Azha yang sejak tadi menunggu dengan cemas di depan kamar mandi langsung berdiri saat pintu kamar mandi di buka. Alesha dengan kepala menunduk berjalan menghampiri Azha, Azha yang tadi nampak cemas kini mengukir senyum di wajahnya, ia peluk Alesha.
"Nggak papa sayang, belum rejeki kita" Alesha melepaskan pelukannya, ia arahkan benda kecil berwarna merah muda itu di hadapan Azha, pria itu nampak tidak percaya, ia secara bergantian menatap wajah sang istri dan benda kecil dengan dua garis yang terlihat begitu jelas di bagian tengahnya.
"Sa--sayang..." Alesha yang tadi memasang wajah tertekuk kini melebarkan senyum seraya mengangguk.
"Iya sayang, aku hamil" ucap Alesha begitu antusias. Azha tak kuasa menahan tangisan bahagianya, pria itu kembali menarik lengan sang istri dan memeluknya.
"Kamu senang?"
"Aku nggak tau seberapa senangnya aku, Sha. Aku bahagia, aku senang. Kita baru saja kehilangan calon anak pertama kita, dan sekarang Allah gantikan dengan cepat, aku bahagia sayang, aku bahagia" Alesha pun meneteskan air matanya, perasaan bersalah kini terbesit lagi di ingatannya. Alesha tak katakan apapun, ia lebih mengeratkan lagi pelukannya.
"Aku sayang kamu Zha, aku sayang kamu" gumamnya dalam hati.
.....
Azha membantu memijat pelan tengkuk Alesha yang sedang memuntahkan semua sarapan yang baru saja ia makan bersama Azha. Alesha bersihkan mulutnya, peluh bercucuran di wajah yang nampak pucat itu.
"Azha...." Alesha melengkungkan bibirnya ke arah bawah, ia peluk lagi Azha.
"Sayangnya aku, kita keluar ya" Alesha Mengangguk.
"Duduk dulu, aku ambilkan minum"
Sepeninggal Azha, Alesha berdiri di depan cermin yang ada di kamarnya. Ia angkat baju kaos rumahan milik Azha yang nampak kebesaran ditubuhnya. Alesha menyunggingkan senyum, ia usap perut yang masih terlihat rata.
"Anak ibu manja ya sama ayah, hem. Kalau nggak ada ayah nggak muntah tuh, tapi kalau ada ayahnya... hem manjanya" Alesha menatap cermin saat ia rasakan tangan melingkar di perutnya, ia pandangi Azha dari pantulan cermin di depannya. Alesha menyingkirkan tangannya dan membiarkan Azha mengusap-usap perutnya. Matanya menutup menikmati setiap usapan Azha yang mampu menenangkan.
"Anak ayah manja ya kata ibu?"
"Iya ayah, si dede manja banget kalau ada ayahnya, kemarin ayah nginep di pesantren nggak ada tu ibu muntah-muntah" Alesha mengusap punggung tangan Azha dengan ibu jarinya. Azha mencium singkat pundak sang istri dan melepaskan pelukannya.
"Minum dulu sayang" segelas air hangat yang sebelumnya Azha letakkan di atas lemari ia ambil dan Azha berikan lagi pada Alesha.
"Makasih sayang" keduanya duduk di pinggiran ranjang, Azha ambil alih gelas yang sudah kosong dan ia letakkan lagi keatas meja. Alesha tersenyum ke arah Azha dan menyenderkan kepalanya di bahu Azha, Azha melingkarkan tangannya di pinggang Alesha.
"Anda dari awal aku bisa menerima kehamilan ku, kita pasti bisa rasakan kebahagian ini lebih awal, iya kan, Zha?" Azha hanya tersenyum, tangannya sibuk mengelus-elus perut rata Alesha.
"Aku seneng banget, Zha. Seneng banget"
"Aku juga sayang.... aku juga sene....ng banget"
Tiba-tiba terbesit sesuatu di kepala Alesha yang membuatnya tiba-tiba menegakkan lagi duduknya. Alesha menatap Azha
"sayang, kabar Ning Raisa sama Daffa gimana?"
"Tiba-tiba nanyain mereka? kenapa?" kedua bahunya terangkat
KAMU SEDANG MEMBACA
"ELZHA"
Teen FictionSingkat saja, bercerita tentang sepasang suami istri yang menikah bukan karena cinta, semuanya bermula dari orang tua pihak perempuan yang menyerah untuk merubah anak mereka menjadi lebih baik, akhirnya ia sepakat dengan sang istri untuk menikahkan...