25.

306 31 3
                                    

"SAYANGGGGGGG"

Pagi hari yang cerah di Hogwarts di sambut teriakan menggelegar punya sang bungsu Potter.

Asteria berlari mendekat pada Draco yang tengah berdiri di ujung lorong. Pemuda itu menatap datar Asteria, rasa kesalnya masih ada.

"Pagi sayangg." Sapa Asteria, lalu cekikikan tidak jelas.

Draco tidak minta menjawab. Dia mengabaikan Asteria, keputusannya sudah bulat sejak semalam di mana gadis ini meninggalkan dirinya.

"Sayang kau marah?" Tanya Asteria, tanganya bergerak untuk menggandeng Draco, tapi langsung di tepis pemuda briman ini. "Shibal isss." Upat Asteria tapi masih dengan senyum manis. "Kenapa kau menepis tangan ku, sayang gae-sae-kki?"

Draco tetap diam dan tidak menangggap Asteria membuat gadis ini cemberut.

Di dalam benaknya, Draco berpikir apa Asteria tidak merasa bersalah sama sekali? Kenapa dia terlihat santai dan kenapa tidak mau minta maaf?!.

Asteria yang merasa Draco akan tetap mendiami dirinya menghela nafas lalu berkata, "Yah sudah Kalo tidak mau, aku pergi saja."

Dasar manusia uban sialan~~ batin manusia tidak tau diri.

Draco mengepal kedua tangannya, rahangnya mengeras. Kenapa Asteria sangat tidak sadar diri sekali?!.

"Gadis gila sialan kau Potter!" Umpat Draco, pergi dari sana.

°°°°°

Pansy bingung sendiri, apakah dia harus mulai menunjukan rasa sukanya terhadap Fluet atau diam dulu untuk sekarang.

Tapi jika dia terlalu lama diam, yang ada gadis-gadis yang ikut mengejar pemuda itu akan selangkah lebih maju dari dirinya. Contohnya sekarang, di depan sana ada seorang gadis yang tengah menyatakan perasaannya kepada Fluet dan berakhir di tolak pemuda Thailand itu.

Pansy menghebuskan nafas legah. Untuk saja Fluet menolak, jika tidak dia akan galau tujuh lautan dan lima bulan purnama.

Daphne yang berdiri di sebelahnya emosi sendiri melihat tingkah Pansy. "Kalau suka kenapa tidak kau ikut para gadis itu?!----jangan diam seperti ini!."

Pansy berbalik, memegang kedua pundak Daphne. "Daphne, sahabat ku yang cantik. Kau tidak akan mengerti apa yang aku rasakan saat ini."

"Terserah kau---tapi jangan menangis jika suatu hari nanti Fluet menerima ajakan kencan dari gadis-gadis itu."

"Jangan sembarangan!." Pansy melotot garang, "Itu tidak akan terjadi."

Daphne mencibir, dia berlalu dari sana meninggalkan Pansy yang sembunyi di balik tembok untuk memata-matai Fluet.

"Yah Tuhan dia tampan sekali." Puji Pansy, hatinya berdetak tidak karuan.

"Siapa yang tampan?."

"Tentu saja calon ayah dari anak-anak ku."

"Siapa?."

"Fluet." Pansy terdiam, dia melotot dan segera berbalik melihat siapa yang berbicara dengannya dari tadi. Saat itu juga dia merasa ingin menghilang melihat Asteria yang tengah menutup kedua mulut nya.

"Omo omoooooo, kau menyukai my chingu?." Ujar Asteria luar biasa terkaget-kaget.

Pansy ingin mengelak, tapi tidak sempat saat bungsu Potter berkata lagi. "Jujur saja, tidak perlu menyangka!. Ckckckckck."

Pansy mengigit bibir bawaanya, kenapa dari sekian banyak manusia di Hogwarts harus gadis gila ini yang menangkap basa dirinya, apalagi Asteria sahabat Fluet!.

Dia tidak punya pilihan selain mengaku sekarang, mungkin saja Asteria bisa membantu. "Aku menyukai sahabat mu, Fluet." Jujur Pansy pada Asteria.

Asteria menatap Pansy, lalu mengangguk-angguk. "Aku tau."

Pansy mendelik, apa benar yang di katakan Daphne kalau gerak-geriknya terlalu kentara?. "Bagaimana kau bisa tau? Dan kau kenapa biasa saja?"

Sebelum menjawab Asteria membuka bungkus coklatnya. "Yah tau, barusan kau jujur" Asteria heran dengan gadis berambut jamur ini. "Lagi pula banyak yang menyukai sahabat ku itu." Tutur Asteria bangga, "Baik di sekolah lama atau di sini, Fluet sering mendapat pengakuan cinta tapi dia menolak mereka semua."

"Kenapa?" Pansy bertanya.

"Yah karena dia tidak mau---tentu saja." Kata Asteria, "Bukan karena dia gay atau apapun itu yang orang-orang katakan."

Pansy menunduk, wajahnya cemberut. Apa dirinya akan bernasip sama dengan gadis-gadis yang di tolak Fluet?.

Asteria berdecak-decak melihat Pansy, "Tapi, Pans----kita tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya. Mungkin saja Fluet akan menerima cinta mu." Asteria mulai berbicara panjang lebar dan menasehati Pansy serta menyakini gadis ini.

Setalah mendapat pencerahan dari Asteria, Pansy memutuskan akan mengejar Fluet dan mencintai pemuda itu secara ugal-ugalan.

Dia tidak peduli lagi dengan rasa gengsi atau apapun itu. Lebih baik berjuang daripada diam seperti orang bodoh yang mencintai dalam diam.

"FLUET!." Panggil Pansy dengan suara keras.

Semua orang di sana ikut berbalik, termaksud Fluet yang sibuk mengaca. Asteria menatap curiga kepada gadis di sebelahnya, dia membelakan mata saat Pansy melangkah ke arah Fluet.

Pansy sudah berdiri di hadapan Fluet yang menatap dirinya dengan sebelah alis terangkat.

"Ada ap---"

"Fluet aku menyukai mu."

"Hah?."

Asteria memukul jidatnya, tidak habis pikir cerama panjangnya tadi akan membuat Pansy bertidak gegaba seperti ini.

Bungsu Potter bersikap dada, melihat Pansy. "Ckckckckck, neon kkeutnass-eo."

°°°°°

Publikasih : Kamis, 25 Mei 2023.

Harry Potter Twins| Weird and ridiculousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang