Tak tentu arah

2K 94 13
                                    

Tau apa yang menyakitkan setelah jatuh cinta? kehilangan. Mungkin itu yang sekarang seorang pemuda yang luntang lantung tak tentu arah, mencari kesana-kemari sosok wanita yang hampir satu bulan menghilang tanpa jejak entah kemana.

Azha menunggu dengan setia kepulangan sang istri di depan rumah mewah bercat putih tulang di depan mata. Entah kemana Alesha pergi dengan kedua orang tuanya, entah apa yang sekarang terjadi dengan janin di dalam kandungan istri tercinta, entah seberapa banyak pesan juga panggilan telepon yang Azha kirimkan untuk Alesha.

Azha tidak tau, yang Azha tau hanyalah perasaannya yang begitu merindu. Merindukan sosok wanita yang begitu cerewet dengan amarah yang meledak-ledak, wanita yang selalu tidur dengan posisi memeluknya dengan erat, wanita yang menunggunya dengan setia setiap memasak, wanita yang selalu mengucapkan terimakasih untuk apapun yang Azha lakukan untuknya, Azha rindu. Azha ingin mendekapnya, Azha ingin meminta maaf atas apa yang ia lakukan waktu itu, Azha ingin katakan di depannya jika ia menyesal.

Lingkaran hitam di bawah mata sepertinya sudah cukup menjadi bukti seberapa lelahnya pria itu mencari. Baju lusuh beberapa lembar yang  ia bawa selalu Azha cuci dengan asal di tempat berudu masjid terdekat, tempatnya tidur setelah lelah seharian mencari Alesha.

Tidak tau ketempat siapa ia harus mencari, tidak tau kerabat mana yang harus di temui. Azha tidak tau satupun keluarga Alesha yang tinggal di Jakarta ataupun di Bandung, yang ia tau hanyalah kedua orang tua Alesha. Azha tidak ingin membuat kedua orangtuanya ikut khawatir jika tau Alesha pergi entah kemana.

Azha yang baru saja selesai melaksanakan Sholat Dzuhur kembali lagi menunggu di depan rumah Alesha, berharap sang istri datang dengan keadaan sehat, juga janin di dalam kandungan.

"Sayang.... kamu di mana, aku kangen kamu, Sha, pulanglah" lirih Azha dengan suara terdengar parau karena menahan sesak di dalam dada.

"Aku minta maaf, Sha. Maafkan aku... Maaf..." Azha bersimpuh di hadapan rumah Alesha, kepala pria itu menunduk menatap penuh kehampaan, tangannya mengepal hingga urat-uratnya nampak menonjol jelas, sedetik kemudian air matanya tumpah, bahunya mulai bergetar.

"Aku minta maaf, aku salah, sha, maaf"

Terdengar hembusan nafas begitu berat, Azha mengangkat kepalanya dang mengenadah menatap langit yang nampak cerah. Mata teduh pria itu merah berair, Azha tersenyum getir seraya menghapus jejak air mata di wajahnya.

Ponsel di dalam saku celana Azha keluarkan, tak ada kata lelah sedikitpun untuk mengirimkan puluhan pesan permintaan maaf untuk Alesha yang keberadaanya entah ada di mana.

Tidak ada satupun pesan yang Alesha baca, begitu juga panggilan dari Azha. Seakan wanita itu sengaja mematikan ponsel miliknya agar Azha tidak dapat mencari keberadaannya.

"Sayang, aku masih di depan rumah kamu, aku menunggu kamu pulang, sayang. Aku minta maaf, aku salah, aku janji nggak akan nyakitin kamu lagi, aku mohon pulanglah, Sha, pulang.... aku mohon...." Azha berucap lirih dan mengetikan hal serupa ke nomor Alesha, setetes air mata turun mengenai layar ponselnya.

Setelah mengirim pesan, Azha kembali mencoba menelpon, tapi lagi-lagi, hanya operator menyebalkan yang menanggapi panggilannya.

"Nak, Azha" Azha mengenali suara itu, Azha lekas membalik dan tersenyum pada pria yang mungkin seumuran dengan sang ayah.

"Bapak Rehan" Azha bergumam, ia  berdiri dan menghampiri pria dengan pakaian Kokoh putih dan sarung yang terata begitu rapi. Azha menjulurkan tangan dan menyalimi dengan Takzim punggung tangan pria itu.

"Sudah makan, Nak" Azha mengeleng dengan kepala menunduk. Pria itu menepuk bahu Azha pelan

"Mau makan siang dengan bapak, di depan ada warteg langganan bapak, bapak yakin kamu insyaallah suka" Azha mengangkat kepalanya yang sejak tadi terus menunduk. Azha sebenernya hanya berusaha menyembunyikan keadaan matanya yang mungkin merah karena menangis, ia merasa malu dengan bapak baik hati yang selalu menjadi imam Shalat di Masjid tepatnya beristirahat.

"ELZHA" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang