14

362 35 7
                                    

Blase yang  kemarin tidak sengaja melihat Asteria dan Cedric di halaman tengah mengobrol segera menghampiri Draco yang masih asik dengan buku nya.

Dia menepuk dua kali punggung pemuda itu, Draco menatap nya mengangkat sebelah alis bertanya.

"Kau tau, kemarin aku tidak sengaja bertemu dengan Asteria di taman." Katanya.

Draco berdecak. "Bukan urusan ku."

Blase tersenyum remeh. "Aa aku lupa. Kau Kan tidak pernah menyukai Asteria." Katanya. "Padahal Asteria asik, pantas saja Diggory betah mengobrol bersama dia."

Draco langsung menghetikan kegiatan membacanya dan menatap Blaise tajam. "Apa maksud mu?"

"Apa?" Tanya Blase.

"Ck, jangan pura-pura tuli!." Kelas Draco, "Apa maksud perkataan mu barusan?"

"Kenapa? Bukanya kau tidak peduli?" Sinis pemuda itu.

Draco yang kesal segera meninggalkan ruang rekreasi mereka. Sedangkan Blase tertawa mengejek.

"Apa ini yang dinamakan gengsi?" Tanya Blaise pada diri sendiri.

"Ada apa dengan Draco?" Tanya Theodore yang baru duduk di sebelah Blaise. Dia tidak sengaja bertemu Draco di lorong.

Blase mengangkat kedua bahu nya. "Entah."

***

Sepertinya sebentar lagi akan ada drama rumah tangga.

Di koridor, Draco melihat dengan mata kelapanya sendiri Asteria menikmati waktu dengan Cedric.

Lakah nya berkali-kali lipat lebih cepat, di bawa sana kedua lengan pemuda itu mengenal kuat.

"ASTERIA LILY POTTER!"

Merasa namanya di panggil Asteria sontak membalikan badan dan melihat Draco mendekat ke arah mereka. Saat lebih dekat, dia bisah melihat jelas jika wajah pemuda itu memerah.

"Oh, hai." Sapa Asteria semangat saat Draco sudah berdiri dihadapannya.

"Hai? Haii?" Ulang Draco, merasa tidak senang.

"Ho'o, hai." Kata Asteria lagi.

Merasa situasi sudah tidak benar, Cedrik yang berniat untuk undur diri terpaksa mengurung niatnya saat Draco menatap dirinya tajam.

"Apa yang kau lakukan bersama Diggory? Kau selingkuh dari ku?" Tudu Draco.

"Selingkuh? Aku?" Asteria menunjuk dirinya snediri. "Aku tidak selingkuh, lagi pula aku selingkuh dari siapa?"

Cedrik merengit heran, "Bukanya kau bilang sedang tidak menjalin hubungan dengan siapa-siapa, Asteria?"

Hampir saja Draco melempar mantra kutukan pada gadis ini. Dia mencoba sabar dengan menarik nafas dan memejamkan mata kuat-kuat. "Kau lupa jika kita sudah berpacaran sejak dua minggu lalu Asteria Potter?!"

Asteria melotot kaget, dia menutup mulut dengan telapak tangan nya. "Omoooo, madja. Aku lupa, Malfoy."

"Jangan panggil aku Malfoy, panggil Draco!" Kesal Draco bertambah berkali-kali lipat. Dan apa tadi katanya, lupa? Ini sudah dua kali dia lupa tentang hubungan mereka.

Cedrik menahan senyum. Dia tertekan dan malu ada di sekitar dua orang ini. Apalagi semua mata kini tertuju kepada mereka.

Asteria tertawa kikuk, "Aaaaa Draco, maaf kan aku. Lupa itu hal wajar, aku ini hanya manusia biasa." Alibi Asteria.

Draco menarik tangan Asteria untuk membawa gadis itu pergi dari sana.

"Ehh----Cedric kita lanjut nanti yahh." Katanya sedikit berteriak sembari melambaikan tangan.

"Tidak boleh!" Kesal Draco.

Asteria tidak peduli, "Byeee Ceddddd"

Cedric membalas lambayan tangan gadis itu, dia terkekeh lucu.

"Ahh, aku telat rupanya." Katanya lalu berlalu dari sana.

***

Malam hari di Hogwarts memang indah. Apalagi malam ini Great hall di hiasi dengan berbagai macam hiasan, yang paling di sukai Asteria adalah langit palsu bertebaran bintang serta planet-planet.

Dia jadi merindukan sekolah lamanya, biasanya malam-malam begini dia dan para temannya berkumpul di halaman belakang kastil sekedar untuk minum, mengobrol atau meggosipi kakak senior yang sombong.

Sama hal nya dengan Asteria, Fluet juga merindukan sekolah lama mereka. Seakan terkoneksi, kedua remaja 14 tahun itu Salling menatap, kelihatan sekali wajah mereka sama-sama murung.

"Aku merindukan sekolah lama kita, berserta kegiatannya." Kata Fluet lirih.

"Mee to." Saut Asteria.

Asteria bergumam sembari memikirkan sesuatu yang mungkin saja berguna untuk dirinya dan Fluet. Tidak lama matanya berbinar setelah mendapat ide yang berlian.

Dia menyenggol Fluet membuat pemuda itu menoleh, Asteria membisikan ide berlianya itu kepada Fluet. Terlihat setelah dia mendengar bisikan Asteria, bola mantanya berbinar terang, jika di lihat lebih dekat kalian bisah melihat letupan petasan di sana.

Keduanya beranjak berdiri dan berlari dengan girang menuju Great hell.

Brakk....

Semua mata kini tertuju ke arah pintu masuk, Asteria dan Fluet melangkah ke depan Panggangung, tempat khusus para Proffesor.

Jika ada yang bertanya apa para Proffesor ada di sana? Jawabnya belum ada, mereka masih repat.

Semua orang mulai bertanya-tanya apa lagi yang akan bungsu Potter dan Fluet lakukan. Bahkan Harry sudah merengit menetapa adiknya.

Asteria dan Fluet kini sudah berdiri di hadapan mereka semua, berbagai ekspresi wajah bisah mereka liat.

"Apa lagi yang akan mereka lakukan ?" Tanya Harry lelah akan keduanya.

Asteria tersenyum sangat lebar, "Selamat malam semuanya" Sapa gadis itu. "Aku ingin mengungumkan sesuatu yang penting." Kata Asteria menggebu-gebu.

Semua orang terlihat penasaran, Asteria menyerigai, "Gryffindor akan mengadakan party besok malam, jadi semua asrama di undang untuk bergabung." Katanya membuat teman-teman asramanya keheranan. "Besok pukul tujuh, sehabis makan malam. Semua acara di sponsor oleh aku sendiri dan Fluet."

Fluet di sebelahnya mengangguk dengan senyum manis. "For you information, acara ini diadakan dalam rangka menyemangati para juara Turnamen kita dan pertandingan Quidditch yang akan datang tiga hari lagi." Kata Fluet yang entah mengapa alasan itu yang lewat di pikirannya.

Kedua remeja itu hendak pergi, tapi Asteria berbalik menatap ke arah meja Slytherin."Slytherin, ingin bergabung? Pintu asrama kami terbuka lebar untuk kalian." Kata Asteria, mengingat kebayakan dari para pureblood itu anti muggle.

Malas menunggu jawaban para ular, keduanya pergi dari sana.

Selepas kepergian dua remaja itu, aula yang tadinya hening menjadi heboh. Semua orang mulai berbisik-bisik, ada juga yang kesenangan. Sedangkan para anak Gryffindor masih mencerna apa yang dua orang itu katakan barusan.

"Kau tau soal ini, Harry?" Tanya Seamus.

Harry menggeleng, tiba-tiba rasa pusing nya menyerang. Kenapa dua remeja itu senang sekali membuat masalah.

"Bukankah itu ide berlin?" Ron menjadi orang pertama yang sadar. "Aku pergi menyusul mereka. Bye." Katanya berlari keluar Great hell.

Hermione dan Harry tersenyum pasra.

*****

Publikasih : Sabtu, 29 April 2023.

Harry Potter Twins| Weird and ridiculousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang