"Mau aku antar?" Alesha menggeleng,
"Pulang jam berapa?"
"Nggak tau, mungkin juga aku nginep di rumah Aul" Azha menghela nafas cukup panjang, hari ini Alesha meminta ijin untuk main ke rumah salah satu temannya dan berniat menginap juga. Azha sudah meminta istrinya itu untuk pulang saja, tapi alesha tetap kekeh akan menginap.
"Aku cuman sehari aja ko, zha" Alesha mendekat, ia peluk Azha, perasaan bersalah karena terpaksa berbohong pun kini mengusik pikirannya.
"Tapi kenapa harus nginap, sha. Kan aku bisa jemput kamu di rumah Aul" Alesha tersenyum mendengar rengekan lucu suaminya.
"Ibunya Aul yang minta, sayang" baiklah, Azha luluh kalau sudah seperti ini cara Alesha membujuknya.
"Kalau kamu mau pulang, nggak jadi nginep, langsung telpon, ya, nanti aku jemput"
"Iya"
....
Alesha tau jika akhirnya ia akan kalah dengan Bianca, Alesha putuskan untuk langsung saja menuruti permintaan gila Daffa, toh mereka hanya menghabiskan waktu bersama, nggak lebih.
"Lepas!" Alesha menyingkirkan tangan Daffa dari pinggangnya, Daffa hanya Menyunggingkan senyum.
"Galak banget sih, di kasih makan apa sama laki-laki brengsek itu sampai tega banget sama aku?" Daffa menarik satu kursi untuk di duduki Alesha tapi Alesha lebih memilih duduk di kursi yang lain.
"Apa hebatnya sih yu cowok brengsek itu dari gue ---"
Alesha menggebrak meja, sejak tadi ia tahan emosi saat Daffa menyebut suaminya brengsek, di tatapnya tajam pria yang juga pernah mengisi hati dan hari-harinya.
"Berhenti menyebutnya brengsek, Azha jauh lebih baik dari Lo, bangsat!" Sesak, itulah yang Daffa rasakan, tangannya mengepal di kedua sisi tubuhnya, pria itu memejamkan mata sesaat untuk meredam emosi, perlahan di bukannya lagi matanya dan mengukir senyum palsu untuk Alesha.
"Harusnya Lo bilang Kalau Lo mau cowok modelan kaya cowok itu, gue bisa usahain buat Lo, El. Gue bisa berubah untuk Lo" Suara pria itu terdengar lirih, Alesha melirik sesaat pada Daffa, tatapan pria itu terlihat sendu dengan senyum di kedua sudut bibirnya.
"Dengan mudahnya dia mengganti posisiku di hati kamu. lima tahun kita habiskan bersama semuanya sia-sia, El. Kamu tau aku begitu mencintai kamu, aku setulus itu sana kamu, hubungan kita baik-baik aja, dan tiba-tiba kamu datang dengan satu fakta yang menyakitkan untuk aku, El" Hati Alesha terenyuh melihat pria di depannya itu meneteskan air mata, tidak pernah sekalipun Daffa menangis di hadapannya, Alesha bisa rasakan sakit hati pria itu yang begitu dalam. Alesha membuang muka, tidak ingin ia kehilangan kendali jika terus melihat keterpurukan Daffa.
"Ok, aku nggak akan ganggu kamu lagi, El. Hari ini aku minta kamu buat datang hanya untuk mengakhiri hubungan kita secara baik-baik, tapi sepertinya kamu tidak menginginkan hal yang sama" Daffa menghirup udara rakus.
"Aku iklasin kamu dengannya, aku janji nggak akan pernah mengganggu kalian lagi, aku akan berusaha melupakan kamu, El, walaupun sulit. Nggak mudah buat aku ngelupain kamu gitu aja, El, aku harap kamu bahagia dengannya, aku cuman mau bilang ... kalau aku sayang banget smaa kamu, dan makasih untuk lima tahun terindah yang pernah kita lalui bersama" Daffa berbalik, ia melangkah pergi, tapi panggilan Alesha mengentikan langkahnya.
"Daffa, berhenti!"
"Gue sudah janji untuk menghabiskan waktu dengan Lo hari ini, jangan pergi sebelum gue menepati janji itu, gue juga akan menjelaskan kenapa tiba-tiba gue nikah sama Azha"
....
"Makasih" ucap mereka bersamaan pada pelayanan resto.
"Lo kayanya bahagia banget sama dia, Azha baik banget ya?" Alesha mengangguk tanpa ragu, satu potong daging ia kunyah terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
"ELZHA"
Teen FictionSingkat saja, bercerita tentang sepasang suami istri yang menikah bukan karena cinta, semuanya bermula dari orang tua pihak perempuan yang menyerah untuk merubah anak mereka menjadi lebih baik, akhirnya ia sepakat dengan sang istri untuk menikahkan...