"nanasnya mana?" Alesha melepaskan pelukannya, ia tatap wajah Azha yang terlihat mengingat-ingat sesuatu.
"Zha, nanasnya mana?"
"Astaghfirullah, aku lupa sayang, ya Allah, maaf ya" wajah Alesha seketika murung, ia memilih duduk di sofa ruang tamu dengan tangan terlipat di depan dada. Azha tidak bohong, pria itu sungguh melupakan pesanan sang istri, Azha masih kesal dengan ucapan Daffa saat di pesantren. Di sepanjang jalan saat pulang, Azha hanya mengingat Daffa, sampai ia lewatkan pesanan istri tercinta.
Azha duduk di samping Alesha, tangannya menyelip di belakang untuk merangkul pinggang ramping Alesha, Alesha membuang wajahnya, ia sudah sejak tadi menunggu Azha membawakan nanas untuknya.
"Aku lupa sayang, besok aku beliin ya"
"Nggak usah! Aku aja yang beli" Alesha melepaskan secara paksa tangan Azha dari pinggangnya, ia berdiri berniat meninggalkan Azha, tapi dengan cepat Azha menarik Alesha hingga perempuan itu duduk di atas pangkuannya.
Alesha masih terus memberontak minta di turunkan, begitu Juga dengan Azha yang semakin mengeratkan pelukannya"Iiih! Lepas! Aku mau ke atas" Azha membungkam Omelan Alesha dengan mendaratkan ciuman di bibir ranum wanita itu.
Bukannya luluh, Alesha justru semakin kesal, jari-jari lentik Alesha mendarat mulus di bibir Azha.
"Makan tu!, Cium lagi" Alesha berhasil turun dari atas pangkuan Azha, dengan perasaan Kesal tidak di belikan nanas, Alesha melenggang masuk kedalam kamar, suara bantingan pintu terdengar jelas.
"Kayaknya harimau nya lagi pms" Tiba-tiba saja Azha tersenyum saat mengingat sesuatu.
"Oh iya, kan lagi hamil, jadi nggak pms" Azha menyusul Alesha masuk kedalam kamar, untungnya pintu tidak terkunci, sepertinya Alesha juga tidak berniat membuat Azha tidur di luar, secara kalau tidur, Alesha terus mencari kehadiran Azha dan memeluknya.
Alesha berdiri di depan jendela, menyadari Azha yang masuk kedalam kamar, menatap kosong ke arah luar. Langit malam yang begitu indah, ada beberapa bintang kecil yang bersinar menemani bulan agar tidak kesepian.
Langit malam terlihat cerah, berbeda dengan dua malam sebelumnya yang selalu turun hujan yang menenangkan.
Azha mendekat, memeluk Alesha dari belakang, kepalanya bertumpu di pundak Alesha, mereka menatap langit bersama, Alesha tidak memberontak seperti sebelumnya, tangan Azha yang ada di atas perutnya ia genggam dengan erat.
"Ngapain, hm?" Hembusan nafas Azha tepat mengenai kulit leher Alesha" mikirin apa, kenapa ngelamun?"
"Mau nanas" ucap Alesha datar.
"Kenapa jadi pengen banget makan nanas?"
"Pengen aja, gimana tadi acaranya?" Alesha sedikit memalingkan wajah agar bisa menatap Azha. Azha melepaskan pelukannya, ia duduk di tepian tempat tidur, kedua tangannya mengarah kebelakang sebagai tumpuan, secara bergantian, Azha renggangkan otot-otot lehernya yang kaku. Alesha ikut duduk di samping Azha.
"Alhamdulillah lancar, ada sedikit masalah aja"
"Apa?" Alesha terlihat begitu penasaran, Azha menoleh membuat pandangan mereka bertemu.
"Daffa, aku ketemu Daffa di sana" kedua alis Alesha terangkat, ia bingung dengan apa yang Azha katakan, kenapa Daffa ada di sana, untuk apa dia di sana, dan masalah apa sampai Azha benar-benar terlihat malas saat menyebut namanya.
"Daffa? Dia kenapa ada di sana, kamu di apain sama dia? Alesha mendekat, meraih tangan Azha untuk di genggam, sudut bibir Azha terangkat ke atas. Azha lepaskan genggaman tangan Alesha dari tangannya dan beralih ia yang menggenggam tangan dingin itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
"ELZHA"
Teen FictionSingkat saja, bercerita tentang sepasang suami istri yang menikah bukan karena cinta, semuanya bermula dari orang tua pihak perempuan yang menyerah untuk merubah anak mereka menjadi lebih baik, akhirnya ia sepakat dengan sang istri untuk menikahkan...