○ 19

624 62 16
                                    

Clafita menutup mulut tidak menyangka dengan apa yang Alio ucapkan. Ia mencerna dengan baik dan menatap Anaknya penuh selidik. Alio memberikan reaksi senyuman saat ditatap oleh Maminya.

"Ini kamu beneran? Nggak bohongin Mami kan?"tanya Clafita.

Alio mengangguk. "Ya beneran dong. Mana pernah Alio becanda."

"Terus kenapa baru jujur sekarang? Kamu nggak pernah loh nutupin apa pun dari Mami"ujar Clafita mengerucutkan bibir.

Alio berjalan menghampiri Maminya dan memeluk erat. "Perasaan ini datangnya tiba-tiba, Mi. Kata Mami kalau kita suka sama seseorang akan lebih baik kalau langsung di resmikan."

"Ya iya. Emang Prilly mau sama kamu?"

Alio mendengus kesal. "Ya jelas mau lah. Siapa yang bakal nolak penerus hotel ini."

"Cih, penerus hotel kerjanya kabur mulu kalau dikasih kerjaan"sindir Clafita melirik ke arah Alio yang masih bergelayut manja di lengan Maminya.

Alio menghela nafas. "Mami restuin nggak kalau Alio tunangan sama Prilly minggu depan?"

"Ya restuin. Kalau bisa besok pun Mami bolehin"ujar Clafita.

Alio terkekeh ringan. "Ya nggak besok juga kali, Mi. Semua butuh persiapan."

"Itu kamu ngerti. Terus kenapa minta cepet? Kamu kira bisa bimsalabim langsung jadi acara tunangannya?"

Alio tersenyum simpul. "Di hotel ini ada banyak karyawan. Ngerjain dekorasi gedung dalam waktu 1 minggu lebih dari cukup. Soal MUA dan baju tentu saja jauh-jauh hari Alio udah siapin."

"Kamu nih bikin Mami jantungan! Bisa-bisanya rencanain semuanya sendiri tanpa kasih tau Mami! Dasar anak durhaka."

"Mami jangan gitu dong. Ini Alio beneran mau tunangan loh. Alio minta maaf siapin semuanya sendiri. Anggap ini kejutan. Bentar lagi kan Mami ulang tahun. Ya siapa tau sekalian bisa ngasih cucu."

"Alio mulut kamu ya!"

.

.

"Lo gila?!"

Alio berdecak kesal mendapat makian dari Haidar, sepupunya. Ia memberitahu Haidar bahwa minggu depan akan bertunangan. Akan tetapi, Alio tidak memberitahu jika akan berpasangan dengan siapa.

"Siapa yang mau lo jadiin calon?"

Alio menggeleng. "Rahasia. Nanti lo akan tau saat di hari pertunangan. Gue mau nutup rapat calon gue supaya jadi kejutan untuk semua orang. Ya, Mami gue doang yang tau."

"Papa?"

Alio menghela nafas. "Gue kasih tau ntar pas hari pertunangan. Biar semuanya berjalan dengan lancar. Akan lebih baik kalau gue nggak ngasih tau Papa."

"Dakjal banget lo Alio. Bisa-bisanya mau tunangan cuma ngasih tau pasangan ke Mami doang. Lo anggap Papa lo sebagai apa?"

Alio terkekeh ringan. "Udah deh. Lo cukup diam dan doain gue supaya acara pertunangan minggu depan berjalan dengan lancar. Jangan lupa dateng sekeluarga. Jangan sebarin siapa pun. Gue mau acara ini private."

"Terserah lo deh. Pikiran lo terlalu sulit buat gue."

***

Prilly mengatur nafas berulang kali mempersiapkan diri untuk mengantarkan menu makan siang. Ia melihat gerak-gerik Jena akan menaiki lift dengan membawa trolley makanan. Langsung saja Prilly cegah.

"Mbak bisa anterin makanan Tuan Alio sekalian nggak?"

Jena menaikkan alis. "Kenapa harus gue?"

"Saya lagi urgent. Perut saya sakit. Plis ya mbak kali ini aja"ucap Prilly memohon sambil akting memegang perutnya.

Jena mengangguk. "Yaudah. Sini makanan Tuan Alio gue yang kasih."

"Makasih Mbak"ujar Prilly setelahnya berlari keluar dari kitchen dan pergi ke toilet karyawan.

.

.

"Setidaknya bisa kabur sampai jam pulang"ucap Prilly menghela nafas lega duduk di atas kloset yang ditutup.

Sembari menunggu jam kerjanya berakhir. Prilly menggunakan waktu untuk menonton drama korea favoritnya dengan menggunakan earphone. Ia tidak ingin keberadaannya diketahui.

Brak!

Tap

Tap

Tap

Tok!

Tok!

Tok!


"Prilly keluar sekarang. Aku tau kamu ada di dalam!"

Prilly menghentikan drama korea yang dia putar dan melepas earphone. Ia mengangkat kedua kaki agar orang yang sedang mengetuk pintu kamar mandi tidak mengetahui keberadaannya. Namun, setelahnya ia dengar gerakan orang melompat dan kaget melihat Alio naik ke pintu kamar mandi melihat Prilly dari bawah menutup mulut.

"Keluar dari kamar mandi sekarang."

Prilly menggeleng tegas dan berdiri dari duduknya. "Lebih baik Tuan Alio keluar! Saya bisa melaporkan Tuan atas tindakan nekat masuk ke dalam kamar mandi perempuan."

"Keluar Prilly!"

Prilly berdecak kesal dan membuka pintu kamar mandi dengan Alio yang melompat turun. Ia membuang muka ketika Alio menatapnya dengan melipat kedua tangan di dada. "Apa yang kamu lakukan di kamar mandi?"

"Ya pikir aja ke kamar mandi gunanya apa"jawab Prilly ketus.

Alio menghela nafas. "Kamu mulai kurang ajar? Kenapa tidak mengantarkan makan siangnya ke aku? Kenapa harus Jena?"

"Ribet! Kalau ada Jena kenapa harus saya, Tuan?"

"Kamu tidak ingat posisi kamu di hotel ini?"

Prilly berdecak. "Saya sudah bilang untuk resign kerja."

"Aku nggak setuju. Mau apa kamu?"

Prilly berjalan pergi. Namun, Alio menahan langkahnya. "Persiapkan diri dengan baik. Kita akan benar-benar bertunangan."

"Saya akan ganti semua uangnya asalkan lepaskan saya."

Alio menggeleng. "Aku memberi uang itu secara percuma. Soal kamu, aku cuma menjalani amanah dari Ayah kamu. Kamu memberontak sekalipun nggak akan mengubah keputusanku untuk mengubah keadaan kita sekarang."

"Saya benci dengan Anda, Tuan."

"Bencilah sampai kamu merasa bahwa aku satu-satunya lelaki yang kamu inginkan untuk hidup bersama. Ngomong-ngomong mau fitting kapan?"

...

Update lagiii

Jangan lupa like dan komennya

Semoga bisa konsisten terus nulis 😂

Aamiin.

Menghiasi Gabriella [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang