9

372 38 0
                                    

Asteria setia menunggu Harry yang masih berada di dalam ruangan bersama para Proffesor. Dia juga sudah menulis surat untuk kedua orang tuanya, meskipun tulisannya tidak begitu jelas karena sering  terkena air mata, tapi dia percaya Lily pasti paham dan dia yakini sebentar lagi James dan Lily akan segera datang ke Hogwarts.

Mata gadis itu bengkak karena terus menangis sedari tadi.

"Aste, Kau menangis pun percuma. Tidak aka meruba apapun." Kata Fluet, bertujuan membujuk gadis itu.

Asteria langsung saja mendongak menatap Fluet yang tersenyum manis ke arahnya, omongan pemuda ini memang tidak salah, tapi Atsria merasa kesal.

"Aste."

Mereka berdua menoleh, dan melihat James dan Lily mendekat ke arah mereka. Sontak saja, tangisan Asteria semakin peca. Lily langsung menarik sang bungsu kedalam dekapannya.

"Sssttt...Kakak mu akan baik-baik saja." Kata Lily menenangkan putrinya.

James menatap Fluet yang sama berantakan seperti Asteria, "Ada apa, Fluet? Bisa beri tau paman? Tadi---tulisan Aste tidak begitu jelas."

Fluet menarik nafas, lalu mulai menceritakan kejadian di aula tadi.

"Seperti itu paman, bibi." Katanya, membuat James melotot kaget.

Tanpa pikir panjang, James menerobos masuk kedalam ruangan itu. Kedatangannya di sambut tatapan kaget mereka yang ada di dalam. Terutama Harry yang sudah meneguk luda susah paya.

"James?" Kaget Dumbledore.

"Ini tidak bener, Proffesor Dumbledore. Anak ku tidak mungkin bertidak bodoh memasukan namanya kedalam piala api!" Kata Harry emosi sendiri, "Aku yakin ada yang sengaja menjebak anak ku!"

"Tapi kenyataanya seperti itu!" Karkaroff bersuara besar, membuat dia langsung di tatap tajam oleh James. "Nama anak mu ada di sana dan aku yakin dia sengaja memasukan namanya!"

"Kau ada bukti?!" Tanya James emosi. Dia lalu menatap Dumbledore, "Bukankah anda sudah memantrai Piala api, Proffesor Dumbledore?!. Lalu bagaimana anak ku bisa memasukan namanya?"

"Mungkin saja dia bekerja sama dengan seseorang yang lebih dewasa." Kata Karkaroff semakin mengundang amara James.

"Jangan sembarang!"

Hampir saja James melempar sepatu miliknya ke arah Karkaroff meremper  duel otot jika Lily tidak cepat datang dan menghalang suaminya.

"Sudah, James, sudah. Berkelahi di situasi seperti ini tidak ada gunanya." Nasehat Lily mengelus lengan James.

Situasi sedikit demi sedikit menjadi terkendali. Semua membicarakan masalah ini dengan kepala dingin. Harry tidak bisa keluar dari Turnamen, karena sudah terikat kontrak dengan piala api. Mau tidak mau Harry harus setuju, meskipun terpaksa.

Dia juga berusaha menjelaskan kepada orang tuanya, terutama kepada Lily kalau dia akan baik-baik saja sampai turnamen berakhir.

***

"Jaga diri dengan baik, jaga juga adik mu." Pesan Lily setelah melepas pelukan dari Harry, putranya.

Harry mengangguk, "Pasti, mum." Dia menatap James yang masih memasang wajah kesal sekaligus khawatir. "Father, aku akan baik-baik saja. Tenanglah."

James akhirnya hanya bisa menarik nafas lelah serta mengangguk pasra. "Tolong jangan di paksa, kala atau menang itu tidak penting, intinya keselamatan mu. Kau paham?" Harry lagi-lagi mengangguk, dan tersenyum.

Tatapan James berali kepada anak gadisnya dan Fluet yang tengah memakan es krim faktor lelah sehabis menangis. Kedua remaja itu seakan melupakan kejadian barusan. James hanya tersenyum geli.

"Aste, Fluet---tidak ingin memeluk father dan mum?" Tanya James. Aste melihat James dan Lily yang sudah merentangkan tangan, gadis itu tersenyum lalu menarik Fluet untuk berpelukan bersama.

Setelah itu mereka pamit pulang, tentu sebelumnya tidak lupa menasehati Asteria dan Fluet untuk tidak bertingkah lagi, tidak heran kenapa kedua orang tua ini tau, sebab kaki tangan mereka ada di mana-mana.

***

"HARRY!"

Harry yang baru menginjakan kaki ke dalam asrama Gryffindor langsung di sambut Pekikan khawatir kedua sahabatnya.

Ron dan Hermione yang tadi ingin menemani Harry harus menelan luda pahit karena Proffesor McGonagall yang tiba-tiba meminta bantuan keduanya.

"Bagaimana tadi? Kau tidak mungkin ikut kan?" Tanya Hermione setelah melepas pelukan dari Harry.

Pria berkaca mata itu menggeleng lemah, "Aku teriakan kontrak dengan piala api, jadi mau tidak mau aku harus ikut."

Ron dan Hermione saling pandang dan ikut menghela nafas.

"Ngomong-ngomong, dimana Asteria dan Fluet?" Tanya Ron yang baru sadar tidak menemukan batang hidung kedua gurunya. Diikuti Hermione.

"Mereka sedang jalan-jalan." Jawab Harry lalu mendukung diri di sofa.

Dia memejamkan mata, memori kejadian beberapa saat lalu di Great hall membuat dirinya overthingking. Dia yakin, ada orang yang sengaja menjebak dirinya.

Tapi, siapa? ~~~ Harry membatin.

*****

Publikasih : Jumaat, 28 April 2023.




Harry Potter Twins| Weird and ridiculousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang