○ 49

521 54 6
                                    

"Nona Prilly pernah sekolah di SMA 1 Tangerang?"

Prilly mengangguk. "Kamu lulusan sana?"

"Iya. Kita seangkatan"jawab HRD bernama Frans.

Prilly tersenyum. "Salam kenal. Maaf saya tidak mengenali kamu dengan baik."

"Ngomong-ngomong, ada apa Nona ke sini?"tanya Frans setelah mempersilahkan Prilly untuk duduk.

Prilly menghela nafas. "Begini, saya ingin bertanya soal event besok. Apa benar kamu menempatkan event meeting 100 pax di gedung A yang seharusnya event tersebut di tempatkan di gedung C?"

"Benar, Nona. Saya merasa hotel ini perlu upgrade soal gedung untuk event. Terlalu membosankan jika event meeting sebatas pada meja dan kursi saling berhadapan. Event penting seperti itu perlu untuk diberi ruangan gedung seperti gedung A."

Gelak tawa Prilly terdengar. "Saya terima saran kamu. Tetapi, bukan begitu caranya. Kalau kamu ingin ruangan yang terlihat tidak terlalu formal. Tinggal gerakkan bagian event planner untuk merombak ruangan gedung C."

"Bisa saja. Namun, butuh waktu panjang untuk melakukannya."

Prilly memutar bola matanya malas. "Kalau kamu saja bicara seperti itu. Lalu kenapa event besok, kamu belum melakukan persiapan? Kamu memang HRD baru di sini. Tetapi, bukan berarti bisa bertingkah seenaknya. Semua acara di hotel ini di persiapkan secara matang paling tidak H-3 sebelum acara dimulai. Jika kinerjamu saja seperti ini. Terus, omongan kamu perihal hotel ini perlu upgrade masalah gedung apa akan terealisasikan?"

"Sebelumnya saya minta maaf jika apa yang saya sampaikan menyinggung. Tetapi, tidak ada salahnya juga untuk saya bertindak secara mandiri sebagai HRD. Apalagi menurut saya tidak terlalu susah untuk menggerakkan pihak event planner menyiapkan ruangan dalam waktu 2-3 jam sebelum pulang kerja."

Prilly tertawa sinis. "Gimana bisa sekelas hotel bintang 5  memperkerjakan HRD seperti kamu. Memang event meeting tidak perlu persiapan yang banyak. Hanya sebatas membersihkan gedung, merapikan tatanan kursi dan meja. Lalu, memberikan dekorasi tanaman untuk mempercantik ruangan. Tetapi, yang di butuhkan dalam sebuah pekerjaan itu soal etika dan kesiapan dalam menghadapi situasi apa pun."

"Saya rasa bicara Nona Prilly terlalu bertele-tele. Mirip perempuan yang baru saja lulus kuliah dan bingung mau bekerja dimana. Pada akhirnya menikah dengan laki-laki kaya raya."

Prilly berdiri dari duduknya. Matanya menyorot tajam pada Frans. "Jaga ucapanmu. Saya larang bentuk pelanggaran apa pun di hotel ini! Jangan kira saya tidak memantau kinerja kamu ya, Frans."

"Siap Nona. Silahkan lihat kinerja saya"ucap Frans tersenyum melihat kepergian Prilly.

Tampilan Gedung A

Tampilan Gedung B

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tampilan Gedung B

Tampilan Gedung C

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tampilan Gedung C

Tampilan Gedung C

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.



.


Brak!

"Tutup pintu jangan kasar, sayang. Nanti an-"

Alio menghentikan ucapannya ketika melihat Prilly berkaca pinggang di depannya dengan mata tajam. "Nanti apa?"

"Nggak. Nggak. Duduk dulu yuk. Butuh minum nggak?"tanya Alio mengarahkan Prilly untuk duduk dan memberikan pijatan lembut pada pundak istrinya.

Prilly menghela nafas berat. "Aku kesel banget sama HRD baru itu. Masih aja sama pendiriannya pake gedung A. Kayaknya harus di laporin ke Papa dan Mami deh."

"Jangan dong, sayang. Pengelolaan hotel ini kan tugas kita. Jangan libatkan Papa dan Mami. Biarin mereka istirahat tanpa mikirin hal berat."

Alio mengusap lembut puncak kepala istrinya. "Kamu jangan kesel-kesel ya. Harus bisa olah emosi dengan baik. Aku cuma nggak mau vibes negatif di rasain sama kedua anak kita."

"Iya, aku minta maaf. Ansel sama Asa udah tidur?"

Alio mengangguk. "Baru aja mereka pejamim mata setelah aku nina boboin."

"Maaf ya aku jadi repotin kamu untuk jaga si kembar."

Alio menggeleng. "Tugas aku juga sebagai Papa mereka. Lagian anak kita nggak rewel kok. Kamu mulai ngerasa capek nggak setelah seminggu jaga mereka?"

"Nggak sama sekali. Malah capek aku hilang waktu lihat Ansel dan Asa"ujar Prilly tersenyum simpul.

Alio terkekeh ringan. "Padahal aku pengen banget sewa baby sitter. Setidaknya kamu bisa banyak istirahat apalagi masih masa pemulihan."

"Aku nggak papa kok, sayang. Kamu jangan khawatir ya. Ansel dan Asa juga nggak begitu rewel. Jadi aku juga punya banyak waktu untuk istirahat."

"Sehat terus ya Mama Ansel dan Asa."

...

Menghiasi Gabriella [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang