13

344 37 4
                                    

Draco benar-benar menjalankan rencana nya. Mulai dari dirinya yang sengaja merangkul, menggod, bahkan mengelus pucuk kepala gadis lain di hadapan Asteria,

Tentu saja tujuan mulianya untuk membuat bungsu Potter cemburu berakhir sakit hati.

Tapi yang dia dapatkan apa? Asteria yang cuek bebek dan seperti tidak menganggap kehadirannya. Bukanya gadis itu yang merasa kesal, melainkan para sahabatnya dan Harry, tentu saja.

Seperti saat ini, mereka semua tengah makan siang di Great hall. Dari mejanya, Draco melihat gadis itu tengah memilih makanan dan Harry yang menatap Draco tajam.

Bisah di bilang, hanya Asteria yang anggunly dan sley di era pertempuran antara Draco dan Harry.

"Asteria, putuskan Draco sekarang juga!" Pintah Harry geram melihat Draco yang santai merangkul prempuan lain dihadapatnya adiknya.

"Tidak mau." Tolak gadis itu.

"Kau tidak lihat, dia selingkuh terang-terangan di hadapan mu." Hermione ikut bersuara.

Asteria melihat ke arah meja Slytherin, bibirnya cemberut melihat Draco bermesraan dengan gadis lain. "Hmm---dia sengaja. Itu untuk menarik perhatian ku."

"Yang benar saja kau ini, Aste. Sadar wahai bungsu Potter sadar, open your eyes." Ron berujar frustasi berujung menjambak rambutnya sendiri.

Fluet membuat nafas berat, "Atau perlu aku pukul pemuda itu?"

"Jangan." Panik Asteria, "Biar aku saja yang pukul."

"Pukul siapa? Draco?" Tanya Hermione, berharap.

"Bukan, tapi gadis itu."

Dan benar Saja, setelah itu Asteria beranjak dari duduknya dan berjalan layaknya model ke meja Slytherin membuat dirinya menjadi Pusat perhatian. Fluet segera menyusul gadis itu, sedangkan Harry, Ron dan Hermione masih diam di tempat.

Asteria berdiri tepat di belakang Draco dan gadis yang tidak dia tau namanya. Tidak pikir panjang Asteria langsung menarik kuat rambut gadis itu dan mendoringnya ke lantai.

Seisi aula berteriak histeris, Harry bahkan langsung berdiri dan menghampiri Asteria, diikuti Ron dan Hermione. Para Proffesor diam, masih mencerna apa yang baru saja terjadi.

"Aku lihat-lihat beberapa hari ini kau betah sekali yah menjadi simpanan kekasih ku." Asteria menatap jijik gadis itu.

Gadis yang di dorong Asteria bangun dan berniat membalas perbuatan Asteria, tapi tidak sempat saat Fluet lebih dulu menjambak rambutnya.

"Lepas, sialan!" Erangnya kesakitan.  "Dasar sialan, kau tidak pantas bersama Draco, sadar diri. Ibu mu bahkan bukan keturunan pureblood!. Draco bantu aku." Mohonya dengan mata berkaca-kaca.

"Bantu saja kalo kau mau di hajar Asteria." Bisik Blaise dan benar saat Draco melihat tatapan gadis itu, tiba-tiba saja dia merasa merinding.

Asteria tertawa sinis, "Aaa shibal."  Dia mengumpat. "Lalu kenapa kalo ibu ku bukan keturunan pureblood?" Asteria menyeringai, "Semua orang juga tau ibu ku salah satu alumi Hogwarts yang berbakat.  Di bandingkan dengan ibu darah murni mu itu, dia hanya butiran debu jika bersanding dengan ibu ku."

Gadis itu menatap Asteria tajam, dia ingin membalas tapi jambakan Fluet semak keras. "Lepas, dasar laki-laki jadi-jadian."

Brukk...

Fluet mendorong gadis itu, "Katanya lepas." Ujar nya tanpa beban.

Asteria duduk di sebelah Draco, membiarkan Fluet bertengkar dan saling jambak.

Dia menatap Draco yang juga menatapnya dingin, Asteria menyipitkan mata sembari bersikap dada. "Jadi begini cara kau bermain?" Katanya membuat Draco bingung. "Ok, cukup tau." Ujar Asteria, lalu mengambil apel di tangan Draco dan menatap ke depan, melihat Fluet dan gadis itu tegah beradu jambak dengan Proffesor Snap.

Kenapa perasaan Draco menjadi tidak enak sekarang. Dia melihat Asteria yang tengah memakan buah apel milik nya dengan santai.

***

Di ujung lorong, ada Cedric dan Harry yang sedang membahas tentang turnamen pertama yang akan di laksanakan satu minggu lagi.

Dalam Turnamen pertama, para perserta akan melawan naga yang mereka pilih secara acak. Soal naga, Cedric yang memberi tau pada Harry.

"Menurut mu apa kita bisah melawan naga itu?" Tanya Cedric.

Harry diam sebentar, lalu menjawab. "Bisah-----" Katanya, "Kalau beruntung."

Mereka saling pandang, lalu tertawa tertekan bersama.

Alis Cedric merengit saat dia mengingat sesuatu, dia menatap Harry ragu-ragu. "Harry, aku dengar adik mu dan Malfoy berkencan. Apa benar?"

Harry tidak langsung menjawab, dia menghela nafas kasar saat mengingat kelakuan Malfoy pada adinya. "Be--"

"Oppaaaaaaa."

Harry tidak melanjutkan ucapanya saat mendengar pekikan cempreng milik Asteria. Kedua pemuda itu menoleh dan melihat Asteria berlari dengan tengil ke arah mereka. Tidak keyinggalan senyum khas miliknya.

"Oppa, aku mencari mu kemana-mana." Regek Asteria, matanya tidak sengaja bertatapan dengan Cedrik, "Oh Hai, princ Hufflepuff." Sapa Asteria sopan.

Wajah Cedric sedikit merona mendapat sapaan dari bungsu Potter. "O-oh hai." Balas Cedrik gugup sendiri.

"Ada apa mencari ku?" Tanya Harry.

Wajah cerah Asteria redup seketika. Dia menatap Harry dengan mata tersirat tersakiti. "Apa salah kalo aku adik mu yang manis ini mencari kakak nya?" Seperti biasa, nada dramatis itu tidak pernah ketinggalan.

Harry menahan tekanan batin, dan tersenyum paksa, "Maaf kan aku." Kata nya. "Jadi kenapa adik tersayang ku ini meneriaki nama ku?"

Asteria menatap sinis pada Harry, 
dia berdecak. Wajah sinis Asteria berubah murung, "Aku kesepian, Fluet sedang mengerjakan tugas. Ron tidak tau kemana, dan Hermione sedang belajar. Hanya kau yang tersisa, makanya aku ke sini." Jelas gadis itu.

"Setelah ini aku ada urusan dengan Proffesor Moody." Kata Harry sedikit tidak tegah. Melihat wajah Asteria semakin murung, Harry buru-buru berkata "Kau bisah bersama Cedric. Iya Kan?"

Cedric melotot kecil, kenapa jadi dirinya? Tapi tidak urung dia pun mengangguk. "Yah, kau bisah bersama dengan ku. Itu juga kalo kau mau."

Asteria menatap kedua pemuda itu bergantian. Dia meletakan jemari telunjuk nya pada dagu sembari mendonggak ke atas seperti sedang berpikir.

"Hmmmmmmmm, okhey."

*****

Publikasih : Sabtu, 29 April 2023.





Harry Potter Twins| Weird and ridiculousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang