"Aaaa ayo makan Ansel"
Alio terus membujuk Ansel untuk makan. Tetapi, Ansel terus membuang muka. Sejenak Alio menghela nafas. Membujuk Anaknya yang sudah 15 menit ia lakukan, berujung membuat Alio menyerah.
Ia letakkan piring makan Ansel di meja makan dan menatap anaknya serius. Alio memamerkan senyum tipisnya membuat dahi Ansel berkerut. Bayi 6 bulannya ini seakan bingung dengan perubahan Alio yang terlihat serius.
"Ansel tau nggak? Setiap manusia butuh asupan makanan setiap hari. Kalau nggak makan, badannya jadi gampang sakit. Bisa-bisa diperiksa ke dokter terus di suntik. Ansel mau kayak gitu?"
Brak!
Alio melirik ke arah ambang pintu dimana Prilly berdiri dengan wajah sangarnya. Ia melirik ke arah tas yang istrinya hempaskan begitu saja ke lantai. Bisa dipastikan jika amarah Prilly akan meledak.
Alio mengangkat bahu acuh dan mulai menyuapkan makanan ke arah Ansel. Tetapi, lagi dan lagi mendapat penolakan keras. Ansel bergerak dan mengangkat kedua tangannya sebagai isyarat agar di gendong oleh Prilly.
Prilly menghela nafas dan merubah raut wajahnya menjadi ceria. Ia berjalan mendekat ke arah Ansel dan membawanya ke dalam pelukan. Mengusap dengan lembut punggung Ansel.
"Mama kangen banget sama Ansel. Kamu gimana kabarnya, sayang?"
Alio tersenyum tipis. "Aku baik, sayang. Gimana selama 3 hari ikut workshop? Capek nggak? Kamu hebat bisa jalanin semuanya. Aku bangga sama kamu."
Jujur, Prilly terenyuh dengan ucapan manis Alio yang menanyakan keadaan dirinya bahkan memberikan kata penyemangat. Seakan energi Prilly yang tadinya tersisa 20% kini menjadi 100%. Akan tetapi, ini bukan waktu yang tepat untuk berlaga manis karena Prilly hanya ingin membuka suara untuk Ansel.
"Aku nggak tanya kamu!"dengan nada sinisnya Prilly berucap.
Alio terkejut bukan main mendapat tatapan tajam dari istrinya. Ia hela nafas dan berbalik melangkah meninggalkan Prilly menuju wastafel dapur karena ia harus mencuci piring yang sejak semalam belum ia cuci. Akan lebih baik jika Alio melakukan kegiatan tersebut daripada terus mendapat tatapan tajam dari Prilly.
Hmm, hitung-hitung momen cuci piring sebagai ajang cari perhatian agar tidak mendapat amarah dari Prilly.
"Aaa sayang"
"Aaaa"
Ansel dengan gelak tawanya menerima suapan dari Prilly. "Pintarnya anak Mama.""Tal tal"
Prilly menyunggingkan senyum. "Iya, sayang. Ansel anak pintar. Adik kamu mana?"
"Cus cuss"
Prilly menaikkan alis tidak mengerti perkataan Ansel. Ia melirik ke arah Alio yang membelakanginya sedang melakukan kegiatan cuci piring. Prilly kembali fokus pada Ansel menyuapi hingga selesai.
"Ansel, Mama tinggal dulu sebentar ya. Kamu main di sini. Mama mau cari Asa dulu. Oke?"
"Oce ocee"
Prilly mengusap kepala Ansel dan memberikannya mainan. Kemudian ia berjalan mendekat ke arah Alio yang sudah selesai mencuci piring. Prilly mengambil air terlebih dahulu karena ia merasa haus.
Alio sama sekali tidak melirik ke arah Prilly. Membuat Prilly bingung sendiri. Apakah tatapan tajamnya membuat Alio jadi ketakutan dan tidak berani berbicara padanya?
Prilly jadi merasa bersalah sudah membuat Alio merasa seperti itu. Bagaimana pun Alio dan segala tingkah lakunya. Alio tetaplah suami terbaik yang pernah Prilly miliki. Suaminya itu sudah repot mengurus kedua Anaknya selama 3 hari selama Prilly ke luar kota.
Alio melirik ke arah pergelangan tangan kirinya yang di genggam oleh Prilly. Ia mengerutkan alis karena bingung dengan tatapan Prilly yang sendu. Setelah itu, bisa Alio rasakan gerakan Prilly memeluknya dengan erat dan ada buliran air mata jatuh membasahi bajunya.
Alio tersenyum simpul dan mengusap rambut istrinya dengan penuh sayang. Ia membalas pelukan Prilly dan menyalurkan segala kerinduan yang terpendam selama 3 hari. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak pernah berpelukan seerat ini.
"Aku minta maaf, sayang. Harusnya aku nggak banyak ngeluh waktu jagain Anak kita. Aku banyak banget ngelakuin kesalahan dan bikin kamu khawatir sama semua tingkah yang aku lakuin ke Anak kita. Aku minta maaf. Pasti kamu capek. Udahan nangisnya. Istirahat aja ya?"
Alio dengan nada lembutnya berbicara berharap agar tangisan Prilly mereda. Sejenak ia melirik ke arah Ansel yang bertepuk tangan dengan gembira melihat Alio dan Prilly berpelukan. Alio dengan jahil menjulurkan lidah ke arah Ansel membuat bayi 6 bulan itu mengerucutkan bibir dan membuang muka.
"Aku minta maaf udah galak sama kamu. Tetapi, aku kesel sama kamu. Masa tega mau jual Anak kita. Aku lahirin mereka susah payah"dengus Prilly kesal memukul dada bidang Alio dengan manja.
Alio terkekeh ringan dan mencium puncak kepala istrinya. "Iya, sayang. Aku minta maaf. Aku becanda kok. Ya biar kamu terhibur gitu. Aku tau pasti kegiatan workshop menguras tenaga."
"Tetapi, becanda kamu itu bikin emosi aku makin menjadi tau nggak!"
"Iya. Iya. Aku minta maaf. Udah ah pelukannya. Liat tuh Ansel ngambek."
Prilly menjauhkan diri dari Alio dan melirik ke arah Ansel. Matanya membulat dengan sempurna.
"Ya ampun Ansel. Kamu ngapain disitu, Nak?"
...
Oke segini dulu hehe
Maaf ya udah 3 hari aku nggak update 😂
Semoga tiap hari aku bisa update hehe
Ada yang masih nungguij ceritanya nggak?
Semoga kalian suka ya 😊
Silahkan kalau kalian mau kasih aku saran2
Jangan lupa like dan komennya
Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Menghiasi Gabriella [ENDING]
FanfictionApa Gabriella Prilly Alteir akan terus menghindar ketika nama marga laki-laki yang ia benci tersemat di nama belakangnya? Since March 2023