Part 11

2.7K 116 0
                                    

Arman pulang dengan keadaan tangan berdarah, ia langsung pergi ke kamar mandi setelah menyimpan CV lamaran kerjanya di atas meja ruang tengah, ia tidak terlalu peduli karna fokus kepada luka di tangannya.

Luka yang cukup lebar dan dalam yang di akibatkan oleh pisau lipat sang pencopet tadi, Arman menolong seseorang yang kecopetan tadi, hasilnya tangannya harus luka.

Arman tidak memperdulikan korban copet tadi, ia menolak untuk di bawa ke rumah sakit karna tidak mau merepotkan orang, apa lagi ia hanya orang miskin, ia tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit.

Di sepanjang perjalanan, darah yang keluar dari tangan Arman sangat deras, Arman berusaha menekannya sekuat tenaga, darah itu juga membanjiri CV dan juga pakaiannya, maka dari itu mau tidak mau Arman harus langsung mandi setelah pulang.

Satu demi satu pakaian yang ia kenakan mulai ia tanggalkan, ia membasuh dulu luka di tangannya, beruntung ada kotak p3k di kamar mandi ini, jadi Arman bisa mengobati lukanya dulu sebelum mandi.

Gemericik air terdengar saat Arman mandi, setiap inci bagian tubuhnya yang terkena darah mulai di bersihkan, hari pertama mencari kerja sudah mengalami nasib naas seperti ini, untungnya hanya luka kecil saja.

Arman menikmati seriap tetes air yang menimpanya, seminggu di rumah ini Arman mulai terbiasa menggunakan barang-barang mewah termasuk shower di kamar mandi yang sedang ia gunakan.

Walau pun terkadang masih linglung tapi sebagian besar Arman sudah bisa menggunakan barang-barang itu, Arman juga tidak sebodoh itu sampai tidak sanggup belajar mengenai teknologi modern.

"Sial banget nasib mu Ar, baru juga nyari kerjaan udah ketimpa apes kayak gini, terpaksa besok harus diam di rumah beberapa hari sambil nunggu lukanya kering." Arman bermonolog sendiri disana.

Arman meratapi nasibnya sendiri, nasib yang selalu saja kejam dan tidak berpihak padanya.

Pertama di tolak karna alasan tidak logis, padahal ia yang pertama bertanya tapi langsung di tolak begitu saja, ia tau kalau ia tidak punya koneksi, jadi ya ia memaklumi, lalu keapesan selanjutnya ia selalu di tolak di berbagai tempat dari matahari terbit sampai hampir matahari terbenam, setelah itu ia kena sial karna menolong seseorang.

Untuk menolong seseorang ia tidak pernah menyesal, ia hanya kesal karna nasib tidak berpihak padanya, tapi walaupun begitu, Arman tidak bisa berbuat banyak, ia hanya bisa berdoa dan berusaha semampunya.

Arman terdiam sejenak memikirkan kejadian tadi. "Hmm. Sepertinya perempuan itu pekerja kantoran sama seperti mbak Jovita, pasti di dalam tasnya terdapat banyak file-file penting, untungnya dompetnya masih bisa di selamatkan."

Sambil bermonolog Arman kembali membasuh tubuhnya, tanpa ia sadari kalau pintu kamar mandi itu sedikit rusak, gagang pintunya tidak ada dan menyisakan lubang berukuran kecil disana, namun lubang itu cukup bisa di pakai untuk mengintip.

Dan kebetulan juga tanpa disadari, selagi tadi ada sepasang mata yang tengah mengintip memandangi pemandangan indah disana, sambil berjongkok orang itu menenggak salivanya sendiri karna melihat batang kehidupan milik Arman yang sangat besar.

Orang itu adalah Meylin, sahabat Jovita yang tidak sengaja mengintip Arman mandi.

Tadi, sesaat setelah Arman pulang, Jovita dan kedua temannya juga pulang, karna kehausan di cuaca yang terik seperti ini, Meylin berinisiatif untuk mengambil minum buat dirinya dan kedua temannya.

Tapi, suara gemericik air di kamar mandi membuat atensi Meylin teralihkan, awalnya ia penasaran ingin mengetahui siapa yang ada di dalamnya, namun seterusnya ia ketagihan karna melihat pemandangan indah yang sudah lama ia tidak rasakan.

Sambil memegang beberapa botol minuman serta beberapa cemilan, Meylin terus mengintip aktivitas yang Arman lakukan di dalam.

Gleuk!

Beberapa kali Meylin meneguk salivanya sendiri, entah berapa kali sudah tidak terhitung lagi.

"Omg! Gede banget batangnya, ngiler gue, ugh!" ucap Meylin bermonolog sendiri.

Meylin terus memperhatikan aktivitas Arman di dalam, tanpa ia sadari, miss V nya mulai terasa gatal dan cenat-cenut, Meylin mulai merasa kepanasan sendiri karna melihat pemandangan yang sangat erotis.

Meylin mulai mengankat kedua tangannya untuk mengukur dan mengira-ngira seberapa besar ukuran batang milik Arman, setelah selesai mengukur, Meylin justru terkejut sendiri.

"Busyet! Gede bener. Segini!" kata Meylin dengan nada pelan.

"Hmm. Kalau ukuran segitu masuk ke miss V gue...gleuk!" perkataannya sendiri justru menjadi boomerang.

Meylin memperagakan gerakan yang seolah-olah batang milik Arman masuk ke dalam miss V nya, ia membawa kedua tangannya ke arah miss V, namun saat sudah dekat dengan area intimnya, Meylin justru semakin terkejut, ia terkejut karna merasa kalau batang milik Arman tidak akan muat di dalam miss V nya.

"AAA..."

Tanpa sadar Meylin menjerit sendiri dengan nada tinggi, tentu saja itu langsung membuat Arman yang dmada di dalam kamar mandi terkejut mendengarnya.

"Hei! Siapa itu?" todong Arman.

Meylin segera beranjak karna tidak ingin ketahuan, ia lantas membawa beberapa botol dan cemilan tadi untuk di bawa ke dalam.

Namun saat hampir keluar dari dapur, ia berpapasan dengan Jovita dan juga Karin yang mendengar jeritan Meylin tadi.

"AAA..." Ketiganya menjerit karna kaget.

"Gila lo berdua, ngagetin gue aja," semprot Meylin dengan napas terengah-engah.

"Lo yang gila. Ngapain lo ngejerit tadi? Kita berdua sampai kaget gila," balas Karin ngotot.

"Tau lo. Ngapain ngejerit juga, ketimbang ke dapur doang," sambung Jovita.

"Ah anu itu... anu, g-gue... ah g-gue..."

"Ah eh ah eh apa hah? Yang jelas kalau ngomong!"

"I-itu... apa. G-gue ketemu kecoa tadi, g-gue takut."

"Ck. Kirain apaan! Ketemu kecoa juga takut, cemen lo Mey. Mana kecoanya mana? Gue injak juga sekalian sama lo Mey."

"Sialan lo Kar. Gue beneran takut gila."

"Udah-udah. Lo berdua ribut mulu dah."

"Karin duluan tuh Jo."

"Idih! Lo duluan tuh Mey, pake ngejerit segala, kirain gue lo nemuin ular di dapur."

"E-engga. G-gue gak takut uler, gue takutnya kecoa."

"Udah elah. Mey, mana minuman sama cemilannya?"

"Nih. Gue tadi buru-buru jadi cuma bawa segini."

"Ya udah sana duluan, biar gue yang ngambil di kulkas."

"Ok. Hati-hati ada kecoa Vit."

"Ugh! Takut."

"Hahaha. Gue juga takut Vit, ampe ngejerit."

"Sialan lo berdua."

Dengan kesal Meylin langsung beranjak ke ruang tengah, Meylin pergi di susul oleh Karin di belakang yang masih saja mengejek.

Sementara itu Jovita beranjak ke arah kulkas, ia langsung mengambil beberapa makanan dan minuman lainnya, minuman dan makanan yang di bawa Meylin terlalu sedikit.

Saat Jovita sedang sibuk, tiba-tiba Arman datang dari belakang, Arman yang masih mengenakan handuk menghampiri Jovita yang tengah sibuk.

"Lagi nyari apa mbak?" tanya Arman.

"Ah ini, saya lagi nyari..." perkataan Jovita terhenti sejenak saat ia menoleh ke arah Arman.

"AAAAA...ARMAN! NGAPAIN LO CUMA PAKAI HANDUK DOANG?"

* * *

...TO BE CONTINUE...

SUAMI 100 JUTA ✅ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang