Malam harinya, Arman kembali lagi ke rumah yang akan ia tinggali dengan sang istri, setelah meminta idzin kepada sang ibu, akhirnya Arman bisa sedikit lega, walaupun ya kelegaan itu hanya sesaat karna kebohongan seperti ini tidak akan pernah bertahan lama.
Arman tau kalau yang ia lakukan itu salah, tapi apa mau dikata, keadaan yang memaksanya, demi kesehatan sang ibu ia rela melakukan apa pun, walau harus mengorbankan nyawanya sendiri.
Arman bisa di bilang anak yang sangat berbakti, namun di saat bersamaan ia juga anak durhaka, hanya gara-gara nasib yang sangat menyedihkan, ia harus menanggung keduanya bersamaan.
Namun untuk saat ini, Arman tidak mau ambil pusing, selama ibunya kembali sehat ia rela, ini demi sang ibu dan juga adiknya, untuk kedepan Arman bisa pikirin lagi.
Arman yang malang menjadi suami kontrak dari seorang wanita karir yang tengah hamil, pertemuan tidak terduga itu menyeret Arman masuk ke dalam lingkaran kehidupan para orang kaya.
Bisa di bilang hanya di anggap sebagai babu dan di manfaatkan, tidak di perhatikan hanya mendapat sikap selayaknya majikan dan pembantu, Arman sungguh kasihan.
Ia harus pulang pergi naik angkot lalu jalan kaki, ongkos pakai uang sendiri sisa tabungannya, ia tidak punya uang lagi karna semuanya habis untuk pengobatan sang ibu.
Huh!
Sudahlah. Semua itu sudah jalannya, sekarang yang harus ia lakukan adalah menjalankan perannya dengan baik.
Entah jam berapa Arman tiba di rumah barunya Jovita, untung saja ia di kasih kunci cadangan jadinya ia bisa masuk tanpa mengganggu orang rumah.
Perlahan Arman masuk lalu menutup pintu kembali, menarik napas dalam lalu melangkah pasti, setibanya di ruang tamu, Arman langsung melihat kondisi yang cukup berantakan, beberapa kaleng minuman yang ia tidak kenal dan juga sampah sisa makanan.
"Ugh!" Arman langsung menutup hidungnya saat mencium aroma tidak sedap dari tempat itu.
Arman juga tidak bodoh, itu bau akohol yang berasal dari kaleng-kaleng yang berserakan, lekas Arman memungut satu persatu, secara perlahan Arman membereskan itu semua lalu membuangnya ke tempat sampah.
"Kebiasaan orang kaya emang aneh-aneh. Minum kok yang kayak gini, ada-ada saja," gumam Arman setelah membuang sampah.
Arman juga mengambil sapu dan pel untuk membereskan sisa-sisanya, setelah selesai aroma disana sudah berubah menjadi harum, tidak berbau alkohol lagi.
Arman tau kalau Jovita habis pesta bersama teman-temannya, Arman ingin menegur, tapi apalah daya, ia bukan siapa-siapa.
Di saat Arman sedang mengepel lantai, ia tidak menyadari kalau ada seseorang yang berjalan sempoyongan ke arahnya, dengan raut mata yang sayu dan memegang kepalanya, orang itu perlahan berjalan mendekati Arman, tanpa basa-basi langsung menubruknya dari belakang.
Brukk!
"Astagfirullah! A-apaan nih!" Arman melonjak kaget saat kedua tangan memeluknya erat dari belakang.
"Huhuhu... Ternyata ada penghuni cowok juga disini. Kebetulan gue lagi butuh pelampiasan," kata orang itu yang ternyata adalah Meylin yang tengah mabuk berat.
Mendengar suara yang engga ia kenal, Arman tentu saja berontak. "Lepasin saya! Cepat!"
"Huhuhu... Gue mau di sentuh, gue mau di sentuh. Cepat sentuh gue!"
"T-tolong lepasin saya! K-kalau k-kamu hantu, tolong jangan takut-takuti saya. T-tapi kalau k-kamu manusia, c-cepat lepaskan saya!"
"Huhuhu... Puasin gue cepat! Gue mau di sentuh."
Meylin semakin menggila, dia tidak hanya memeluk Arman, tapi kedua tangannya juga mulai meraba-raba dadanya Arman, Meylin juga mulai menghembuskan napas beberapa kali di leher Arman.
Arman terus berontak, namun entah kenapa tenaga Arman tidak bisa melepas kedua tangan Meylin, Arman semakin paranoid, apa lagi Meylin semakin berani.
"MBAK! TOLONG SAYA!" Arman akhirnya berteriak memanggil Jovita.
"MBAK JOVITA! TOLONG SAYA!" Arman berteriak sekali lagi, kali ini dengan suara yang tinggi.
Sambil menunggu pertolongan, Arman berusaha menahan kedua tangan Meylin.
"MBAK! TOLONG SA---"
"Berisik elah! Kenapa teriak-teriak sih?" Suara Jovita menyerobot perkataan Arman.
"Tau nih! Siapa sih yang teriak malam-malam gini! Ganggu orang lagi tidur aja deh," sambung Karin.
Keduanya baru turun dari lantai atas sambil mengucek-ngucek kedua bola matanya, mereka langsung terlonjat gara-gara teriakan Arman barusan.
"M-mbak! Tolong saya! Saya di tempeli hantu dari tadi," kata Arman yang membuat Jovita semakin sadar.
"What the fuck!" umpat Jovita dan Karin bersamaan.
Kedua bola mata mereka membulat saat melihat pemandangan di depannya, mereka melihat Meylin yang tengah menggerayangi tubuh Arman, seolah-olah Meylin akan memperkosanya.
"Arman, apa yang kamu lakukan?" tanya Jovita dengan suara nyaring.
"B-bukan saya mbak! S-saya gak tau apa-apa, tiba-tiba ada hantu yang nempeli saya. Tolong saya mbak!" balas Arman dengan wajah panik.
"Hahaha..." Karin tertawa mendengar perkataan Arman.
"Hantu! Hantu kepala kamu? Ini teman saya Arman. Kenapa kamu bisa pelukan sama dia?"
"Eh! T-teman mbak?"
"Iya. Kamu mau ngapain dia?"
"S-saya gak mau ngapa-ngapain mbak, saya lagi ngepel sama nyapu, tiba-tiba saya di peluk kayak gini, saya kira hantu."
"Hahaha... Pembantu lo kocak juga Vit." Karin kembali tertawa.
"Astaga!" Jovita geleng-geleng kepala, setelah itu beranjak ke arah Arman.
Jovita tanpa segan langsung menjewer telinga Meylin, ia juga meminta bantuan Karin karna Meylin yang masih di bawah pengaruh alkohol, seperti yang mereka tau, Meylin suka rusuh kalau sudah mabuk berat kayak gini.
"Meylin! Lepasin Arman sekarang juga!" kata Jovita sambil menarik tubuh Meylin.
"Huhuhu... Ini cowok gue buat malam ni, lo cari cowok lain aja, gue mau have fun sama dia," balas Meylin sambil meracau.
"Ugh! Lo gila abis, pembokat si Jovita juga mau lo embat Mey? Astaga!" timpal karin.
"Bodo amat. Dia milik gue malam ini."
"Meylin! Celat lepasin Arman sekarang juga."
"Gak mau."
"Lepasin elah!"
Mereka justru saling tarik menarik satu sama lain, Jovita dan Karin terus berusaha melepas Meylin dari tubuh Arman, sementara Meylin masih kukuh gak mau lepasin Arman.
Arman sudah seperti barang dagangan, kalau terus seperti ini Arman bisa habis, terpaksa Arman pakai cara kekerasan.
"Maafin saya ya mbak kalau saya pakai kekerasan!" kata Arman meminta maaf lebih dulu.
Setelah itu Arman berusaha menarik satu tangan Meylin lalu menggigitnya sangat kencang.
"Arrhhh... Tangan gue!" Meylin merintih, alhasil ia melepas kedua tangannya dari tubuh Arman.
Kesadaran Meylin mulai pulih karna gigitan dari Arman, Meylin mengusap-ngusap tangannya yang habis di gigit oleh Arman, bekas gigitannya juga tertinggal di tangan mulus seorang Meylin.
Jovita dan Karin saling bertukar pandang satu sama lain, lekas setelah itu mereka mengejek Meylin secara bersamaan.
"Hahaha... Mampus lo! Rasain tuh gigitan buldog. Haha..."
"Ugh! Sialan lo berdua."
* * *
...TO BE CONTINUE...
![](https://img.wattpad.com/cover/293968952-288-k359029.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI 100 JUTA ✅ [SELESAI]
Romansa(END) Jovita seorang wanita karir harus menerima kenyataan kalau dirinya tengah mengandung janin dari laki-laki yang tidak ia ketahui, ia berpikir keras untuk mencari jalan keluar sampai salah satu temannya menyarankan untuk mencari suami kontrak. T...