kepada mama dan papa ya, Ly." Bisik Ayana dengan air mata yang ikut luruh.

"Maafin Lily ma, Lily minta maaf."

"Siapa?" Kata-kata pertama yang keluar dari mulut Abraham.

"Siapa bapak dari janin yang kamu kandung?"

"Lily tetap akan mempertahankan janin ini apapun yang terjadi itu pa, Lily-"

"PAPA TANYA SIAPA?!"

Lily tersentak mendengar nada tinggi papa nya.

"L-laut."

"Kurang ajar!!" Abraham bangkit dari kursi nya dan berencana menghampiri Laut.

"Papa stop! Pa!" Ucap Lily sembari menghadang Abraham.

"Papa.." Lily memeluk Abraham dengan kuat. Abraham menangis di pelukan Lily.

Putri kecilnya..

"Kenapa Ly? Kenapa?" Tanya Abraham lirih.

"Lily minta maaf, Lily minta maaf papa." Ucap Lily ditengah tangisnya.

"Kamu dipaksa? Kamu dipaksa Laut? Iya, Ly?" Tanya Abraham mencoba denial.

"Papa kecewa sama Lily, Lily tau itu. Tapi Lily berani bersumpah bahwa semua ini terjadi karena Lily ikut andil di dalam nya dengan suka rela. Laut nggak pernah memaksa Lily sekali pun."

"L-Laut.. Laut orang baik." Tambah Lily.

Walaupun hati nya telah remuk di sakiti oleh Laut, tapi Lily tetap dengan sadarnya memuji Laut.

"Sekarang apa rencana kamu?" Tanya Abraham.

"Lily akan membesarkan anak ini di luar negeri, tanpa campur tangan Laut sedikitpun." Jawab Lily.

•***•

BONUSSSSSS NIH...
Jangan lupa vote & komennya ya bestiee!! ❤️

LAUT KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang