Semua orang keluar dari aula menuju lapangan dimana Turnamen terakhir dilakukan. Banyak yang sudah tidak sabar, mereka semua memegang spanduk untuk mendukung juara masing-masing. Yang paling heboh adalah pendukung Harry. Selain spanduk berukuran besar, mereka juga memegang rumba, tentu sponsor utamanya adalah Fluet dan Asteria.
"Ingat kata, Father. Menang atau kala urusan belakangan, kau harus keluar dengan aman dan baik-baik saja." Nasehat James untuk kesekian Kalinya, Harry sampai lelah menjawab.
Asteria yang jalan bersama Fluet di belakang kedua laki-laki itu pun ikut jengah dengan kehebohan sang Father.
"Father sudah mengatakan hal itu lebih dari 100 kali." Kata bungsu Potter yang di dengar jelas mereka semua.
"Benar, aku ikut lelah." Saut Sirius, teman julid Asteria dan Fluet.
"Kau seperti tidak mengenal Father mu saja, Aste." Kata Lily.
James berhenti dan menoleh pada anak gadisnya. "Kau diam saja anak kecil."
Asteria mendelik, tidak terima di panggil anak kecil. "Mother lihat James Potter memanggil ku anak kecil."
"Kau memang masih kecil, Aste." Saut Remus dari belakangnya.
"Mother lihat uncle memanggil ku anak kecil." Adunya lagi.
Lily terkekeh, gemas sendiri melihat wajah cemberut anaknya, persis seperti dugong yang sering lewat di sekitar manor mereka.
James memeletkan lidah pada Asteria saat Lily tidak memberi pembelaan kepada anaknya itu."Utututuuu, kasihan tidak dibela istri ku."
Wajah Asteria semakin cemberut. Dia bersikap dada menatap dendam pada James. "Grandpa and grandma will know about this."
James langsung gugup, anaknya bukan hanya sekedar mengancam. Fluet tersenyum jahil melihat ketakutan James.
"Adukan saja, Aste." Kompor Fluet berakhir mendapat pelototan dari James. "Adukan uncle Remus juga." Begitu pun dengan Remus yang langsung menjitak kepala Fluet.
Asteria mengangguk, "Ya, nan---"
"Love."
Panggilan dari Draco membuat mereka menoleh. Melihat anak Lucius mendekat bersama orang tuanya. Asteria langsung melepas gandengan dari Fluet dan Lily untuk menghampiri Draco.
"Hai, tampan." Sapa Asteria membuat Draco tersipu malu. Dia melihat Lucius dan Narcissa, lalu menyapa keduanya. "Hai ayah mertua dan ibu mertua."
"Hallo, calon menanantu." Kata Narcissa, tersenyum manis.
Sedangkan Lucius menatap Asteria datar, "Jangan panggil aku seperti itu. Aku bukan ayah mertua mu."
"Ayah mer---"
"Oh hallo, Calon menantu ku." Kalimat Asteria di potong Amus. Dia datang bersama Cedric dan istrinya.
"Siapa calon menantu mu?." Tanya Lucius tidak suka.
"Tentu saja Asteria Potter, siapa lagi?." Jawab Amus tidak kala garang. Dia menatap Asteria, "Atau bagaimana, bungsu Potter?."
Asteria yang ditanya pun hanya bisa menggaruk pipi gembulnya. Dia jadi kikuk sendiri.
Lucius maju ke hadapan Amos, menatap pria itu galak, "Jangan sembarang. Dia menantu ku." Katanya, hampir membuat Asteria berteriak salting. Lucius menoleh pada Asteria. "Ayo, Aste. Kita pergi dari sini." Katanya, membuka siku tangan agar bisa di gandeng Asteria.
Asteria dengan semangat melepas gandengan tangannya dari Draco, menyambuat gandengan tangan Lucius lalu kedunya pergi dari sana.
James di buat kesal, "Kenapa Kalian merebut anak ku?." Katanya, "ASTE JANGAN DEKAT-DEKAT DENGAN LUCIUS, DIA GILA." Asteria tidak peduli, membuat James bertambah kesal dan berlari menyusul kedunya.
"Kenapa mereka merebut kekasih ku?." Protes Draco.
"Jangan banyak Protes. Ayo jalan." Harry merangkul Draco, menyeretnya menyusul ke lapangan.
Fluet yang habis mengaca tidak sadar sahabatnya tidak ada di sana. " Dimana, Aste?." Tanya Fluet pada mereka.
"Sudah di bawah kabur Lucius." Jawab Remus.
Fluet melotot kaget. "Apa? Kenapa dia selalu mau di ajak-ajak?."
"Jangan banyak protes, ayo jalan." Kata Ron yang muncul entah dari mana membuat Fluet kaget untuk kedua kalinya.
"Darimana kau muncul?."
"Dari mana-mana." Jawab Ron asal, Fluet pun mengumpat.
°°°°°
Suara sorakan dari lapangan menguasai lingkungan Hogwarts. Banyak orang datang dan mendukung juara mereka masing-masing.
Di bangku trimbun paling depan, Asteria, Ron dan Fluet memandu semua pendukung Harry dan Cedric dengan rumba mereka, Snap dan Lucius pun tidak ketinggalan. Dan karena itu juga kedua manusia dingin itu ditertawai habis-habisan oleh James dan Remus, tentu sampai Asteria akhirnya memberikan rumba untuk mereka juga. Jangan tanya dimana Sirus, pria gila itu sudah lebih dulu sukarela bergabung bersama Asteria.
"Aku tidak percaya aku melakukan hal memalukan seperti ini." Gerutu Remus, menatap dua rumba yang dia genggaman.
"Sebuat saja itu karma." Lucius tertawa menyebalkan, persis seperti anaknya.
"Jangan bertengkar, gerakan saja tangan dan badan kalian." Kata James, sibuk mengikuti gerakan yang di peragakan ketiga bocil itu.
Snap tidak banyak bicara, dia fokus mengikuti gerakan tangan Asteria, Fluet dan Ron. Dan menjadi semangat saat sudah menghafal gerakan itu. Ketiga pria di sisi kirinya menatap cengoh, Snap tidak peduli. Dia berjalan mendekat ke arah Sirius untuk bergabung.
"Sepertinya, obat dingin Saverus habis." Celetuk James asal. Lucius dan Remus mengangguk setuju.
Suara sorakan semakin heboh saat keempat juara maju dan berdiri di tengah lapangan. Bukanya senang, para juara malah merasa tertekan. Mereka merasa seperti di paksa berkedok menyemangati untuk masuk kuburan.
"OPPAAAAAAAA AKU PADA MU SEMANGAT."
Harry hanya mampu tersenyum melihat adiknya menggila berakhir tersedak karena terlalu banyak berteriak.
"Rasanya aku ingin menghilang dari sini." Kata Cedric, sekujur tubuhnya sudah dibanjiri keringat dingin.
Viktor menoleh dan menatap Cedric lekat. "Apa kita kabur saja?." saranya.
"Lalu mati? Kau gila?. Aku tidak mau!." Semprot Fleur, menatap tajam pada Viktor. Yang di tatap pun menciut.
Cedric dan Harry menggeleng kepala melihat perdebatan keduanya. Dan kaget saat bunyi trompet pertanda Turnamen segerah di mulai.
Mereka semakin tertekan saat Dumbledore melangkah ke arah tengah lapangan. Rasanya semakin Dumbledore mendekat, semakin dekat juga Kematian dengan mereka. Sekita, Viktor berdoa agar Dumbledore tersandung lalu pingsan, agar Turnamen terakhir ini di tunda.
"Amin." Kata Viktor dengan suara kecil. Tapi masih bisa di dengar ketiga remaja itu.
"Apa yang amin?." Harry penasaran.
"Aku berdoa, dan mengatakan Amin." Harry mengangguk, dia pun ikut berdoa.
Fleur bersikap dada. Menatap Julit ke arah otot-otot kekar dan besar milik Viktor. "Badan mu saja yang besar, tapi nyali mu tidak sama sekali."
Viktor tidak peduli, "Suka-suka ku." Katanya, memeletkan lidah pada Fleur.
Sedangkan Cedric, dia tengah asik membalas simbol heart ke arah Asteria dan Fluet. Meloncat-loncat kecil di tempat, dan berhenti saat sadar Dumbledore sudah berdiri dari tadi di sebelah nya dan menatap dirinya ngeri.
°°°°°
Publikasih : Kamis, 27 Juli 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harry Potter Twins| Weird and ridiculous
FanfictionREVISINYAA NANTI!! JADI KALO KETEMU TYPO ANGGAP SAJA UJIAN, LOVE. "Apa?! Aku tidak melakukan apapun. Aku gadis yang baik dan penurut."~~~ Asteria Lily Potter. _______ (Disini orang tua Harry masih lengkap. Beberapa tempat, mantra sihir dan tokoh...