Prilly termenung sendirian menyandar pada pegangan balkon restoran sambil memandang kendaraan yang berlalu-lalang di jalan. Pikirannya berpusat pada kejadian saat di pantai dimana bertemu dengan seseorang. Ia yakin sangat mengenali orang tersebut.
Tetapi, siapa?
"Nyonya, kenapa sendirian di sini?"Jena bertanya memecahkan hening.
Prilly terperanjat kaget dan setelahnya memberikan senyuman. "Nggak papa. Lagi pengen liat jalanan aja dari sini."
"Ada yang lagi di pikirkan?"tanya Jena seakan bisa membaca.
Prilly menghela nafas. "Entahlah. Terlalu rumit untuk diceritakan. Yang pasti, ini bukan tentang keluarga."
"Habis ketemu sama mantan secara tiba-tiba ya?"tebak Jena.
Prilly mendesis pelan. "Kenapa kamu ngarahnya ke situ?"
"Kebanyakan perempuan pasti bakalan melamun sendirian kalau habis ketemu mantannya. Ya, mau mantan brengsek sampai mantan terindah. Pasti seketika pikiran fokus ke dia sementara waktu. Otak tuh seakan inget kenangan masa lalu."
Prilly menggeleng pelan. "Nggak kok. Kamu salah menebak. Saya nggak ada ketemu mantan segala."
"Ya sudah. Saya tinggal dulu ya Nyonya. Jangan banyak melamun nggak baik"ujar Jena mengusap pundak Prilly.
Prilly menghembuskan nafas. "Masa iya orang yang gue temuin tadi itu mantan?"
"Apa? Mantan?"
Prilly menoleh ke sumber suara dimana sudah berdiri sosok Alio dengan wajah cemberutnya. "Eh, sejak kapan kamu di sini?"
"Sejak aku denger kamu bahas mantan sama Jena"jawab Alio ketus.
Prilly terkekeh ringan. "Salah paham, sayang. Jena tadi tuh sok nebak aja."
"Terus, kenapa kamu ngomong sendiri bilang orang yang tadi kamu lihat itu mantan? Maksudnya apa coba? Ayoo jelasin?"Alio masih dengan wajah cemberutnya berucap.
Prilly jadi gemas sendiri dengan suaminya ini. Kecemburuannya masih sama. Langsung saja, Prilly melingkarkan tangan di lengan Alio. "Jangan ngambek gitu dong. Beneran deh aku cuma kepikiran aja sama orang yang tadi kita temuin di pantai. Kayak nggak asing gitu. Tetapi, bukan mantan kok."
"Terus kamu curiganya siapa selain itu?"tanya Alio kini dengan ucapan melembut.
Prilly terdiam sejenak. Pikirannya sungguh kacau. Sampai fokusnya kembali beralih ke sosok laki-laki berjaket hitam dengan topi berjalan melintasi jalan raya. "Sayang, itu dia orangnya!"
"Mana?"
Prilly menunjuk. "Itu, sayang. Orangnya jalan kaki yang kita temuin di pantai tadi."
"Aku nggak lihat orang jalan kaki. Kamu halu ya karena terlalu fokus mikirin sosok misterius itu?"tanya Alio melirik pada Prilly.
Prilly berdecak kesal dan melepaskan rangkulannya dari tangan Alio. "Kamu nggak percaya banget sih sama aku. Jelas-jelas aku lihat sendiri orang itu tadi jalan kaki lewatin hotel kita."
"Mending nggak usah kamu pikirin lagi deh. Siapa tau cuma orang kebetulan. Di dunia ini yang pake jaket sama topi nggak cuma sosok yang kita temuin di pantai, sayang."
Prilly menggeleng keras. "Aku inget banget proporsi tubuhnya, Alio."
"Iya. Iya. Yaudah yuk kita ke kamar. Ansel dan Asa udah cariin kamu tuh"Alio merangkul pundak Prilly membawanya berjalan menuju ke arah lift.
Akan lebih baik jika Alio mengalihkan fokus Prilly pada anak-anak. Ia hanya tidak ingin Prilly melamun terus-menerus memikirkan sosok misterius yang ditemuinya itu.
Jika kalian bertanya apakah Alio benar-benar tidak melihat sosok laki-laki berjaket hitam dan bertopi berjalan melewati hotel, jawabannya adalah tidak. Alio melihat jelas sosok itu berjalan sambil mengarahkan pandangannya ke arah Alio dan Prilly. Maafkan Alio yang sudah berbohong pada Prilly.
Ia hanya tidak ingin Prilly terus memikirkan sosok itu. Alio tidak akan tinggal diam. Pastinya secara diam-diam ia akan menyelidiki siapa sosok dibalik jaket hitam dan bertopi tersebut. Apakah mantan Prilly atauu...
.
.
Ayah Prilly?
Alio berharap tidak keduanya. Sudah cukup Prilly menerima penderitaan. Ia tidak ingin sosok yang pernah menyakiti Prilly memunculkan diri kembali. Lihat saja apa yang akan Alio perbuat.
***
"Gue coba zoom sosok itu. Nggak ada kecurigaan apa-apa"ujar Haidar di telfon baru saja keluar dari ruang cctv pantai tempat dimana Alio sekeluarga berkunjung kemarin.
Di seberang, Alio menghela nafas. "Gue minta tolong terus pantau. Lo sewa detektif sama kepolisian. Gue takut kalau sosok itu berusaha ganggu keluarga gue."
"Kalau misal sosok itu Ayah Prilly. Kenapa lo takut keluarga lo di apa-apain? Bukannya bagus kalau misalnya Ayah Prilly munculin diri?"
Alio berdecak. "Siapa pun orangnya, gue harus lindungin keluarga. Justru bahaya kalau Ayah Prilly muncul lagi. Ketenangan keluarga gue bakalan hancur."
"Bentar deh. Kenapa harus hancur?"
"Lo ikutin aja mau gue. Jangan banyak tanya ya, Haidar. Gue udah kirimin foto Ayah Prilly. Kalau lo udah berhasil temuin sosok itu, segera tangkep. Bisa?"
"Oke. Oke. Akan gue usahakan. Lo jaga Prilly dengan baik. Gue khawatir dia bakalan terus kepikiran"ujar Haidar.
Alio di seberang telfon mengerutkan dahi. "Kenapa lo khawatirin istri gue?"
"Astaga Alio. Cemburuan banget lo. Nggak ada salahnya gue khawatirin kakak ipar gue. Udah gue tutup telfonnya"ucap Haidar setengah kesal.
Haidar menolehkan pandangan ketika pundaknya ditepuk secara tiba-tiba oleh seseorang.
"Cari saya?"
...
Hehe main tebak2an dulu menuju ke ending 😂
Mungkin sampai part 75 atau 80 😂
Nikmatin aja ya duluu
Saran2 boleh lohh
Jangan lupa like dan komennya
Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Menghiasi Gabriella [ENDING]
FanficApa Gabriella Prilly Alteir akan terus menghindar ketika nama marga laki-laki yang ia benci tersemat di nama belakangnya? Since March 2023