Part 29

2.5K 99 3
                                    

Plak!

Satu tamparan keras di layangkan oleh Karin ke pipi Bram, Karin sangat emosi mengetahui semua yang terjadi kepada Jovita, Karin juga sangat sedih melihat kondisi Jovita akhir-akhir ini, dan Karin menganggap kalau itu semua adalah kesalahan Bram.

Karin sungguh sangat menyesal dengan apa yang terjadi pada Jovita, kini dirinya sadara kalau dia tidak seharusnya berbuat seperti itu kepada Jovita, apa lagi sampai menjual sahabat sendiri demi uang.

Karin tidak menyangka kalau semua akan berakhir seperti ini, awalnya ia hanya ingin mendapatkan uang demi melunasi hutang-hutangnya, gaya hidupnya yang mewah membuatnya harus ngutang sana-sini.

Maka, pada saat penagih hutang datang, Karin kelabakan karna tidak bisa membayar hutang, maka dari itu dirinya terpaksa menjual sahabatnya sendiri demi uang.

Harusnya Karin menjual dirinya sendiri, tapi karna dasarnya dia memang tidak suka karna terpaksa membuatnya kembali memutar otak, rencana bejad di buat kala mengetahui kalau Bram tertarik dengan Jovita, maka dari itu Karin memutuskan untuk menjual Jovita kepada Bram.

Bram adalah teman lama Karin, di kenal kaya raya dan royal membuat Karin cukup dekat dengannya, tapi harus selalu ada timbal balik, Bram meminta sesuatu yang setimpal dari sikap royalnya itu.

Kini, semua sudah terlambat, menyesal pun tidak guna lagi, nasi sudah menjadi bubur, sudah terlanjur terjadi, semua yang sudah mati tidak mungkin bisa hidup kembali, termasuk janin dalam perut Jovita.

Karin memang tidak menyangka kalau Jovita akan mempertahankan kandungannya itu, Karin justru berharap Jovita menggurkannya, tapi setelah melihat kesungguhan Jovita membuat Karin menghela napas, dia tidak bisa melarang sahabatnya itu, hanya bisa mendukung sebisanya.

Dan kini semua itu hanya menjadi mimpi buruk, mimpi buruk yang tidak pernah Karin bayangkan, Jovita kehilangan bayi nya dan itu di sebabkan oleh Bram, orang yang Karin curigai sebagai ayah dari janin tersebut, karna Bram orang terakhir yang bercinta dengan Jovita, umur janinnya juga tepat dengan waktu saat Bram dan Jovita bercinta.

"Lo apa-apaan sih Kar?" tanya Bram sambil memegangi sebelah pipinya.

"Lo yang apa-apaan? Apa yang lo lakuin ke Jovita, hah?" semprot Karin.

"Apa maksud lo? Gue gak ngapa-ngapain di---"

Plak!

Lagi-lagi Karin melayangkan tamparannya ke pipi Bram yang satu lagi dan membuat kedua pipi Bram memerah, Karin tidak bisa kalau tidak emosi, dia menumpahkan semua emosinya dalam tamparan itu.

"Woi! Sakit nih!" teriak Bram ngegas.

"Sakit? Menurut lo lebih sakit mana tamparan gue atau kehilangan darah daging kita sendiri?" tanya Karin sambi berkacak pinggang.

"Maksud lo apa sih? Darah daging apa? Daging ayam?"

"Omongan lo gak lucu. Sekarang jawab pertanyaan gue barusan. Lebih sakit tamparan gue atau kehilangan darah daging kita sendiri alias anak kita sendiri?"

"Ya jelas lebih sakit kehilangan anak sendiri lah. Gila kali kalau hal kayak gitu gak menyakitkan."

"Sama. Itu yang sedang di rasain oleh Jovita saat ini."

"Apa sih maksud lo itu? Gosah berbelit deh!"

"Jovita keguguran, janin dalam perutnya meninggal."

"A-apa? K-keguguran? J-jadi Jovita sedang hamil?"

"Ya. Dan kemungkinan besar, janin dalam perut Jovita adalah anak lo."

"What? A-anak gue?"

"Ya. Anak lo. Lo yang terakhir main sama Jovita, usianya pun sama kayak tenggak waktu kalian main saat itu."

SUAMI 100 JUTA ✅ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang