Malam harinya di rumah, Jovita dan kedua temannya sedang kelimpungan karna di rumah tidak ada makanan sama sekali, hanya terdapat banyak bahan makanan yang belum di masak menjadi sebuah hidangan yang lezat.
Tidak adanya Arman membuat semuanya ketar-ketir, pasalnya hanya Arman yang bisa di andalkan untuk masak di rumah, kini Arman belum pulang dan itu membuat semuanya tidak berdaya.
Ini akibat dari ketidaksetaraan antara karir dan kewajiban, ketiganya terlalu fokus dengan karir mereka sendiri dan membuat hal-hal yang harus mereka kerjakan tidak bisa mereka kerjakan sama sekali.
Memasak, membereskan rumah dan hal-hal lain yang harus di kerjakan sebagai calon ibu rumah tangga, tapi hal yang terjadi mereka justru tidak bisa berbuat apa-apa.
Dan hal itu yang sedang menimpa mereka saat ini, tidak ada makanan satu pun yang bisa mereka makan karna orang yang selalu mereka andalkan bahkan tidak tau kabarnya dimana, Arman tidak mengabari Jovita sama sekali.
"Ini Arman kemana sih? Kok jam segini belum pulang juga, mana gak ngabarin lagi," keluh Jovita sambil melihat ponsel miliknya.
"Tau nih. Laki lo kemana Jo? Gak ada makanan nih!" sambung Meylin.
"Gue juga gak tau Mey. Dia bilang kerja sebagai OB, tapi gue gak tau dia kerja dimana," balas Jovita.
"What? OB? Laki lo jadi OB Jo?"
"Iya. Arman bilang kalau dia kerja jadi OB, tapi dia gak bilang kalau kerja dimana."
"Ck. Dari pada jadi OB mending dia diam aja di rumah, biar nih rumah ada yang ngurusin."
"Gue juga udah bilang gitu, tapi dia maksa buat kerja, ya gue gak bisa ngelarang-ngelarang dong."
"Huuh! Gak ada makanan nih! Kebangetan banget laki lo itu."
"Ya mau gimana lagi? Delivery aja deh Mey. Pesan buat kita bertiga."
"Ya iya lah. Kalau nungguin dia kelamaan, yang ada gue mati kelaparan."
"Biasa aja elah."
"Gue gak bisa biasa aja nih! Awas aja kalau tuh orang pulang, gue bejek-bejek."
"Laki gue tuh! Lo gosah macam-macam."
"Dih! Sejak kapan lo nganggap dia suami? Jangan-jangan...lo suka sama dia ya Jo?"
"Eh! E-engga. S-siapa juga yang suka sama dia. Gak tuh."
"Yakin?"
"I-iya. Udah elah! Lo buruan pesen sana, gosah ngebahas yang lain."
"Iya-iya. Seterah lo aja deh Jo."
Jovita tidak membalas lagi dan memilih untuk mengecek ponsel miliknya, Jovita melihat nomer Arman, pesan yang dirinya kirim belum sampai sama sekali, ceklis satu yang tertera disana.
Tentu saja hal itu membuat Jovita sangat hawatir, ini hari pertama Arman bekerja, Jovita takut kalau terjadi apa-apa dengan Arman, takut kalau terjadi masalah dengan pekerjaan Arman.
Rasa hawatir itu ada, entah kenapa ia sangat merasa hawatir, ada rasa yang tidak bisa di jelaskan, namun Jovita sedikit meyakini sesuatu, dirinya mulai terpikat dengan pesona kebaikan Arman, terpikat dengan kepribadian Arman yang menurutnya sangat luar biasa.
"Oi Jo! Gue udah pesenin makanan buat kita, mungkin bentar lagi nyampe," kata Meylin sedikit berteriak.
"Ok sip. By the way! Karin kemana nih? Dari tadi belum nongol juga," ucap Jovita celingak-celinguk.
"Tuh orangnya lagi turun," tunjuk Meylin ke arah tangga.
"Apa? Lo berdua lagi ngomongin gue?" ketus Karin bertanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI 100 JUTA ✅ [SELESAI]
Romansa(END) Jovita seorang wanita karir harus menerima kenyataan kalau dirinya tengah mengandung janin dari laki-laki yang tidak ia ketahui, ia berpikir keras untuk mencari jalan keluar sampai salah satu temannya menyarankan untuk mencari suami kontrak. T...