8

410 43 4
                                    

Semua orang berkumpul dan menunggu tidak sabar di great hell. Suara mereka mereda saat Dumbledore bangkit dari duduk dan berpidato sebentar. Lalu setelah itu dia mempersilahkan semua orang untuk mulai menyantap hidangan.

Mereka menyatap makan malam dengan perasaan campur aduk. Menunggu waktu piala api siap.

Jam makan malam berlalu, akhirnya piring-piring emas kembali kosong dan berkilau bersih. Suara-suara didalam aula besar semakin keras, tetapi langsung diam begitu Albus Dumbledore bangkit. Di kiri kana nya, Professor Karksroff dan Madame Maxime tampak sama tegangnya sama seperti semua orang.

"Nah, piala api sudah hampir siap mengambil keputusan." Kata Proffesor Dumbledore. "Ku perkirakan masih ada satu menit lagi. Setelah nama-nama juara dibacakan, kuminta mereka maju, berjalan di depan meja guru dan masuk ke ruangan berikutnya-----" Dia menunjuk ruangan tepat di belakang meja guru, "Disitu para juara akan menerima intruksi pertama mereka."

Dumbledore mengangkat tongkat sihirnya, membuat gerakan menyapu denganya. Serentak lilin-lilin, kecuali lampu yang ada di dalam labu kuning terukir, langsung padam. Ruangan menjadi setengah gelap, piala api bersinar lebih terang daripada apapun di seluruh aula besar. Lida apinya yang biru-keputihan cermelang menyilaukan, membuat sakit mata.

Semua memandangnya, menunggu--- beberapa anak sesekali melihat arloji mereka. Nyala api didalam piala mendadak menjadi merah lagi, lidah api mulai menyembur. Detik berikutnya, ada lidah api meluncur ke atas, melontrakan sepotong kertas gosong. Seluruh ruangan terpekik kaget.

Dumbledore menangkap perkamen itu dan menjukurkan lengannya agar bisah membaca dengan dengan penerangan cahaya api yang sudah kembali berwarnah biru-keputihan.

"Juara untuk Durmstrang---" Dumbledore membaca dengan suara keras dan jelas, "adalah Vikto Krum!."

Vikto Krum bangkit dari kursi Slytherin dan berjalan agak bungkuk ke arah Dumbledore. Setelah menyalim dan memeluk Dumbledore, dia berbelok ke kanan, berjalan melewati meja guru dan menghilang melalu pintu ruangan yang telah di tunjuk.

"Bravo, Viktor!" Suara Karkaroff membahana, sehingga semua orang bisah mendengarnya, megalahkam suara aplaus, "Aku tahu kau Jago!."

Asteria dan Fluet menatap sinis Pada Karkaroff, suara laki-laki itu sangat besar dan mengganggu.

"Heboh sekali, apa dia tidak sadar suaranya sangat jelek untuk di dengar?!" Cibir Asteria masih setia menatap julit ke arah depan sembari mengipasi dirinya dengan kipasan yang dia beli tadi sore.

"Ck, suaranya setebal kumis nya." Ejek Fluet, lalu kembali mengaca.

Sedangkan Harry, Ron dan Hermione hanya menggeleng kepala saja.

Tepukan tangan dan sorak mereda. Sekarang perhatian semua orang terjutu kepada piala api lagi, yang sedetik kemudian berubah menjadi merah lagi. Perkamen kedua dilontarkan oleh lidah apinya.

"Juara untuk Beauxbatons----" Kata Dumbledore, "adalah Fleur Delacour."

Tepukan dan sorak bangga terdengar dari murid Beauxbatons. Fleut tersenyum anggun dan berjalan bagaikan model ke arah Dumbledore, menyalimi lelaki tua itu dan berjalan ke belakang ruangan, mengikuti Krum.

Dan piala api berubah menjadi merah sekali lagi. Bunga api menyembur, lidah api  meleset tinggi ke atas, dan dari puncak nya Dumbledore menarik permakamen ketiga.

"Juara Hogwarts----" Katanya, tersenyum bangga, "adalah Cedric Diggory!."

Semua anak Hufflepuff telah berdiri, berteriak-teriak, dan mengentak-entakan kaki, ketika Cedric berjalan melewati mereka, tersenyum lebar kepada Albus Dumbledore dan berjalan ke belakang ruangan.

Harry Potter Twins| Weird and ridiculousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang