44. STILL - Jeff Bernat🎶

2.1K 106 6
                                    

Selamat membaca❤️

__

Laut menuruni tangga dengan malas, dirinya berniat untuk pergi menyusul Gentala bermain basket daripada harus berhadapan dengan Samudera.

Samudera mengamati Laut yang sedang menuruni tangga.

"Lo mau kemana?" tanya nya.

"Bukan urusan lo!"

"Gue tau dimana Lily."

Deg!

Langkah Laut langsung berhenti saat mendengar ucapan Samudera.

Laut langsung menatap ke arah Syena yang duduk tidak jauh di sebelah Samudera. Syena menggeleng-gelengkan kepalanya, mengisyaratkan bahwa bukan dirinya lah yang memberitahu Samudera.

"Nggak mempan." jawab Laut.

"Lo tau gue deketin Lily bukan karena gue suka dia kan?" Tanya Samudera.

"Nggak usah macem-macem ya lo!" Teriak Laut.

"Wow, santai. Ternyata Lily sekarang lebih penting daripada Aurora ya di hidup lo?"

"Samudera." panggil Syena, berusaha menghentikan pertengkaran antara adik dan kayak ini.

"Harusnya gue bisa bikin dia benci lo lebih lagi, tapi sayang, Lily udah keburu pergi ninggalin lo." ucap Samudera.

"Samudera!" teriak Syena. Syena tahu Samudera memang sengaja memancing emosi Laut.

"Brengsek!" ucap Laut sembari menarik kerah baju Samudera.

"BERHENTI!"

"Gio?" beo Syena.

"Abang?"

"Laut, pergi kalau kamu mau pergi. Dan kamu Samudera, ikut abang!" ucap Gio, suami Syena.

"Buat kamu," ucap Gio sembari memberi Laut satu amplop berwarna putih saat Laut berjalan melewati Gio.

Tujuan Laut saat ini adalah markas TopGun. Hanya disinilah dirinya bisa menjernihkan pikirannya.

"Bang Zeiro, udah lama nggak mampir bang." ucap salah satu anggota topgun yang lain.

"Yoi, ada siapa aja?"

"Ada bang Kayden sama Zoey Zayn."

"Ok, gue masuk dulu ya." ucap Laut.

Laut tersenyum melihat Zayn dan Zoey yang sedang tertidur di pangkuan Kayden.

"Bang." panggil Laut.

"Jer, kesemutan gue sumpah, gimana ini." ucap Kayden.

"Nikmatin bang." jawab Laut sembari tersenyum tipis dan duduk di depan Kayden.

"Gimana cewek lo?"

"Pusing gue, mau susul ke rusia, besok." jawab Laut.

"Paham gue Jer, lo pikir bini gue nggak pernah kabur? Gue udah khatam ditinggal bini gue. Kalo lo emang cinta dan mau perjuangin dia jangan pernah macem-macem lagi setelah itu." ucap Kayden.

Laut mengangguk paham.

Tidak lupa dengan amplop yang kakak iparnya kasih, Laut segera membuka dan melihat isi amplop itu.

"Hah?!" Laut begitu terkejut saat melihat apa isi dari amplop itu.

"Kenapa?" tanya Kayden.

"Bang, gue mau balik dulu, malem ini gue berangkat ke rusia." ucap Laut.

"Hah?" beo Kayden.

"Abang gue, udah urus semuanya. Shit! Bang doain gue ya please.. Gue nggak mau kehilangan Lily." ucap Laut kegirangan.

Setelah mengetahui fakta bahwa kakak iparnya ini membantu proses keberangkatan Laut menjadi lebih cepat, dirinya langsung kembali ke rumah untuk mengepak barang-barang yang ingin ia bawa ke russia.

Beruntung ternyata Samudera sudah pulang, jadi Laut tidak perlu berurusan dengan kakak laki-laki nya itu.

"Bang Gio, makasih ya." ucap Laut.

"Selesaikan dengan cara laki-laki. Awas sampai aku dengar kamu meninggalkan dia, Laut." ucap Gio.

"Nggak akan bang."

"Kamu tahu, seberapa besar rasa malu yang ditahan oleh pak Abraham. Semua petinggi membicarakan beliau, bahkan aku saja malu mendengarnya, Laut."

"Maafin Laut, bang."

"Bereskan dengan cepat masalah mu!" ucap Gio.

"Siap." ucap Laut sebelum berlari menuju kamarnya.

•**•

"Kak, makan malam dulu." ucap Lily kepada Bara.

"Thank you, Ly."

Selama makan malam Lily banyak bercerita mengenai segala hal kepada Bara, terutama mengenai Laut.

"Saya harap kamu bisa kembali kepada Laut." ucap Bara.

"Kak bisa nggak ngomongnya aku-kamu aja jangan pake saya, kesannya kakak kayak dosen aku." protes Lily.

"Maaf, Ly. Aku kan memang sudah tua."

"Nah gitu pake aku kamu aja. Anyway, back to the topic. Laut nggak mungkin mau menikah sama aku kak."

"Kenapa?"

"He's scared of that commitment."

"Why? Menurutku kamu bisa mengarahkan laki-laki manapun untuk menjadi lebih baik. Kamu perempuan hebat, Ly."

"Karena dia memulai hubungan ini pun tidak dengan serius kak, and it's hard to believe in him."

"Aku paham, tapi Ly, kalo memang kamu butuh bantuan aku, aku selalu ada."

"Thank you kak." jawab Lily sembari tersenyum.

Selesai makan malam, Bara pulang dan Lily menelpon mama nya. Lily bercerita betapa excited nya ia akan segera terbang ke australia beberapa hari lagi.

"Mama kenapa sih? Kok kayak nggak semangat gitu?" tanya Lily kepada mama nya di seberang telephone.

"Eh? Maaf Ly, mama cuma kecapekan aja. Kandungan kamu gimana?"

"Lily sempet ngidam rujak deh ma, tapi karena disini nggak ada jadi Lily tahan."

"Haduh, kenapa nggak buat sendiri?"

"Males ma."

"Kamu baik-baik aja kan disana nak? Kamu nggak kangen pulang ke rumah?"

"Kangen dong masa nggak, Lily juga belum ngajuin surat keluar dari kampus ma."

"Kamu serius dengan keputusan ini?"

Lily merasa ada yang aneh dengan mama nya, "Iya. Lily akan mulai kehidupan baru ma."

•**•

Selama hampir 24 jam perjalanan di atas awan, akhirnya Laut mendarat tepat dibelahan bumi dimana Lily saat ini berada. Laut yang sama sekali tidak familiar dan tidak paham negara ini hanya bisa berharap dirinya bisa sampai di tempat tujuannya dengan selamat.

Tujuannya saat ini hanya satu, Lily.

Saat ini jam menunjukkan pukul 9 pagi dan Laut sudah berdiri tepat dimana Lily tinggal selama ini.

"Dingin banget." gumam Laut sembari menyesap rokok yang ada di sela jari nya itu.

Sepertinya semesta benar-benar mendukung kisah cinta antara dua sejoli ini.

Laut, dirinya melihat Lily berjalan keluar dari apartemen itu.

Tapi tunggu, siapa laki-laki yang merangkul mesra lengan Lily?

"Lily!" panggil Laut.

•***•

To be continued

🙇🏻‍♀️🙇🏻‍♀️ maaf sudah menunggu lama yaa gengs HEHEHE

LAUT KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang