Makan malam

1.8K 70 0
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"kita awali dengan membaca Bismillahirrahmanirrahim, jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama, selamat membaca tulisan abstrak saya, dan yaa saya minta maaf jika terdapat banyak kekurangan di setiap tulisan saya, saya juga minta maaf jika terdapat banyak kata kasar di dalamnya.

"Jatuh cinta itu fitrah, tidak ada yang salah dengan itu, tapi satu hal yang harus di ingat, tidak semua cinta harus berakhir dengan bersama"

(WP ELZHA)

Azha baru aja selesai menjadi imam sholat isya, ia ingin segera pulang karena sudah seharian meninggal kan Alesha sendiri di rumah, Azha sempat lupa statusnya yang sekarang bukan lagi pria lajang, ia habiskan waktu di pesantren seperti biasa dan lupa jika ia sudah memiliki istri di rumah.

"Zha, kamu di panggil Abah Usman"

"Aku?" Azha menunjuk dirinya sendiri, menyakinkan kembali ia tidak salah dengar

"Emang ada nama Azha selain kamu ya... di sini?" Azha menggeleng

"Beliau di mana?"

"Ndalem"

"Ya udah kalian pulang dulu aja, aku mau ke ndalem dulu" ke-dua pria seumurannya mengangguk.

Sesampainya di ndalem, Azha di sambut hangat oleh Gus Fakhri, Kaka dari Ning Raisa, pria yang usianya hanya berjarak 3 tahun dari Azha, pria itu tersenyum dan mengulurkan tangan pada Azha

"Masuk zha, Abah sudah nunggu kamu" ucap Fakhri mempersilahkan Azha masuk.

Azha celengak celenguk mencari keberadaan Abah Usman yang tidak ia temukan di ruang tamu.

"Maaf Gus, Abah nya di mana ya"

"Di dalem, zha. Ayo"

Azha mengerutkan keningnya bingung, kenapa di ruang makan, bukannya di ruang tamu, Azha berjalan mendekati Pria paruh bayah yang duduk di salah satu kursi makan, ia tersenyum hangat melihat kedatangan Azha.

"Bagaimana kabar kamu, zha?" Tanya Abah Usman dengan tangan mengelus punggung Azha, pria muda itu menunduk mencium tangan pengasuh pondok pesantren Darul muslimin, maklum... mereka baru bertemu setelah satu Minggu, biasanya Azha yang akan menjadi imam sholat saat sedang di pesantren.

"Alhamdulillah baik, bah"

"Duduk zha" perintah Abah Usman yang masih di respon oleh Azha.

"Duduk?"

"Iya Azha, masa kamu mau makan berdiri, kita makan malam bareng"

"Tapi... "

"Udah Azha, duduk aja nggak papa" suara umma Maryam, istri Abah Usman. Umma Maryam datang membawa satu piring berisi kue bolu
yang sudah di iris tipis, beliau tidak datang sendiri, di sampingnya ada Raisa yang juga membawa satu piring berisi kue bolu dengan rasa yang berbeda. Raisa terus menunduk menjaga pandangan, sedangkan Azha setengah mati menahan perasaan yang tidak karuan di dalam sana, ia sesekali mencuri pandang pada putri kiai yang sudah lama membuat perasaan nya berdebar kencang.

"ELZHA" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang