Prilly memperhatikan wajah samping Alio yang sudah 10 menit berlalu masih enggan untuk menatap ke arahnya. Sejak insiden perdebatannya dengan Nazwa tadi. Bahkan hingga Prilly selesai sidang. Alio tidak membuka suara sedikitpun.
Apakah Alio marah?
"Kamu nggak mau ucapin selamat ke aku?"tanya Prilly memecah keheningan.
Alio menghela nafas. "Maaf aku nggak bisa lama-lama di sini. Kamu pulang sama Gani aja ya. Selamat buat sidangnya."
"Alio, kamu mau kemana?"
Alio menghentikan langkah. "Kurang jelas? Aku nggak bisa lama-lama di sini."
"Kenapa? Marah soal tadi?"
Alio menggeleng. "Nggak, Prilly. Aku lagi pusing aja. Pengen cepet pulang dan istirahat."
"Yaudah kalau gitu aku ikut."
Alio mengangguk.
.
.
Prilly menahan tubuh Alio saat lelaki itu baru saja keluar dari dalam mobil. Bisa Prilly rasakan suhu tubuh Alio panas dan badannya bergetar. Sepertinya Alio kecapean. Prilly tebak pasti semalam Alio kurang tidur.
"Ayo aku anterin kamu ke kamar. Nanti aku bisa telfon dokter pribadi kamu untuk periksa keadaan kamu"ucap Prilly memapah Alio masuk ke dalam lift.
Alio bersandar pada lift dengan tangan Prilly yang melingkar di pinggangnya. Tidak menjauh sedikitpun. Gadis itu terlalu khawatir jika Alio akan jatuh.
"Aku mau istirahat aja. Nggak perlu panggil dokter."
Prilly berdecak kesal. "Kamu harus diperiksa, Alio. Badan kamu panas dan gemeteran kayak gini. Jujur sama aku semalam kamu ngapain?"
"Aku cuma main game untuk hilangin rasa gugup karena mau sidang. Aku nggak tau kalau udah jam 5 pagi. Jadinya cuma sempat tidur 2 jam."
"Astaga, Alio! Bisa-bisanya kamu nyiksa badan kamu sendiri. Kamu bandel banget sih. Tidur 2 jam nggak bagus buat badan kamu apalagi mau sidang. Untung aja pas sidang kamu nggak kenapa-kenapa."
Alio menunduk takut akan aksi marah-marah Prilly. "Jangan galak gitu dong. Aku belum makan loh."
"Ya ampun! Belum makan juga?!"
***
"Pastikan Tuan Alio minum obat secara teratur dan istirahat yang cukup. Beri makanan yang mengandung serat dan jangan lupa berikan vitamin serta susu"pesan dokter pada Prilly.
Prilly mengangguk. "Terima kasih dokter. Saya pastikan Alio akan segera membaik."
"Ya sudah. Saya pergi dulu ya"ujar Sang Dokter berlalu pergi.
Prilly kembali masuk ke dalam kamar Alio dan di nakas samping kasur ia sudah menyiapkan air hangat dan handuk kecil untuk mengompres Alio. "Aku kompres dulu ya."
Alio melihat dengan seksama bagaimana Prilly dengan begitu hati-hati mengompres dahinya yang panas. Ia genggam kedua tangan Alio dan di usap dengan lembut. Prilly tampak khawatir dengan kesehatan Alio.
"Aku nggak mau kamu tidur 2 jam lagi. Tidur itu harus 8 jam. Jangan sibuk main game sampai nggak tau waktu"ucap Prilly.
Alio tersenyum simpul. "Iya, aku minta maaf udah buat kamu khawatir."
"Dih, siapa yang khawatir?"
Alio terkekeh ringan. "Nggak ngaku segala. Jelas kamu yang khawatir. Buktinya repot amat kompresin aku. Padahal minum obat juga udah cukup."
"Yaudah nggak aku kompresin lagi."
"Sebagai gantinya cium jidat aku gimana?"
"Alio!"
"Supaya cepat sembuh."
"Modus!"
"Nggak modus. Beneran deh."
"Nggak mau!"
"Kualat loh ngelawan calon suami."
"Emang iya?"
"Iya. Nggak boleh ngelawan sama calon suami."
Clafita tertawa renyah melihat dari ambang pintu. Anak dan calon menantunya ini sangat lucu. "Mereka lucu ya, Mas. Serasi dan cocok."
"Hmm iya."
Clafita mencebikkan bibir mendapat respon cuek dari Angga. "Ingat janji kamu ya, Mas. Kamu akan nerima Prilly jadi menantu kita. Harus mulai sayang sama Prilly. Kamu nggak lihat? Alio sakit aja Prilly khawatir. Memangnya Nazwa, gadis yang kamu banggakan itu bisa seperti Prilly?"
...
Aku kembali update
Mana nih komenannya. Dari kemarin lumayan sepi lagi 😂
Kalian bosen kah sama ceritanya?
Kasih saran2 nggak papa kok aku terima. Malah aku suka kalau bisa banyak belajar dan berkembang dari saran2 kalian terhadap cerita ini
Jangan lupa like dan komennya
Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Menghiasi Gabriella [ENDING]
Hayran KurguApa Gabriella Prilly Alteir akan terus menghindar ketika nama marga laki-laki yang ia benci tersemat di nama belakangnya? Since March 2023