"Istri kamu kenapa? Dari habis sarapan kok diem terus di kamar? Kalian lagi berantem ya?"tanya Angga melirik ke arah Alio yang sedang fokus membaca tumpukan berkas di atas meja kantor.
Angga menghela nafas sebab Alio tidak merespon pertanyaannya. Benar-benar tidak bisa di ganggu. Detik berikutnya, Angga mengetuk meja dan membuat perhatian Alio berpusat padanya.
"Kenapa, Pa?"tanya Alio dengan wajah cengonya.
Terlihat jelas garis hitam di bawah mata Alio khas orang kurang tidur. Angga jadi berpikir, sesibuk itu kah mengurus hotel? Di pikir-pikir, Alio terlalu mem-push diri untuk ikut andil dalam setiap tugas per bidang di hotel. Memang, sudah tugas Alio memantau seluruh kinerja karyawan hotel.
Contoh kecilnya, saat ada event pernikahan di Hotel. Alio akan ikut membantu memasukkan box makanan ke dalam paperbag. Hal yang jarang dilakukan beberapa pemilik hotel. Semua yang Alio lakukan semata-mata untuk ikut merasakan lelahnya menjadi karyawan.
Ia tidak ingin hanya memerintah. Tetapi, bagaimana caranya ia turut merasakan posisi karyawan yang diperintah. Agar saat terjadi masalah, ia tidak mudah men-judge karyawan dari sisinya sebagai CEO.
Sungguh sosok CEO idaman semua perusahaan.
Angga menghela nafas. "Kamu lagi marahan sama Istri kamu?"
Alio menggeleng cepat dan menyandarkan punggung ke kursi kekuasaannya. "Kami baik-baik aja. Papa ngarep kita berantem ya?"
"Ya nggak lah. Justru Papa pengennya kamu baik-baik terus sama Istri kamu. Kurang-kurangin sikap tengil kamu itu. Udah mau jadi Bapak Anak 3 masa kelakuannya kayak bocah tantrum"omel Angga dengan wajah seriusnya.
Alio tertawa kecil. "Kalau aku berubah serius, nanti Papa julidin aku. Ngatain aku kayak kanebo kering, kaku, dan nggak berperasaan. Mending begini aja. Kayak bocah tantrum supaya kuat menghadapi kelakuan Papa and the genk."
Oh ya, the genk yang dimaksud Alio ini adalah para orang tua Alio dan Prilly. Pekerjaan mereka adalah suka sekali berdebat dengan Alio. Apalagi, setelah insiden Prilly berdiri cukup lama di peresmian Bakery-nya. Membuat Prilly ikut andil berdebat membela Alio.
Angga mendengus kesal melihat alis Alio naik-turun khas orang meledek. "Awas aja kamu. Papa aduin sama genk. Biar kamu tahu rasa."
"Aduin aja. Alio nggak akan takut. Palingan nanti kalian nggak akan bisa ketemu cucu"Alio berucap dengan penuh ancaman.
Angga berdesis pelan. "Ancamannya gitu banget. Udahlah, mending Papa ke lantai 2."
"Jangan kebanyakan ajakin karyawan ngobrol. Mereka lagi kerja biar fokus"ucap Alio memberikan nasehat.
Angga mengangguk. "Iya Papa paham. Ngobrol sebentar doang. Daripada ngobrol lama sama kamu. Yang ditatap malah berkas."
"Ya aku kan sibuk, Pa. Lain sama Papa yang pengangguran."
Angga menghembuskan nafas. "Astaga, semoga Papa senantiasa sehat supaya sabar mendengar cacian kamu itu."
"Kebanyakan nonton sinetron"desis Alio sembari menggelengkan kepala.
Brak!
Alio mendongakkan kepala melihat pintunya dibuka dengan kasar oleh Papanya. Ia hela nafas panjang dan bersiap memberikan protes. Namun, melihat wajah panik Angga membuat dahi Alio berkerut.
"Papa kenapa? Kelihatan panik gitu?"tanya Alio.
Angga menelan ludah. "Istri kamu mengerang kesakitan. Kayaknya udah mau lahiran."
"Astaga. Harus cepat-cepat"ucap Alio langsung saja berdiri dari duduknya.
Ia berlari meninggalkan Angga menuju ke arah kamarnya yang berada di sudut kanan. Di depan kamar, sudah ada orang tua Prilly yang bersiap memapah istrinya. Tanpa membuang waktu, Alio menggendong Prilly ala bridal style menuju ke arah lift. Diikuti oleh para orang tua.
![](https://img.wattpad.com/cover/278565922-288-k162696.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Menghiasi Gabriella [ENDING]
FanfictionApa Gabriella Prilly Alteir akan terus menghindar ketika nama marga laki-laki yang ia benci tersemat di nama belakangnya? Since March 2023