Sore harinya sepulang bekerja, Arman langsung membereskan sisa-sisa pekerjaannya, di hari pertama ini Arman bertugas di bagian belakang supaya tidak berinteraksi dengan para karyawan disini, sesuai perintah Kamal senior Arman disini.
Arman mengdengarkan nasihat dari Kamal untuk tidak menghiraukan perkataan orang lain, Arman juga berpikiran seperti itu, ia hanya ragu karna sedikit mengungkit masalah hatinya.
Namun kini Arman sudah mempunyai kepercayaan diri lagi, ia akan fokus kepada tujuannya kala mencari pekerjaan, ada orang yang harus ia nafkahi saat ini.
Sebisa mungkin Arman akan selalu mengacuhkan perkataan orang lain, ia hanya akan percaya pada apa yang ia lakukan, tidak boleh ada keraguan sedikitpun dalam hatinya.
Setelah hinaan yang di lontarkan Karin tadi, Arman memilih untuk bekerja di lantai lain agar tidak bertemu dengan Karin, Meylin atau pun Jovita istrinya, ia tidak ingin berjumpa dengan mereka.
Lantai di perusahaan ini cukup banyak, jadi Arman bisa bekerja di lantai berapapun selama ada pemberitahuan kepada yang lainnya agar tidak saling timpang tindih.
Jam pulang di sore hari membuat semua orang beranjak pergi meninggalkan gedung ini, hampir semua karyawan memilih untuk langsung pulang, tapi ada juga beberapa karyawan yang lembur karna pekerjaannya yang belum selesai.
Hal itu juga sudah biasa disini, dan ada juga beberapa OB yang memang bertugas sore hari sampai malam, itu di maksudkan untuk menemani karyawan yang melakukan lembur.
Semua sudah pulang, dan kini giliran Arman yang turut pulang juga, berganti pakaian lalu keluar dari ruangan khusus OB, Arman keluar hampir bersamaan dengan Kamal yang juga akan segera pulang, keduanya berjalan bersamaan menuju pintu keluar.
"Eh, kamu pulang arah mana Man?" tanya Kamal ingin tau.
Arman menoleh sebelum mejawab. "Ke pusat mas. Ada apa ya?"
"Kalau gitu barengan saya saja, Man."
"Emangnya mas Kamal ke arah mana? Ke pusat juga?"
"Ya hampir sama lah. Paling kamu saya turunin di jalan nanti, kamu ke kanan saya ke kiri."
"Oh! Kalau gitu engga usah deh mas. Nanti ngerepotin."
"Santai aja elah, gak ngerepotin kok."
"Yakin gak ngerepotin?"
"Iya. Tenang aja elah. Seperti yang saya bilang, nanti kamu saya turunin di jalan. Engga apa-apa kan?"
"Eh! E-engga kok mas. Saya justru berterima kasih karna mas mau ajak saja nebeng."
"Hehe. Kebetulan kita hampir searah, jadi saya tawarin kamu bareng, kalau beda ya ngapain juga saya ajak kamu nebeng."
"Bener juga apa mas Kamal."
"Yok! Kamu tungguin di depan, aya ambil motor di parkiran dulu."
"Siap. Maaf kalau ngerepotin mas Ka---"
"ARMAN!" teriak seseorang memotong ucapan Arman.
Baik Arman maupun Kamal langsung menoleh ke sumber suara, keduanya langsung melihat seseorang perempuan melambaikan tangan ke arahnya, selain itu perempuan itu langsung beranjak mendekat karna tidak sabar berjumpa dengan Arman.
"Mbak bos!" gumam Kamal kebingungan, pasalnya ia tidak tau kalau Arman kenal dengan bos mereka itu.
"Man! Kamu kenal sama bos kita?" tanya Kamal penasaran.
Arman langsung menoleh. "Baru kenal tidak lama. Memangnya kenapa?"
"E-engga kenapa-napa. Saya cuma penasaran saja."
"Oh! Kirain ada apa."
Kamal menatap heran ke arah Arman, dia berpikir kalau Arman sangat beruntung karna bisa mengenal bos di perusahaan tempat mereka bekerja, padahal tidak sembarang orang yang bisa dengan mudah berbincang bahkan berteman dengan bos mereka itu.
Kini Kamal yang sedikit merasa minder, ia berpikir kalau Arman bukan orang sembarangan, dan ia berpikir kalau Arman bekerja sebagai OB sama sepertinya pasti ada apa-apanya, Kamar bersyukur karna dirinya bukan seseorang yang menyinggung Arman tadi.
"Mas Arman baru selesai?" tanya Jesica.
Arman mengangguk pelan. "Iya mbak. Mbak nungguin saya?"
"Iya. Lama banget! Aku nungguin mas Arman dari tadi," kata Jesica dengan senyuman manisnya.
"Memangnya ada apa mbak? Mbak ada perlu sama saya?" tanya Arman.
"Ya engga juga sih. Saya cuma mau nungguin mas Arman saja kok, he," jawab Jesica.
Kamal langsung ternganga kala mendengar ucapan Jesica yang seolah-olah sudah sangat mengenal Arman, padahal kata Arman kalau mereka baru saja kenal tidak lama.
Namun yang lebih membuat Kamal heran adalah sikap Arman, ia tidak menyangka kalau sikap Arman akan acuh tak acuh terhadap Jesica yang merupakan bos mereka.
Apa lagi kala mendengar kata 'mas' dari Jesica untuk Arman, membuat Kamal semakin penasaran dengan hubungan di antara keduanya.
"Gak boleh ya, aku nungguin mas Arman?" tanya Jesica ketus.
"Ya engga sih. Bukan seperti itu juga maksunya. Mbak kan bos disini, masa iya nungguin OB seperti saya," balas Arman.
"Ya terserah saya dong. Suka-suka saya mau nungguin siapa juga."
"Nanti image mbak jelek gara-gara saya."
"No problem. Itu bukan masalah besar bagi saya."
Jesica tidak peduli sama sekali dengan pikiran orang lain, Jesica hanya mengikuti apa yang menurutnya benar saja, selama tidak melanggar aturan, dirinya bebas melakukan apa pun sesuka hati.
"Yuk kita pulang! Ayah saya ingin bertemu lagi dengan kamu," ucap Jesica santai.
"T-tapi mbak! Saya akan pulang sama mas kamal." Arman keberatan dan merasa tidak enak hati kepada Kamal.
"Engga ada tapi-tapian." Jesica tidak menerima penolakan apa pun.
"Eh maaf ya! Saya ada urusan sama Arman," kata Jesica kepada Kamal yang dari tadi cuma menyimak saja."I-iya bos. Silahkan!" balas Kamal segan kepada Jesica.
"Tuh lihat! Ya sudah ayok! Keburu makin sore nanti." Tanpa di duga, Jesica langsung menarik tangan Arman.
Arman di tarik sampai menuju ke dekat mobil milik Jesica, Arman sedikit tidak enak namun Jesica memaksa dan langsung mendorong Arman supaya langsung masuk ke dalam mobilnya.
Interaksi keduanya di saksikan langsung oleh Kamal yang sedari tadi tidak bisa berhenti ternganga, terkejut melihat kedekatan di antara mereka berdua.
Beberapa kali Kamal geleng-geleng kepala, ia tidak menyangka kalau karyawan baru seperti Arman dapat menarik perhatian bos perusahaan tempat mereka bekerja.
Kamal tidak tau keistimewaan apa yang di miliki oleh Arman sampai menarik perhatian bos mereka, apa lagi bos mereka itu akan membawa Arman bertemu ayah si bos, yang itu artinya adalah bis bos.
"Gila! Si Arman beruntung bener di demenin sama buk bos," gumam Kamal geleng-geleng kepala.
"Tapi, si Arman pura-pura polos, apa gimana? Buk bos suka sama dia aja gak sadar, kalau saya yang di posisinya, saya sudah pasti gak bakal nolak. Aish! Dah lah! Mikirin apaan dah, gaje bener."Setelah menghayal dengan bodohnya, Kamal langsung beranjak pergi. Hari ini kejutan terjadi dalam hidupnya, namun ia tidak akan berbicara banyak atau pun membicarakan prihal kedekatan Arman dan bos nya, itu privasi mereka berdua.
* * *
...TO BE CONTINUE...
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI 100 JUTA ✅ [SELESAI]
Romansa(END) Jovita seorang wanita karir harus menerima kenyataan kalau dirinya tengah mengandung janin dari laki-laki yang tidak ia ketahui, ia berpikir keras untuk mencari jalan keluar sampai salah satu temannya menyarankan untuk mencari suami kontrak. T...