○ 64 : Kejutan Ulang Tahun

258 31 9
                                    

"Siap-siap. Target sudah datang"seruan dari Jena membuat beberapa staff segera berbaris dan mematikan lampu rooftop.

.

.

"Kenapa?"Alio menoleh ketika ingin keluar dari mobil, tangannya di cegah oleh Prilly.

Prilly mengangkat alisnya. "Kamu tanya kenapa?"

"Ya habisnya aku nggak tau kamu ngapain nahan tangan aku? Ini kita udah nyampek parkiran hotel loh"ucap Alio.

Prilly menghela nafas. "Aku lihat kamu kayak bete setelah nemenin aku ke salon."

"Nggak, sayang. Aku nggak bete sama sekali"tutur Alio mengusap puncak kepala Prilly.

Prilly mendengus dan melingkarkan tangannya di lengan Alio. "Terus kenapa selama aku nyalon, kamu nanya terus kapan pulang?"

"Salah sendiri aku nggak diajak ngomong. Hp aku baterainya lowbat nggak bisa main game. Mau ngajakin kamu ngobrol, kamu malah asik ngobrol sama yang lain"ucap Alio dengan nada merajuk.

Prilly terkekeh ringan. "Duh. Duh. Duh. Cuami aku ini pengen banget ngobrol sama aku ya."

"Cuma diluar aku bisa ngobrol santai sama kamu. Kalau udah sampai hotel, kamu udah mode macan."

Prilly mendongakkan kepala dan menatap Alio dengan sinis. "Apa kamu bilang?!"

"Enggak, sayang. Aku becanda doang"ujar Alio mencium Prilly lalu mengedipkan matanya.

Prilly memukul lengan Alio dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang Alio. "Kamu mah."

"Ih masa masih malu-malu? Udah punya Anak masih merah aja pipinya kalau aku cium"goda Alio menyolek pipi Prilly.

"Diem! Aku malu Alio."

Alio tertawa puas mengeratkan pelukannya pada Prilly. "Aku seneng deh kamu masih aja malu-malu kalau kita lagi mesra kayak gini. Jadi inget dulu. Kayaknya kamu paling ogah kalau aku deketin."

"Jangan inget dulu dong. Cukup ingat momen sekarang aja. Aku cuma mau ingat yang senang-senang"ujar Prilly bersandar dengan nyaman di dada bidang Alio.

Alio tersenyum simpul. "Senang nggak hari ini bisa salon sepuasnya?"

"Senang dong. Kapan-kapan boleh ya?"tanya Prilly dengan wajah memohon.

Alio tampak berpikir. "Emm gimana ya?"

"Plisss."

Alio mengangguk. "Boleh. Apa yang nggak buat istriku ini."

"Ih, Alio. Aku malu."

Alio mencubit gemas pipi Prilly. "Udah jadi istri masih aja malu di godain."

"Makasih ya buat hari ini. Aku senang banget kamu sempat luangin waktu untuk aku dan Anak-anak. Apalagi kamu sabar temenin aku ke salon"ucap Prilly dengan penuh bangga.

Alio tersenyum jahil. "Makasih doang? Hadiahnya mana?"

Prilly menarik tangan kanan Alio lalu ia cium tangannya dengan lembut. "Makasih ya suamiku."

"Bisaan banget bikin jantung aku disko"ujar Alio tidak berhenti senyum-senyum.

Prilly tertawa puas. "Impas dong kita. 1-1."

Drtttt

Drtttt

"Siapa sih ganggu amat"keluh Alio kesal dan merogoh hp di saku celananya dengan tangan kanan sedangkan tangan kirinya masih melingkar di bahu Prilly.

Prilly kembali bersandar di dada bidang Alio. Tidak ada salahnya bermesra-mesraan di parkiran hotel lebih lama. Toh, ia sudah terlanjur nyaman dalam pelukan suaminya. Ia tidak khawatir soal Ansel dan Asa karena mereka aman di jangkauan Haidar dan Gani.

Menghiasi Gabriella [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang