○ 10

799 58 6
                                    

"Prilly..."lirihan suara Nia menyambut kepulangan Prilly dan segera saja merengkuh tubuh Anak semata wayangnya.

Menyalurkan hasrat rindu yang terus menggebu selama 5 tahun tidak bertemu. Dipeluknya erat tubuh Prilly sambil terus menggumam kata maaf. Ada sebongkah kebahagiaan bisa kembali memeluk tubuh Prilly.

"Aku kangen Ibu"gumam Prilly ditengah tangisannya.

Nia mengelus belakang kepala Anaknya. "Ibu juga rindu, Nak. Kamu apa kabar?"

"Prilly baik-baik saja, Bu. Selama 5 tahun ibu ada dimana? Ayah nggak ngapa-ngapain ibu kan?"tanya Prilly khawatir.

Nia tersenyum simpul melepaskan pelukannya. Menatap lamat-lamat wajah Anaknya yang jauh lebih cantik. "Ayah menjaga Ibu dengan baik, Nak. Bahkan setiap hari Ibu selalu diberi makanan enak sama Ayah. Ibu tinggal di rumah saudara Ayah di Bekasi."

"Syukurlah, Bu. Maaf kalau selama ini Prilly nggak cari ibu. Prilly takut Ibu kenapa-kenapa karena Ayah"ujar Prilly meneteskan air mata.

Nia mengusap sudut mata Prilly. "Nggak sayang. Ayah nggak pernah kasar sama Ibu. Maaf ya Nak. Selama ini Ibu nggak bisa berbuat apa-apa saat kamu terus ditekan oleh Ayah. Ibu cuma bisa dengar dari Ayah kalau kamu baik-baik saja dan selalu bekerja ditengah kesibukan kamu kuliah. Maaf Ayah selalu memaksa kamu untuk meminta uang dan makanan yang enak setiap hari sebagai jaminan agar Ibu bisa pulang."

"Nggak papa, Bu. Itu sudah jadi tanggung jawab Prilly kepada kalian. Prilly mau jadi anak yang baik untuk Ayah dan Ibu. Prilly nggak papa harus bekerja memenuhi semua keinginan Ayah asalkan bisa secepatnya bertemu Ibu"tutur Prilly mengulas senyum.

Nia mengusap wajah samping Anaknya. "Betapa beruntungnya Ibu punya Anak seperti kamu."

"Aku juga beruntung punya ibu"ujar Prilly melebarkan senyum.

Ekspresi Prilly berubah membuat Nia kebingungan. "Ada yang mengganggu pikiranmu?"

"Aku masih bingung gimana Ayah tiba-tiba melepas Ibu dan pergi dari rumah ini"tutur Prilly.

Nia menggeleng. "Ibu juga nggak tau, Nak. Sudah 2 hari Ayah nggak samperin Ibu dan kemarin tiba-tiba datang bilang kalau Ibu sudah bisa pulang. Ayah juga menitipkan sejumlah uang sama Ibu untuk kehidupan kita."

"Uang darimana, Bu?"

Nia menggeleng. "Ibu juga nggak tau, Nak. Ayah pamit untuk pergi dari hidup kita. Sebenarnya ibu tidak ingin seperti itu. Tetapi, gimana lagi. Ibu juga tidak bisa mencegah ayah untuk pergi."

"Doakan yang terbaik untuk Ayah, Bu. Semoga Ayah berubah pikiran dan kembali ke rumah ini lagi"ujar Prilly.

Nia menghela nafas. "Ibu lebih memilih hidup berdua dengan kamu saja, Nak. Biarkan saja ayahmu pergi. Ibu sudah tidak ingin peduli. Mulai sekarang, jangan sebut dia lagi. Ibu nggak mau tau mengenai kehidupannya di luar sana."

"Ayo bu masuk. Prilly akan masak makanan kesukaan Ibu"ujar Prilly membuat Nia mengulas senyum.

Prilly membantu membawakan tas Ibunya masuk ke dalam rumah. Mata Nia berkaca-kaca menatap rumah yang sudah dia tinggali selama 5 tahun. Ia tidak menyangka bisa kembali lagi ke rumah ini.

"Ngomong-ngomong kamu habis darimana? Pakaianmu bagus sekali. Kamu cantik dengan baju itu"puji Nia pada Prilly.

Prilly terkekeh ringan. "Ini baju kerja aku. Kebetulan Prilly dapat pekerjaan baru di hotel bintang 5 sebagai room service pribadi anak CEO Hotel."

"Ibu jadi bangga. Kamu sudah sehebat ini. Ibu doakan semoga pekerjaan ini membuat kamu makmur dan tetap rendah hati."

Prilly mengangguk. "Aamiin."

***

"Sekarang jawab Alio. Kamu kemana kan uang 2 Miliar? Kenapa pengeluaran bulan ini banyak sekali?"

Alio tetap diam tidak memperdulikan omongan Papanya. Dia terlalu malas berdebat apalagi posisinya sedang mengerjakan lanjutan bab 4 skripsinya. Tentu Alio ingin segera menyelesaikan tugasnya agar bisa segera fokus belajar meneruskan hotel seperti yang diinginkan oleh orang tuanya.

"Alio! Kamu dengar yang Papa tanyakan?!"

Brak!

Alio memukul meja dengan kasar dan menutup laptop. Menatap nyalang pada Papanya. "Apa?"

"Kamu masih tanya apa? Kamu apakan uang 2 Miliar itu, hah?"tanya Angga geram.

Alio menghela nafas kasar. "Uangnya Alio belanjakan untuk shopping."

"Bohong! Belanja nggak akan membuat uang 2 Miliar dalam sehari habis. Papa tidak melihat barang yang kamu beli"ujar Angga tidak percaya.

Alio menatap Angga. "Aku belanja untuk kebutuhan room service-ku. Gajinya setiap bulan, perawatan kesehatannya, dan barang yang dia inginkan."

"Kamu gila?!"

Alio menggeleng. "Tidak. Aku masih waras kok."

"Papa nggak percaya kamu bisa menghabiskan uang 2 miliar hanya untuk gadis room service yang bahkan belum genap satu minggu bekerja. Pantas saja pakaiannya terlihat mewah membuat banyak karyawan bergosip yang tidak-tidak."

Alio tersenyum sinis. "Karyawan mana yang Papa maksud? Mbak Jena? Oh rupanya perempuan ular itu sudah mengadu ke Papa? Dia cerita juga nggak kalau tadi siang sudah menumpahkan air panas ke tangan Prilly?"

"Tidak mungkin Jena seperti itu. Bisa saja perbuatan room service pribadi kamu untuk lebih banyak menghasilkan uang"dengus Angga kesal.

Alio tertawa renyah. "Prilly nggak akan mungkin mengorbankan dirinya sendiri supaya terlihat paling tersakiti. Papa tanya saja pada semua orang di kitchen. Kalau perlu cek cctv tentang kebenarannya."

"Papa masih akan selidiki uang 2 miliar yang kamu pakai. Papa tidak yakin uang itu hanya habis untuk berbelanja, mengobati room servicemu bahkan untuk membeli laptop untuk dia."

Alio tersenyum simpul. "Mau aku apakan uang itu. Menurut aku, itu bukan urusan Papa. Itu uang aku, Pa. Kakek yang memberikannya. Papa jangan lupa. Aku juga punya andil kuat dalam hotel ini. Tidak hanya Papa."

"Oh, sombong kamu sekarang? Merasa hebat?"

Alio mengangguk. "Tentu. Sebentar lagi aku akan sepenuhnya jadi CEO hotel. Akan aku keluarkan orang-orang yang Papa banggakan termasuk cewek ular itu."

"Lihat saja Alio. Papa tidak akan tinggal diam jika kamu terus bersikap semena-mena"ujar Angga memperingati lalu keluar dari kamar Alio.

Alio mengusap wajahnya kasar. "Terpaksa harus jujur. Padahal gue udah diem-diem ngelakuin semuanya. Bodo amat deh. Pasti besok Prilly suka sama hadiah laptop yang bakalan gue kasih."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


...

Aku update lagi hehee

Jangan lupa like dan komennya pembacaku sekalian 😊

Menghiasi Gabriella [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang