Hari ini seperti yang di katakan oleh Bram, dirinya langsung bergegas pergi ke rumah Jovita, mengingat masalah yang sudah berlarut-larut itu tidak bisa di biarkan lebih lama lagi, dirinya tentu akan sangat menyesal sebab itu akibat ulahnya.
Bram tidak menyangka kalau kejadiannya akan berakhir seperti ini, dulu dirinya sangat tertarik dengan Jovita, maka dari itu ingin menikmati tubuhnya, bahkan rasa tertarik itu juga kembali muncul saat dirinya pulang dari luar negri, sungguh si sayangkan kalau akhirnya akan stragis ini.
Bram tidak tau kalau Jovita tengah mengandung, dan 99 persen, janin itu adalah darah dagingnya, dirinya justru terus memaksa Jovita untuk menurutinya, bahkan tidak memperdulikan penolakan dan perawanan yang di lakukan Jovita.
Kini dirinya memberanikan diri untuk menghadapi keluarga Jovita, ia akan menanggung semua konsekwensinya, itu semua bukan untuk orang lain, tapi semata-mata menyesal karna sudah turut ambil andil dalam meninggalnya janin yang merupakan darah dagingnya.
Menghela napas pelan beberapa kali lalu mulai melangkah ke depan pintu rumah Jovita, kembali mengumpulkan keberanian lalu mengetuk pintu rumah.
Toktoktok!
Bram mengetuk pintu beberapa kali sambil terus mengumpulkan nyali, membenarkan kerah bajunya sambil sedikit menyeka keringat yang membasahi wajahnya.
Bram harap-harap cemas menunggu di depan pintu, menunggu kejadian yang dari tadi hinggap di benaknya, Bram hanya berharap kalau kenyataannya tidak separah apa yang di bayangkan olehnya.
Ckrek!
Pintu akhirnya di buka dari dalam, di balik pintu langsung muncul seorang wanita paruh baya, dia adalah Lilia ibu dari Jovita, Lilia menatap bingung ke arah Bram yang sedang tersenyum lebar.
"Pagi tante!" sapa Bram ramah.
Lilia mengangguk pelan. "P-pagi juga. M-maaf! Kamu siapa ya? Ada perlu apa?"
"Nama saya Bram, tante. Saya kesini ada keperluan sama Jovita. Jovitanya ada?" tutur Bram berterus terang.
"Maaf! Jovitanya sedang tidak bisa di ganggu, dia lagi sakit. Kamu bisa kesini lain kali."
"T-tapi ini penting tante."
"Sekali lagi maaf! Jovita sedang tidak ingin di ganggu."
"T-tapi ini tentang kecelakaan Jovita tante."
Lilia yang tadinya ingin menutup pintu langsung terhenti tatkala Bram bicara seperti itu, Lilia merasa heran karna orang asing seperti Bram tau tentang kecelakaan Jovita, tentu Lilia bertanya-tanya di benaknya.
"A-apa maksud kamu? Kamu tau tentang penyeban kecelakaan anak saya?" tanya Lilia.
Bram mengangguk. "Ya. Saya tau tante. Saya mohon idzinkan saya masuk, saya ingin bertemu dengan Jovita sekaligus kedua orang tuanya, ada hal yang perlu saya bicarakan."
"Baiklah. Kamu boleh masuk, saya akan panggil suami saya dan juga anak saya."
"Terima kasih sebelumnya, tante!"
Bram langsung mengekor mengikuti Lilia dari belakang, Bram langsung di persilahkan duduk, sementara Lilia masuk ke dalam untuk memanggil suami dan anaknya.
Beberapa hari ini, Lilia dan juga Hari tinggal di rumah Jovita, mengingat rumah mereka saling berhadapan jadi mempermudah semuanya, keduanya selalu menjaga Jovita yang kondisinya masih kurang stabil, Tania juga selalu ikut tinggal disini.
Tidak lama, Lilia kembali bersama hari, di tambah Jovita yang di dudukan di atas kursi roda yang di dorong oleh Tania, semuanya langsung beranjak karna Lilia mengatakan ada hal yang penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI 100 JUTA ✅ [SELESAI]
Romansa(END) Jovita seorang wanita karir harus menerima kenyataan kalau dirinya tengah mengandung janin dari laki-laki yang tidak ia ketahui, ia berpikir keras untuk mencari jalan keluar sampai salah satu temannya menyarankan untuk mencari suami kontrak. T...