Alesha berlari masuk kedalam kamar mandi, ia berjongkok di depan closed dan memuntahkan kembali semua isi perutnya.
Alesha duduk lemas dengan punggung menyandar pada dinding kamar mandi, keringat yang memenuhi wajah dan lehernya Alesha usap menggunakan ujung baju yang ia kenakan.
Sudah satu Minggu Alesha mengalami hal serupa, muntah di pagi hari, semua makanan yang ia makan bersama Azha akan Alesha muntah kan kembali.
Alesha mengigit bibir bawahnya, kedua mata indahnya berkaca-kaca, Alesha takut akan sesuatu yang mungkin terjadi padanya.
"Gue nggak mau, gue takut" Alesha menenggelamkan wajahnya di antara lipatan kakinya.
"Alesha" Alesha cepat-cepat berdiri setelah mendengar suara Azha, ia tidak ingin Azha melihat kondisinya yang sekarang.
Azha pandangi dengan intens wajah sang istri yang berubah dari beberapa menit yang lalu, Azha mengusap sisi wajah Alesha, ibu jarinya mengarah pada bagian kelopak mata Alesha.
"Kamu kenapa, hm? Kamu habis nangis, muka kamu pucat banget, sayang" Alesha menggeleng, ia turunkan tangan Azha dari wajahnya, ia genggam tangan dingin Azha, Alesha memaksakan senyum, ia takut Azha khawatir dengan keadaannya.
"Aku nggak papa, cuman pusing aja"
"Kamu yakin? Apa kita kerumah sakit aja?" Kembali Alesha menggeleng, ia cium punggung tangan Azha, Alesha mendekat mengikis jarak mereka, Alesha lingkarkan tangannya di pinggang Azha, Azha membalas pelukan Alesha, ia usap-usap bagian belakang kepala Alesha dengan lembut.
"Aku nggak papa, sayang. Cuman pusing biasa aja" Alesha lepaskan pelukannya, ia rapikan pakaian sang suami yang sebenarnya sudah sangat rapi.
"Sudah sana berangkat, kamu bisa telat"
"Ya udah aku berangkat dulu, kamu hati-hati di rumah, kalau ada apa-apa langsung telpon aja" Alesha mengangguk lagi.
"Kamu juga hati-hati, awas aja sampai lirik-lirik perempuan lain, apa lagi--" ucapan Alesha terpotong
Azha lanjutkan ucapan Alesha"Ning Raisa " Alesha Mengangguk, ia hapal betul apa yang akan Alesha katakan, setiap kali Azha berangkat ke kampus lebih dulu, Alesha akan terus menyebut nama Ning Raisa, ia benar-benar takut suaminya kembali atau bahkan belum melupakan sosok perempuan yang pernah mengisi hatinya.
"Nggak usah berpikir yang aneh-aneh, sayang. Hanya ada kamu di sini" lanjut Azha, ia raih tangan Alesha dan ia letakkan di depan dadanya.
"Hanya ada kamu disini, dulu emang pernah singgah Seseorang sebelum kamu, tapi nyatanya ia sudah di gantikan, dan sekarang penggantinya itu akan terus menetap di sana, nggak akan ada seorangpun yang bisa menggesernya" senyum yang Azha perlihatkan sekarang benar-benar mampu menghangatkan perasaan Alesha.
"Seseorang itu adalah kamu, Alesha Adzkia abir, perempuan berharga di hidup ku setelah ibu. Kamu percaya sama aku kan?" Kedua alis Azha terangkat, ia menunggu jawaban istri tercinta
"Iya sayang, aku percaya sama kamu" sekarang Azha yang lebih dulu memeluk Alesha.
"Aku sayang banget sama kamu, sha"
"Aku juga sayang banget sama kamu, zha"
"Jangan pernah pergi, ya?"
"Kamu juga jangan pernah pergi, aku akan kembali kehilangan arah tanpa kamu" ucap Alesha lirih.
Suasana pagi yang begitu hangat, kedua pasangan suami-isteri itu berbagi kehangatan, Cinta mereka begitu suci, tulus untuk satu sama lain.
Tidak ada rumah tangga yang tidak di timpa masalah. masalah yang datang mungkin akan memberikan kesan kekecewaan juga rasa sakit, karena yang memberi kenyamanan hanya selimut tetangga (eyaa)
KAMU SEDANG MEMBACA
"ELZHA"
Teen FictionSingkat saja, bercerita tentang sepasang suami istri yang menikah bukan karena cinta, semuanya bermula dari orang tua pihak perempuan yang menyerah untuk merubah anak mereka menjadi lebih baik, akhirnya ia sepakat dengan sang istri untuk menikahkan...