Menghilang

2.6K 98 22
                                    

"Maaf ya ka, saya nggak bisa ngurus kafe di hari minggu sendiri, terpaksa ganggu waktu kaka" Azha melepas Apron yang sedikit kotor karena terkena tumpahan kopi saat pesanan membludak.

"Saya yang harusnya minta maaf sama kamu" Azha menjeda Kalimatnya, ia pukul pelan pundak pria yang terlihat masih sangat muda di hadapannya itu.

Azha lanjutan lagi kalimatnya "Saya nggak ada bantu kamu di kafe, padahal hari ini kafe pasti kedatangan banyak pelanggan, maaf ya" pria yang usianya lebihnya muda dari Azha itu mengangguk kecil seraya tersenyum.

"Istri saya sakit, Za. Tadi malam saya bawa dia kerumah sakit, waktu kamu telepon saya, itu saya lagi di rumah buat ngambil beberapa barang dia"

"Jadi sekarang, istri kaka sendiri dong di rumah sakit?"  Azha menggeleng seraya tersenyum.

"Nggak, sudah ada mertua saya" Azha membuka Cash Drawer, ia ambil uang lembaran merah dan biru dari dalam sana. Satu lembar uang lima puluhan Azha berikan pada Reza, salah satu Waiter di kafenya.

"sedikit tambahan karena kamu kerja sendiri hari ini" Reza menerima uang itu dengan senyum mengembang.

"Makasih ya ka"  Azha mengangguk.

"Besok Rendy sudah masuk, saya nggak ke kafe ya, saya titip kafe dulu, saya mau menemani istri saya di rumah sakit"

"Iya ka, titip salam juga buat ka Alesha ya, ka" Azha hanya mengangguk dan kembali menepuk pelan pundak Reza.

"saya pergi dulu, ya. Kuncinya kamu bawa aja"

"Iya ka"

.....

Setelah membersihkan diri dan melaksanakan sholat Ashar, Azha bergegas kembali ke rumah sakit. Sejak di kafe tadi, perasaan Azha tidak tenang, ia terus memikirkan Alesha.

Azha tau orang tua Alesha datang, Azha sendiri yang mengabari mereka. Tapi tetap saja Azha merasa gelisah, entah apa yang menjadi alasan kegelisahannya itu, yang pasti Azha ingin segera kerumah sakit menemui Alesha.

Sesampainya di rumah sakit, Azha dengan langkah besar menyusuri lorong-lorong rumah sakit hingga sampai di salah satu ruang VIP tempat Alesha di rawat.

Azha mengucap salam saat membuka pintu, tapi tidak ada jawaban dari dalam.

"Alesha"  Azha mengerutkan keningnya saat pandangannya justru tertuju pada ranjang Alesha yang sudah rapi.

"Sha, Alesha" Perasaan Azha semakin berkecamuk setelah tidak ia temukan juga barang-barang milik sang istri, Alesha juga tidak ada di kamar mandi, begitu juga dengan kedua orang tua Alesha.

Azha bergegas keluar menuju ruangan para perawat.

"Permisi mbak, itu... Istri saya yang di rawat di kamar 2 ada di mana, ya. Barang-barangnya nggak ada, ranjangnya juga rapi tertata, apa istri saya pindah ruangan" wanita dengan seragam merah marun sebagai tanda seorang perawat di rumah sakit dengan Name tag di depan dada itu melebarkan senyum ramah, meskipun nampak jelas sekali kelelahan di wajahnya.

"Maaf pak, ibu Alesha sudah di bawa pulang sama orang tuanya"

"Hah" Azha jelas kaget dengan apa yang perawan itu katakan, pasalnya tidak ada yang mengabarinya sama sekali, tidak Alesha ataupun kedua mertuanya.

"Dari kapan, mbk?"

"Kurang lebih tiga jam lalu" perawat itu sedikit menunduk dengan sopan, dan berlalu dari sana. Azha meraup wajahnya prustasi, ia rogoh saku celananya mencari benda pipih di sana.

Nomor sang istri menjadi tujuan untamaya sekarang. Sekali, dua kali, tiga kali, semua panggilannya selalu saja di jawab oleh operator.

Azha beralih menghubungi mertuanya, tapi sama saja, tidak ada dari mereka yang mau mengangkat panggilan telponnya.

"ELZHA" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang