6.

436 46 2
                                    

Aula besar kembali ramai dua kali lipat dari biasanya, itu karena Para murid dari akademi sihir Beauxbatons dan Institut Durmstrang, kedatangan mereka di sambut meria, banyak sajian makanan mewah dengan porsih lebih bayak.

Peri-peri dapur terlihat sibuk menyiapkan hidangan. Bolak balik dapur untuk mengisi piring-piring makan yang sudah habis. Terlihat Argus, salah satu penjaga Hogwarts malam ini memakai jas bututnya dan sudah berlumut.

Yang paling mengejutkan malam ini adalah kedatangan seorang laki-laki berpenampilan aneh. Asteria mendengar beberapa orang menyebut nya 'Moody med eye'. Banyak yang menatap Moody heran sekaligus penasaran. Sampai akhirnya suara Dumbledore terdengar.

"Aku perkenalkan kepada kalian semua------" Kata Dumbledore "Proffesor Alastor Moody. Guru baru pertahana terhadap ilmu hitam."

Dari yang Asteru lihat, selain para Proffesor, tidak ada lagi yang bertepuk tangan. Semua orang masih terdiam menatap Moody dengan penampilan ajaibnya. Fluet yang duduk bersebelahan dengan Asteria menatap ngeri ke arah Moody.

"Dia mengerikan." Kata Fluet.

"Kau benar." Setuju Asteriz, sedikit berbisik. Dia menyenggol lengan Ron di sebelahnya, "Kenapa dia berpenampilan seperti itu, Ron?."

"Entah, tapi yang ku dengar dia kehilangan sebelah kaki dan matanya karena tragedi." Jelas Ron yang di simak baik oleh Fluet dan Astria.

"Tragedi apa?" Tanya Fluet penasaran.

"Mollayo." Jawab Ron.

"Ooooooo---dia sudah bisa bahasa korea." Puji Asteria dan Fluet, mereka menatap menggoda pada pemuda rambut mereh itu.

Ron menatap sombong ke arah kedunya, "Tentu saja."

Asteria dan Fluet mengangguk, merasa bangga sebagai guru Ron.

Lalu Dumbledore kembali berbicara keras, memberi ucapan selamat datang kepada Proffesor Moody, membahas tentang
turnamen, dan terakhir menujuk piala api.

Beberapa orang kembali bergumam kagum melihat piala api yang baru saja di tunjuk Dumbledore. Piala perak itu mengeluarkan api berwajah biru-keputihan. Sangat cantik, menurut mereka.

Dumbledore kembali berbicara, menjelaskan kegunaan piala api. Mengabaikan kebisingan yang di timbul para  murid."------Jadi, aku harap bagi mereka yang sungguh ingin mengikuti tunamen ini, agar dengan yakin meletakan nama mereka di piala api. " Kata Dumbledore, "Tulis nama dan sekolah kalian dengan jelas. Bagi siapa pun yang terpilih nanti, tidak dapat memundurkan diri, karena piala api bersifa kontrak. Dan mereka yang terpilih harus mengikuti sampai akhir------"

Dia terus berbicara dan memberi tau syarat mengikuti turnamen hanya mereka yang sudah berusia tuju belas tahun ke atas. Akibatnya berbagai protes tidak terima mulai meramaikan aula besar.

Asteria, Ron dan Fluet tidak peduli dengan turnamen atau apapun itu dengan santai menikmati makan mereka, dan mendengar keluh kesah Neville tentang mata pelajaran ramuan yang menurutnya sulit.

"Piala api akan di letakan di depan Great Hell, agar memudahkan mereka yang ingin bergabung dalam turnamen------" Dumbledore menatap seluruh murid, "Aku akan memberi sihir lingkaran pembatas usis di pingir piala api, untuk mencegah siapa pun yang tergoda Iman nya."

Dumbledore mengakhiri kalimat panjangnya dengan mempersilahkan mereka lanjut menyantap hidangan. Suara-suara itu membahas tentang turnamen dan keluhan larangan usia.

*****

Acara makan malam sudah selesai, semua orang meninggalkan aula. Asteria dan Fluet yang tidak suka berdesakan masih setia duduk sampai menunggu pintu aula sedikit lebih longgar.

Ternyata bukan hanya mereka berdua yang masih berada di dalam aula, di meja Slytherin Asteria melambaikan tangan dan tersenyum lebar pada Draco. Pemuda itu hanya menatap dingin Asteria, mengabaikan gadis itu dengan memutuskan tatapannya.

"Ck, aku sudah mengantuk." Kelu Fluet, dia sudah beberapa kali menguap.

Asteria menepuk pelan kepala Fluet, "Sabar sedikit, masih ramai orang di pintu."

Fluet hanya mengangguk, lalu membaringkan kepalanya pada meja setelah berpesan pada Asteria untuk membangunkan dirinya jika di pintu  sudah tidak berdesakan.

Lima menit mereka menunggu, pintu aula sudah sepi. Asteria membangunkan Fluet dan kedua sahabat itu berjalan sembari bergandengan tangan keluar dari aula.

Asteria sedikit melirik pada Draco yang masih duduk bersama teman-temanya, dia melihat Theodore dan Blaise tersenyum dan melambaikan tangan kepada dirinya dan Fluet. Sebagai teman yang baik, mereka membalas senyuman dan lambaian tangan itu. Lalu benar-benar berlalu dari sana.

"Sejak kapan kalian berdua berteman dengan mereka?" Tanya Crabbe akhirnya, dia sudah sangat penasaran sedari tadi.

"Sejak dua hari yang lalu." Jawab Theodore.

"Asteria dan Fluet sangat menyenangkan." Blaise menambahi. "Kau sudah tau, Asteria menyukai mu, Draco?" Tanya pemuda itu.

"Hm. Dia sendiri yang mengatakan pada ku di depan pintu kemarin." Jawab Draco cuek. "Jangan di bahasa lagi." Katanya saat melihat Theodore ingin berucap sesuatu.

Draco beranjak dari sana, diikuti para sahabatnya.

"Asteria cantik dan manis. Kau tidak tertarik sama sekali?" Tanya Blaise.

"Tidak." Jawab Draco tegas. "Dia bukan tipe ku."

"Tapi dia tipe ku." Kata Theodore tiba-tiba, tersenyum lebar pada Draco.

Draco sempat terdiam mendengar ucapan Theodore, dia menatap pemuda itu dingin, "Kalo begitu kenapa tidak kau dekati dia!" Ujar nya kesal. Meninggalkan mereka begitu saja.

"Ada apa dengannya?" Tanya Crabbe, heran melihat Draco.

Sedangkan Blaise dan Theodore sudah tertawa kecil. Mereka saling tos.

*****

Publikasih : Jumaat, 28 April 2023

Harry Potter Twins| Weird and ridiculousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang