Jovita terbangun di tengah malam karna merasakan perutnya berbunyi karna kelaparan, perutnya minta di isi katna terakhir kali di isi itu adalah siang hari kala istirahat makan siang di kantornya, dan kini sudah hampir 12 jam tidak di isi.
Jovita terlalu larut dengan kesedihannya, padahal hanya di dinginin oleh sikap Arman, tapi entah kenapa efeknya justru merambat kemana-mana.
Jovita lupa makan dan lupa kalau janin dalam perutnya perlu asupan gizi yang tepat, Jovita lupa padahal dirinya sendiri yang berinisiatif melanjutkan kehamilannya itu.
Jovita menolak untuk menggugurkan kandungannya itu karna merasa tidak tega, tapi kini justru dirinya yang sudah tega menelantarkan janin dalam perutnya sendiri, Jovita lupa akan hal itu.
Maka dari itu saat ini, Jovita memilih untuk bangun, keluar dari kamar lalu mulai menuruni anak tangga, Jovita perhi ke dapur untuk mencari makanan yang bisa di makan.
Namun setelah beberapa lama mencari, tidak ada sedikitpun makanan, bahkan makanan yang di pesan Meylin pun sudah luput tak tersisa, kedua temannya itu memang bener-bener keterlaluan.
Jovita ingin balik lagi ke kamar, namun tanpa sengaja kedua matanya menyadari segelas susu di atas meja, itu susu ibu hamil yang di buat oleh Arman untuknya.
Jovita mengambil gelas tersebut dan berniat untuk meminumnya, namun tanpa disadari, Arman tiba-tiba saja datang ke dapur.
"Eh! Mbak Jovita, lagi ngapain?" tanya Arman penasaran saat melihat Jovita di dapur.
Jovita menoleh sekilas. "Nih! Mau minum ini."
"Itu, susu yang saya buat tadi kan?"
"Iya. Saya kelupaan, jadi saya mau minum sekarang."
"Eh! Engga-engga. Itu sudah lama, mbak gak boleh minum itu."
"Memangnya kenapa? Lagian ini buatan kamu kok."
"Iya. Tapi gak boleh mbak. Mari saya buatin yang baru untuk mbak."
"Lalu ini gimana?"
"Buang aja. Itu udah lama kok, pasti gizi nya udah ilang."
"Ya sudah."
Jovita langsung menaruh gelas dan susu nya ke atas wastafel untuk di cuci, tapi tiba-tiba saja perutnya berbunyi cukup kencang dan langsung menarik perhatian Arman.
Arman menatap ke arah Jovita yang perutnya keroncongan, meronta-ronta minta di isi sesegera mungkin.
"Mbak laper?" tanya Arman.
Jovita mengangguk pelan. "Belum makan dari siang."
"Aish! Mbak gimana sih? Kok makan aja sampai kelupaan! Mbak kan lagi hamil jadi wajib jaga kondisi mbak, harus makan-makanan yang bergizi untuk mbak sama debay nya."
"Ya, maaf! Namanya juga lupa."
"Lain kali gak boleh gitu mbak. Mbak harus memperhatikan kesehatan mbak sama debaynya.
"Iya-iya. Lagian ini juga salah kamu Arman."
"Lho! Kok jadi nyalahin saya mbak?"
"Ya iya lah. Coba aja kalau kamu gak pulang malam, mungkin saya sudah makan masakan kamu dari tadi, mana pulang-pulang ngacuhin saya lagi, saya kan jadi sedih, Arman"
"Astaga! Maafin saya mbak! Saya ada sedikit masalah jadi sedikit kelupaan sama mbak."
"Huh! Kan kamu bisa cerita sama saya, bukannya justru acuhin saya."
"Iya-iya maaf mbak! Kalau gitu saya masakin sekarang aja, gimana? Mbak mau masak apa?"
"Hmm. Berhubung kamu baik mau masakin saya, saya maafkan. Lalu kalau bisa tolong masakin nasi goreng, tiba-tiba saya mau nasi goreng."
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI 100 JUTA ✅ [SELESAI]
Storie d'amore(END) Jovita seorang wanita karir harus menerima kenyataan kalau dirinya tengah mengandung janin dari laki-laki yang tidak ia ketahui, ia berpikir keras untuk mencari jalan keluar sampai salah satu temannya menyarankan untuk mencari suami kontrak. T...