Para perserta turnamen satu persatu masuk kedalam labirin itu. Didalam sana, mereka hanya di temani kegelapan dan rasa sunyi yang membuat suasana bertambah ngeri.
Bermodal cahaya sihir dari tongkatnya, Harry mulai melangkah dengan sangat hati-hati, memperhatikan sekitar dengan perasaan yang tak karuan. Dengan bermodalkan instingnya, sulung Potter terus berjalan ke depan.
Disisi lain, Cedric mulai merasa tidak tenang, sedari tadi dia merasa ada seseorang yang memperhatikan dan mengikuti dirinya, namun saat dia menoleh tidak ada siapapun. Perasaan gugupnya mulai bertambah saat suara langkah kaki itu semakin mendekat. Karena takut, pemuda tampan ini mulai berlari kemana pun asalkan menjauh dari sosok tersebut.
"Sialan." Umpat Cedric sembari terus berlari, dan berakhir menabrak sesuatu.
BRAKKK
"Harry?!"
"Cedric?!"
Sepertinya kedua pemuda itu tengah dalam keadaan yang sama. Dilihat dari wajah panik mereka berdua.
"Apa yang kau lakukan?." Tanya Harry, sembari mengatur deru nafasnya.
"Aku di ikuti seseorang." Jawab Cedric cepat.
"Sepertinya selain peserta, ada orang lain di dalam sini." Opini Harry, "Aku pun kabur dari seseorang."
Alis Cedric merengit, "Apa jang-----"
AAAAAAAA
Kedua pemuda itu saling melotot saat suara teriakan yang mereka kenal terdengar dari sisi kanan.
"Itu teriakan Fleur." Kata Cedric panik.
Baru saja ingin berbicara lagi, tiba-tiba terdengar suara gaduh dari belakang keduanya. Saat mereka menoleh, keduanya membelakan mata melihat dinding labirin itu mulai menyatu begitu cepat. Harry segera menarik tangan Cedric yang terpaku untuk melarikan diri dari sana.
°°°°°
Sudah dua jam lamanya para penonton menanti para juara mereka. Asteria, sedari tadi gadis cantik itu tidak bisa duduk dengan tenang. Dia selalu bergerak dan bergumam tidak jelas, karena tingkahnya Fluet yang ingin mengaca pun jadi kesulitan karena tangan Asteria yang sering kali tidak sengaja menabrak kaca kecilnya."Asteria bisakah kau tenang sedikit?!." Tanya Fluet jengah.
"Tidak bisa!." Jawab Asteria tegas. "Kakak ku belum juga kembali, bagaimana aku bisa tenang." Katanya sembari memasukan permen coklat kedalam mulut.
Fluet melutar bola mata malas. "Hyung akan baik-baik saja, jadi tolong duduk manis atau ku ikat kau!." Ancaman Fluet tidak di hirau Asteria.
Ron dan Hermione yang duduk di dekat keduanya hanya menggeleng kepala. Mereka pun sama paniknya, lihat saja James yang sudah menangis sedari tadi. Bagaimana tidak, ini sudah hampir tiga jam dan tidak ada tanda-tanda para perserta juara keluar dari labirin.
"Atau perlu ku jemput Harry?." Gumam Fleamont sakin khawatir nya. Lily yang duduk di sebelah mertuanya itu membelakan mata, karena omongan laki-laki tua ini bukan hanya omongan belaka.
"Sayang, niat mu sungguh mulai. Tapi ku sarankan dipendam saja." Kata Euphemia dengan senyum manis khasnya. Sirius hampir meledakan tawanya jika saja tidak mengingat situasi sekarang.
°°°°°
Harry dan Cedric baru saja menemukan satu fakta mengejutkan, bahwa Viktor, pemuda berkekar itu di sihir untuk sengaja menyakiti perserta turnamen lainya, contohnya Fleur, korban pertama dan terakhir pemuda itu.
"Percuma saja badannya besar, tapi gampang di sihir." Cibir Harry, gedek setengah mati karena Viktor hampir melempar mantra pada Jonny kecilnya.
Cedric terkekeh, "Sudahlah, Har. Yang terpenting kita berhasil melawan Viktor yang sedang mode terpelet." Masih dengan wajah kesal maksimal, sulung Potter mengangguk.
Mereka memilih memanjutkan perjalanan untuk mencari keberadaan piala itu. Yang ada di pikiran keduanya sekarang adalah bukan menjadi juara, tapi mencari cara agar cepat keluar dari tempat sunyi mengerikan ini. Masabodo dengan juara pertama, yang mereka butuh kan sekarang adalah makanan dan minuman, jujur saja mereka sangat lapar dan haus.
Langkah keduanya terhenti saat melihat ada cahaya dari depan, keduanya melangkah untuk memastikan dan hampir menangis saat melihat cahaya itu berasal dari piala yang mereka cari. Keduanya saling tatap dan mengangguk paham, dengan perasaan senang kedua pemuda itu berjalan santai sembari bergandengan untuk mengambil piala tersebut.
Akan tetapi, rasa senang mereka harus pudar untuk kesekian kalinya saat dinding labirin mulai menyatu kembali, mau tidak mau keduanya berlari cepat ke arah piala dan berhasil meraih pial itu bersama.
BRUKKK
Rasanya badan kedua pemuda ini seperti habis di hantam sesuatu yang keras, mereka tidak menyangka efek memegang piala itu akan seberutal ini.
Harry membuka matanya, terpaku melihat tempat dia berada sekarang. Dia menatap sekitar, terkejut melihat banyaknya ma'am yang ada di sana. Otaknya bekerja dengan cepat, bahwa kenyataanya sekarang dia berada di suatu tempat asing. Harry menoleh ke samping, melihat keberadaan Cedric. Ternyata pemuda itu sama bingungnya.
"Kenapa kita bisa sampai di sini?" Tanya Cedric, "Apa ada ronde kedua?."
Harry menggeleng sembari berdiri. "Entah, Ced. Tapi feeling ku tidak enak."
Seseorang keluar dari persembunyian, suara langkah kakinya mengalihkan tatapan Harry dan Cedric yang masih berbincang. Semakin dia melangkah semakin jelas juga wajahnya, dan hal itu berhasil membuat kedua remaja di sana terkejut untuk kesekian kalinya.
"Jadi kau yang membuat kami ada di sini?." Tanya Harry, menatap tajam sosok yang sudah berdiri sedikit jauh di depan nya.
Orang itu terekekeh, merasa lucu. "Tentu saja."
"Dan kau yang----"
"Yang menaruh nama mu? Yah benar." Kata orang itu, menyela omongan Harry.
"Bartemius Barty Crouch Junior, bukanya dia di Azkaban?." Gumam Cedric.
"Tunda dulu tegur sapanya, Barty. Lakukan tugas mu."
Harry dan Cedric baru sadar, jika Barty membawa seseorang di dalam gendong nya, itu nampak seperti bayik, tapi bayi mana yang bisa berbicara selancar itu, apalagi suaranya sangat tidak enak di dengar.
Terpaku dan penasaran dengan sosok yang ada di gendongan Barty, kedua pemuda itu tidak sadar jika sekarang tujuh mereka dalam keadaan terikat dan tidak bisa bergerak. Keduanya mencoba berantakan, tapi semakin mereka bergerak, rasa sakit pada tali yang sudah di sihir itu semakin menjadi-jadi.
"Lepaskan, sialan!." Pekik Harry marah.
Barty tertawa jahat, mengabaikan teriakan kedua remaja di sana, dia mulai menjalakan ritualnya. Harry dan Cedric hampir muntah saat melihat Barty menaro sosok kecil menyeramkan tadi kedalam kuali yang ada di sana. Keduanya hampir pingsan saat Barty dengan berani memotong tantanya sendiri untuk di letakan kedalam kuali itu.
Entah kalimat apa yang di katakan penjahat itu, tapi keduanya yakin bahwa dia sendang melakukan ritual hitam. Barty menatap Harry, bergerak cepat ke arah pemuda itu dan melukai tangannya sampai berdarah. Harry memejamkan mata karena rasa sakit dan perih yang luar biasa, padahal ini hanya lah luka kecil.
"Harr---" Panggil Cedric gugup saat melihat ada sesuatu yang aneh pada kuali itu. Keduanya saling bertatapan dan menemani ludah gugup saat munculnya sosok yang amat sangat tidak di tunggu Kehadirannya.
"Voldemort." Gumam keduanya.
°°°°°
Publikasih : Sabtu, 14 Oktober 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harry Potter Twins| Weird and ridiculous
FanfictionREVISINYAA NANTI!! JADI KALO KETEMU TYPO ANGGAP SAJA UJIAN, LOVE. "Apa?! Aku tidak melakukan apapun. Aku gadis yang baik dan penurut."~~~ Asteria Lily Potter. _______ (Disini orang tua Harry masih lengkap. Beberapa tempat, mantra sihir dan tokoh...