ketakutan Alesha

2.4K 95 1
                                    

"Azha" Azha mengehentikan langkah saat namanya di panggil seorang wanita.

"Ning Raisa" Belo Azha, Raisa melangkah mendekati Azha dengan pandangan terus menunduk.

"Ning Raisa, ada apa"

"Abah nanyain kamu za, sudah dua Minggu kamu nggak pernah ke pesantren, ada apa?"

"Maaf Ning, dua Minggu terakhir saya sibuk ngurusin lomba di komplek perumahan saya, insyaallah besok saya ke pesantren, sekalian minta maaf juga sama Abah Usman " Ning Raisa mengangkat wajahnya, ia terkejut saat melihat lebam di pipi sebelah kiri Azha.

"Azha, muka kamu kenapa?" Raisa tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya pada pria yang sudah menawan hatinya. Azha menyentuh pipinya, ia meringis saat bagian lebam ia tekan cukup kuat.

"Azha, jangan di tekan, wajah mu lebam" tegur Raisa, Azha tersenyum singkat.

"Sebaiknya kamu obatin dulu za, takut ada luka dalam"

"Nggak papa Ning, nanti aja di rumah..., sampaikan salam saya dengan Abah Usman, insyaallah besok saya ke pesantren, saya masuk dulu Ning" jelas Azha menghindar, ia takut tidak bisa melupakan sosok Ning yang dulu sangat ia harapkan bisa menjadi pendampingnya, tapi takdir berkata lain, Azha tidak ingin hatinya condong lagi kepada wanita yang tidak seharusnya ia beri rasa, tujuannya sekarang hanyalah Alesha, menjaga hati untuk Seseorang yang telah halal untuknya.

....

"Alesha" Alesha menepis tangan Dafa dari pergelangan tangannya.

"Lo kenapa si, Sha... Lo mengindari gue?"

"Apaan sih Lo, gue nggak tuli, nggak usah teriak-teriak " ketus Alesha

"Sha, gue minta maaf... tadi malam gue marah, gue cemburu liat Lo jalan sama cowok itu, sha, Wajarkan gue marah " suara Dafa memelan, pria itu genggam tangan sang kekasih.

"Maaf ya sayang, jangan marah lagi, aku sayang kamu" Alesha kembali menepis tangan Dafa.

"Udah ah, gue mau masuk kelas "

"Nanti kita ngobrol ya, please"

"Iyaaa" jawab Alesha seadaanya.

"Aku tunggu habis kelas kamu" Dafa berteriak dari luar karena Alesha sudah masuk ke dalam kelas.

....

Raisa tidak fokus lagi dengan materi yang disampaikan kelompok Azha, ia lebih fokus pada lebam di pipi pria itu, sungguh ia kawatir, Raisa tidak sepolos itu sampai tidak tau jika lebam itu akibat pukulan Seseorang.

"Ais"

"Raisa" barulah Raisa sadar setelah pundaknya sedikit di goyangkan

"Ii--iya Kenapa "

"Kamu mikirin apa sih, dari tadi aku liat ngelamun aja, Kenapa?" Raisa menggeleng.

"Aku nggak papa ko"

"Bohong banget, kamu dari tadi liatin Azha kan" goda Dewi sahabatnya

"Apa sih, nggak... tau wi" Raisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia terlalu Gugup di tanya seperti itu.

"Ngaku aja deh, tatapan kamu nggak bisa bohong Ais, ketahuan banget khawatirnya"

"Rasa kawatir itu kan wajar wi"

"Iya... Emang wajar, tapi rasa kawatir kamu beda Ais, tatapan kamu ke dia itu beda"

"Udah ah, aku nggak mau bahas ini lagi... Saya ingin bertanya " Raisa mengangkat tangannya untuk mengalihkan perhatian Dewi, jika tidak seperti itu Dewi akan terus menanyakan hal yang tidak-tidak.

"ELZHA" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang