kejujuran Azha

2.3K 102 4
                                    

"Lo mau kemana za?"

"Mau ke pesantren, kenapa? Kamu mau ikut? Kupiah putih sudah bertengger di atas kepalanya.

"Males banget" Alesha memilih membaringkan tubuhnya di atas kasur sembari memerhatikan Azha yang masih sibuk merapikan sarungnya.

"Zha!" panggil Alesha lagi

"Hm, kenapa?"

"Nggak jadi" Alesha palingkan tubuhnya jadi membelakangi Azha, pria itu melihat tingkah istrinya dari pantulan cermin, terlihat lucu saat Alesha meringkuk memeluk guling, Azha duduk di pinggiran ranjang, tubuh kecil Alesha terlihat begitu mungil.

"Kenapa?" Azha bertanya dengan lembut.

"Nggak papa"

"Bohong banget, pasti lagi kenapa-kenapa kan" Alesha berdecak kesal.

"Gue nggak papa"

"Ya udah kalau nggak ada yang mau kamu omongin, saya berangkat ya, kamu hati-hati di rumah, assalamualaikum "

"Waalaikumsallam " Azha mengusap pucuk kepala Alesha sesaat sebelum pergi. Alesha melengkungkan bibirnya saat Azha sudah menghilang dari balik pintu kamar.

"Dasar suami nggak peka... Akh perut gue sakit banget" kembali Alesha meringkuk, hari pertama datang bulan sungguh menyiksa bagi beberapa wanita termasuk Alesha. Sejak bangun tadi alesha merasakan keram yang amat menyiksa di perutnya, biasanya sang Mamah yang dengan sabar mengusap punggung serta perutnya jika sudah datang bulan seperti ini, tapi sekarang mereka sudah berjauhan, niat hati tadi ingin meminta Azha mengantikan sang mamah untuk mengelus perut dan pinggangnya, tapi pria itu ternyata sudah rapi siap untuk berangkat ke pesantren.

"Pasti nggak sabar mau ketemu si Ning Raisa itu, dasar... Semua cowok sama aja, ngeselin..awkh, perut gue mau meledak rasanya"

....

"Assalamualaikum "

"Waalaikumsallam, masuk " dengan sopan Azha melangkah masuk kedalam ruangan pria yang begitu ia hormati.

"Eh, kamu zha" Azha tersenyum, Abah Usman berdiri dan menyambut kedatangan Azha, pria muda itu mencium dengan takzim tangan pendidik yang sudah memberikannya begitu banyak ilmu saat di pesantren.

"Duduk zha" mereka duduk di sofa.

"Apa kabar kamu zha, kok dua Minggu nggak pernah datang ke pesantren"

"Maaf Abah, dua Minggu terakhir saya sama teman-teman komplek ngurus lomba anak-anak, jadi nggak sempat kepesantren " Abah Usman tersenyum dan mengusap punggung Azha.

"Iya, Ais sudah bilang ke Abah"

"Azha!" panggil pria paruh bayah itu.

"Iya, Abah" Azha fokuskan pandangannya, ia menunggu kalimat apa yang akan Abah Usman sampaikan

"Ikut Abah, kita ke ndalem, temui yang lain" Azha Mengangguk, ia ikut berdiri setelah Abah Usman lebih dulu berdiri

"Abah, bangunan di sana untuk apa, kemarin saya kesini Belum ada" ucap Azha setelah mereka melewati bangunan yang baru berdiri pondasinya.

"Ah itu, itu buat tempat tinggal Raisa, insyaallah setelah menikah... Abah pengen mereka punya tempat tinggal sendiri" Azha mengangguk paham

"Kamu sudah sarapan, zha"

"Alhamdulillah, Sudah"

"Kabar orang tua kamu gimana, zha"

"Alhamdulillah mereka sehat, cuman sering ngeluh sakit pinggang aja, Biasalah faktor usia" Azha tersenyum setelah berucap demikian begitu juga dengan Abah Usman

"ELZHA" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang