kehangatan

2K 80 13
                                    

Malam ini hujan turun dengan deras, mengguyur kota dengan percikan airnya. Udara malam jauh lebih dingin dari biasanya, selimut tebal yang digunakan seakan tak mampu memberikan kehangatan.

Tubuh yang saling memunggungi juga belum bisa larut kealam bawah sadar. Ada isi kepala yang bertarung di dalamnya, mengusik pikiran yang berakhir dengan kegelisahan.

Alesha mengusap perutnya yang masih rata, ia teringat lagi kejadian beberapa jam lalu di pasar malam, di mana Azha yang begitu bahagia menggendong gadis kecil yang terpisah dengan orang tuanya.

Sesaat senyum Alesha mengembang, tapi kemudian sirnah, bersamaan dengan tangan di atas perut yang berhenti bergerak abstrak. Alesha menggeleng dengan mata tertutup.

Sempat terbesit di kepalanya untuk tetap mempertahankan janin yang mulai tumbuh di rahimnya, tapi saat petir menyambar, wajah bahagia Azha justru berganti dengan wajah kesakitan sang mamah, kejadian bertahun-tahun itu masih tetap menghantui Alesha. Wajah pucat, di sertai erangan erangan kesakitan membuatnya menjerat tanpa sadar.

Azha yang juga belum tidur jelas kaget dan segera membalik tubuh menghadap istrinya. Azha tidak mengeluarkan suara, ia lebih memilih memeluk mencoba menenangkan dengan kehangatan. Jeritan berubah menjadi Isak tangis memilukan.

"Nggak, gue nggak mau, nggak mau, gue takut" suara Alesha putus-putus, ada sesak yang tidak tertahankan, tangan Azha yang melingkar di perutnya mengusap perlahan.

"Gue takut, takut Zha" Alesha menahan tangan Azha saat ia rasakan usapan tangan Azha yang tidak seperti biasanya, di tambah lagi dengan Azha yang terus diam. Alesha singkirkan tangan itu dari atas perutnya.

"Maaf, aku mimpi buruk, kamu bisa tidur lagi" Bukannya menurut, Azha kembali melingkarkan tangannya di pinggang Alesha, menggosok-gosok wajahnya di tengkuk Alesha.

"Mimpi buruk? Hm"

Tak kunjung mendapatkan jawaban, Azha mengarahkan Alesha tidur menghadapnya, cuaca di luar dingin, tapi kening Wanita itu di penuhi keringat. Azha mengusap kening sang istri dengan jari-jarinya, kemudian ia bubuhkan tanda cintanya di sana.

"Sekarang tidur lagi ya, aku peluk kamu" Alesha melingkarkan tangannya di pinggang Azha, mencari kehangatan di pelukan suami tercinta, menenggelamkan wajah di dada Azha, tangannya mencengkram kuat baju kaos yang Azha kenakan.

"Tidur yang nyenyak tuan putri, kesayangan ku"

Pada akhirnya mereka terlelap juga dengan posisi saling memeluk, sejak awal sebenarnya memang itulah yang mereka perlukan untuk saling menenangkan tanpa adanya ungkapan perasaan.

....

"Sayang, hari ini temenin aku ke pasar, ya" Azha matikan kompor setelah sayurnya mendidih.

"Iya, kamu mau beli apa emang?" Satu mangkuk sayur Azha pindahkan ke meja makan, Alesha juga sudah duduk di sana.

"Mau beli buah, sama beli jajan"Azha tarik satu kursi di samping Alesha, ia sendokkan sayur ke piringnya juga piring sang istri.

"Makasih sayang" tak lupa Alesha Selalu mengucap terimakasih setiap hal kecil yang Azha lakukan untuknya, bentuk perhatian yang Azha berikan sebagai bentuk kasih sayang untuk Alesha.

"Iya, makan yang banyak biar cepat besar" satu sudut bibir Alesha terangkat, ia seperti anak kecil yang di suruh makan banyak oleh orang tuanya.

"Iya, aku makan banyak, biar gendut, terus kamu ilfil sama aku, terus kamu pergi ninggalin aku dan nikah sama Raisa" mendengar celetukan sang istri, Azha pun hanya tertawa saja.

"Iyakan, kamu bakalan ninggalin aku kan kalau aku gendut, jelek, nggak terawat" Azha palingkan wajahnya menghadap Alesha, anakan rambut Alesha yang tidak ikut terjepit Azha rapikan ke belakang telinganya.

"ELZHA" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang