10

389 40 3
                                    

Asteria kembali menjadi sorotan para mata di Hogwarts. Bagaimana tidak, bungsu Potter itu mengenakan kaca mata hitam dan melangkah dengan santai menuju Great Hell tanpa mempedulikan situasi di sekitarnya. Fluet yang berjalan di sebelah gadis itu hanya memutar bola mata malas melihat reaksi berlebihan dari sekitarnya.

Mereka berdua memasuki Great Hell sembari bergandengan tangan dan melakang riang ke meja Gryffindor.

"Pagi semua." Sapa keduanya.

Asteria mengambil duduk di sebelah kiri Ron sedangkan Fluet di sisi kanannya, berhadapan dengan Harry dan Hermione.

Ketiga manusia itu masih melongo melihat Asteria, begitupun dengan orang-orang di dalam sana. Termaksud para Proffesor.

Asteria yang paham tatapan mereka pun sedikit menurunkan kaca matanya untuk menujuk matanya yang masih bengkak.

"Aku menggunakan kaca mata ini untuk menutupi mata ku." Katanya, lalu mengambil buah apel dan makan dengan santai.

"Kenapa kalian berlebihan sekali? Menurut ku ini hal yang biasa." Fluet merasa jenga dengan tatapan ketiga orang itu.

Sewaktu di sekolah lama mereka dulu, dia dan Asteria sering kali merias diri dan selalu tampil cetar dengan gaya mereka. Apalagi sekolah lama mereka tidak melarang murit-murit untuk berdandan. Berbeda sekali saat mereka berdua masuk ke Hogwarts, di sini mereka sedikit merasa sesak dan tertekan dengan berbagai peraturan yang ada.

"Ho'o." Asteria mengangguk setuju. Dia menopang dagunya, "Lagi pula seperti apapun penapilan ku, aku akan tetap terlihat cantik. Seperti mother." Katanya, memuji diri sendiri.

Ron, Harry dan Hermione saling pandang dan berakhir menghela nafas lelah dengan tingkah ajaib Asteria.

"Yang terpenting kau bahagia." Kata Harry, lalu menyuapi adiknya dengan roti yang sudah dia oles slay coklat. Mengingat gadis ini maniak coklat.

Dari meja Slytherin, Draco berserta teman-temannya masih setia melihat Asteria yang tengah di suapi Harry sembari bercerita, yang Draco yakini gadis itu tengah mengomel.

"Bungsu Potter itu, tingkahnya sangat aneh tapi juga lucu." Kata Theodore.

"Dia juga asik di ajak bercerita. Apalagi Fluet." Blaise menambahi.

Draco hanya menyimak pembicaran kedua sahabatnya, sesekali dia akan melirik ke arah Asteria yang tumben sekali duduk membelakangi mejanya. Karena biasanya gadis itu selalu duduk berhadapan dengan mejanya dan sesekali melempar senyum manis juga lambaian tangan.

Tunggu, kenapa Draco mala memikirkan gadis itu? Bukan urusannya jika Asteria duduk memunggung atau duduk di lantai. Apa peduli Draco?.

Namun, saat Draco melirik lagi ke arah meja Gryffindor, tatapannya bertemu dengan Asteria. Gadis itu menurunkan sedikit kaca matanya, saat itu juga Draco bisa melihat jelas mata gadis itu bengkak seperti habis menangis. 

Dan setelah mengedipkan sebelah matanya dan melempar senyum malu-malu pada Draco, Asteria kembali membalikan badan. Seperti biasa, Draco hanya menatap dingin.

***

Kelas kedua sudah selesai. Tetapi senyum Asteria tidak pernah luntur, mengingat hari ini Slytherin dan Gryffindor mendapat kelas gabungan. Dan hal itu menjadi kesempatan untuk dirinya berdekatan dengan Draco, meski selalu di tatap sinis oleh pemuda itu.

Kaca mata hitamnya sudah dia lepas, itu juga terpaksa. Tadi, saat kelas ramuan, Proffesor Snap mengancam akan memusnakan kaca mata Asteria jika gadis itu masih menggunakan di kelas. Dengan kesal Asteria membuka kaca matanya. Lagi pula matanya sudah tidak sebengkak tadi pagi, Fluet yang memberi mantra.

Harry Potter Twins| Weird and ridiculousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang