Kehilangan

2.6K 86 10
                                    

"Nggak! Itu bukan Azha! Itu bukan suami gue! Itu bukan Azha!" Wajah pucat itu kini di hiasi air mata, tangisan yang menggema di dalam ruangan memekikkan telinganya, belum lagi suara-suara yang terus saja memintanya untuk tenang, mengikhlaskan kepergian sang suami, merelakan Azha untuk selamanya.

Alesha menjerit sejadi-jadinya, ia sungguh tak sanggup mendengar suara-suara itu lagi. Tangan Farah yang sejak tadi menahan tubuhnya pun ikut terlepas, Alesha berdiri, tatapannya terus tertuju pada jenazah yang berada di dalam kantong berwarna jingga, kepalanya menggeleng bersamaan dengan semakin derasnya air mata yang turun membasahi pipi.

"ng--nggak... itu bukan kamu kan Zha... Itu bukan kamu kan..."entah siapa yang membuka kantong jenazah itu hingga nampak wajah di dalamnya, Alesha berhenti memundurkan langkah, tarikan nafasnya semakin tidak beraturan lagi.

"Azha..." jerit Alesha bersamaan ambruknya tubuh lemah itu.

"Sayang, Alesha, hay, Sha, ini aku Sha" Pria dengan pakaian kokoh dan sarung sigap memeluk sang istri saat di dengarnya teriakan dari wanita yang tidak ada membuka mata sejak di larikan kerumah sakit.

"Kamu mimpi sayang, tenanglah... tenang"suara lembut itu membuatnya sadar.

"Azha" di jauhkannya wajah dari tubuh yang sekarang memeluknya, dari pelukan lelaki yang sudah lama ia rindukan, kedua mata indahnya nampak berkaca-kaca, bibirnya pun bergetar, tak mampu ia mengucapkan sepatah katapun, tangisannya pecah.

"Azha..." ucapnya begitu lirih.

"Iya sayang, ini aku"

"Azha..." Kedua tangan tak mampu lagi terangkat untuk sekedar membalas pelukan sang suami, hanya kepalaannya saja yang menempel. Azha mengusap punggung sang istri untuk di tenangkan. Usapan demi usapan dari Azha berhasil menghentikan Isak tangis Alesha secara perlahan.

"Azha..."

"Iya sayang ini aku" Azha menoleh ketika suara beberapa orang terdengar memasuki ruangan. Kedua orang tuanya juga mertuanya yang baru saja selesai melaksanakan sholat magrib di mushola rumah sakit. Dewi dan Farah melangakah mendekati mereka.

"Kalian yang sabar ya nak" Azha hanya mengangguk seraya mengusap air matanya.

"Azha nggak papa Bu, tapi..." Mereka bertiga saling tatap, ketiganya menampakkan raut wajah yang sama, kesedihan. Tidak ada lagi suara, ruang rawat yang terlihat luas dengan pasilitas lengkap itu senyap, Azha masih dengan posisi berdiri memeluk Alesha, begitu juga dengan Alesha yang tidak sedikitpun melepaskan pelukannya.

"Sayang..." Alesha menolak saat Azha perlahan ingin melepaskan pelukannya.

"Jangan pergi lagi....  aku mohon jangan pergi lagi.... aku minta maaf... aku salah... maaf" walaupun dengan sedikit penolakan, Azha tetap melepaskan tangan Alesha dari pinggangnya.

"Jangan pergi lagi...." angan yang sedikit kasar itu terangkat mengusap pipi yang basah, juga mata yang masih berlinang air mata.

"aku nggak akan pergi lagi, maafkan aku sayang, maaf" kembali Azha peluk wanita rapuh itu, berkali-kali ia cium pucuk kepala Alesha. 

....

Keadaan sudah jauh lebih tenang, Alesha tidak lagi menangis, tapi tidak sedikitpun di lepaskannya genggaman tangan sang suami.

"Sayang mau makan?" Alesha menggeleng.

"Makan dikit ya, biar ada tenaganya" kembali hanya gelengan yang Azha dapatkan. Azha usap dengan lembut pipi yang nampak lebih tirus dari yang terakhir kali ia lihat.

"Aku sudah katakan pada mereka kalau kamu nggak papa, Zha. Aku yakin dengan perasaan ku sendiri, aku yakin kamu nggak akan melanggar janji untuk menjaga ku, aku yakin kamu akan pulang" jari-jari panjang nan putih itu Azha genggam, ia angkat dan ia cium cukup lama.

"ELZHA" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang