"Prilly buka pintunya. Kamu kenapa Nak? Ini sudah malam loh. Kamu belum makan"Nia terus mengetuk pintu kamar Anaknya karena sejak pulang hingga saat ini Prilly mengurung diri di kamar.
Nia jadi khawatir jika Prilly mendapat masalah di tempat kerjanya. "Prilly kamu tidur? Ayo bangun, Nak. Kita makan malam. Kasihan perut kamu."
Nia menghela nafas karena belum ada respon apa pun dari Prilly. Ia semakin resah karena kalaupun Prilly sedang tertidur tidak akan selama ini. Ingin sekali Nia mendobrak pintu kamar Prilly. Namun, ia tidak punya tenaga ekstra untuk melakukannya.
"Astaga. Kamu kenapa, Nak? Kok matamu sembab begitu?"Nia terkejut saat beberapa menit kemudian melihat Prilly keluar dari kamar dengan mata sembab dan hidungnya yang merah.
Prilly tidak menjawab dan segera berlari ke pelukan Ibunya. Ia hanya butuh menambah energi dengan memeluk Ibunya. Menyalurkan segala kekecewaan dan kesedihannya. Sebagai Ibu, naluri Nia terkoneksi dengan perasaan Prilly dan bisa mengetahui apa yang sedang Anaknya rasakan.
"Apa yang membuat kamu kecewa, Nak? Coba ungkapin semuanya sama Ibu"tutur Nia mengelus punggung belakang Prilly untuk menenangkannya.
Prilly menghela nafas. Rasanya cukup berat untuk memberitahukan segalanya pada Ibunya. Ia takut Ibunya akan sekecewa itu. Tetapi, jika ia pendam terus tidak akan baik.
Prilly melepaskan pelukan dan menatap Ibunya amat teduh. "Aku tau alasan Ayah pergi, Bu."
"Kenapa dengan Ayah?"
Prilly mengatur nafas sebanyak mungkin dan menuntun Ibunya duduk di kursi. "Ayah pergi dengan sejumlah uang yang bos tempat aku bekerja berikan. Ayah nggak sayang aku, Bu. Ayah tega menjual aku dengan menukarkan sejumlah uang sebanyak 1 milliar lebih untuk kesenangannya sendiri dengan jaminan pergi dari hidup kita dan aku di jodohkan dengan bos aku."
"Tunggu. Gimana bisa Ayahmu seperti itu? Ibu nggak percaya."
Sudah Prilly duga. Sudah pasti Ibunya tidak akan percaya dan ragu dengan apa yang sudah Prilly katakan. Lalu, dengan cara apalagi Prilly membenarkan semua tindakan Ayahnya?
"Bos Prilly yang bilang sendiri. Dia kasih Prilly bukti rekaman cctv saat Ayah membuat kesepakatan dan mendapatkan sejumlah uang itu."
Nia menggeleng keras. "Nggak mungkin. Ibu tau Ayah gimana. Nggak mungkin Ayah setega itu untuk menjual kamu. Nggak usah membuat fitnah karena Ayah terus membuat kamu menderita ya, Prilly. Ibu tidak suka."
"Aku nggak memfitnah. Aku ngomong sesuai fakta. Kalau Ibu nggak percaya aku tunjukin rekaman cctvnya ke Ibu."
Prilly segera berlari menuju kamarnya untuk mengambil ponsel. Ia kembali dengan memutar sebuah video dimana Ayahnya dan Alio sedang duduk berhadapan di sebuah ruangan. Nia melihat dengan seksama rekaman cctv yang sempat Prilly minta kepada Alio.
Rekaman cctv
Hendra tertawa renyah melihat kedatangan Alio yang duduk dengan wajah masamnya. "Ada apa saya diminta datang ke sini? Mau kasih saya kerjaan? Maaf saya nggak mau. Saya punya Anak untuk bisa ngasilin saya uang."
"Kurang ajar! Anak Anda terlalu berharga untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan Ayah brengsek seperti Anda!"
Brak!
Hendra menggebrak meja dengan kuat dengan rahang mengeras. Alio tertawa sinis menantang. Alio mengeluarkan koper kecil dan diletakkan di atas meja.
"Beri tau saya bagaimana Anda begitu tega menyakiti Anak Anda sendiri dan memisahkannya dari Sang Ibu?"
Hendra tertawa nyaring. "Urusannya sama lo apa? Lo pacar Anak gue apa dia ngadu ke lo?"
"Dia pacar saya."
Hendra tersenyum sinis. "Kalau gitu, kasih gue sejumlah uang supaya pacar lo nggak perlu kerja rodi. Dia nggak bisa kasih gue banyak uang dan makanan enak."
"Lancang sekali. Untuk apa saya memberikan sejumlah uang. Anda tidak malu?"
"Ngapain gue malu? Hidup ini semua harus ada uang. Gue cukup menderita selama ini. Lo pikir enak punya Anak?"
Alio menggeleng. "Kalau tidak mau. Kenapa menikah?"
"Gue kira Nia mandul makanya gue nikahin. Udahlah. Cepet kasih gue uang. Anggap aja lo bantu pacar lo itu."
"Apa dengan saya kasih uang. Anda akan berhenti menyiksa hidup Prilly?"
Hendra tertawa. "Gue nggak pernah anggap itu siksaan. Cepet kasih uangnya."
"Saya mau Anda pergi dari hidup Prilly."
"Kasih gue uang yang banyak. Gue akan pergi dari hidup pacar lo."
"Anda tega mengganti Anak dengan uang?"
"Udah gue bilang. Gue butuh uang. Gue cukup menderita karena Anak itu."
"Kembalikan Ibunya dan ini uang untuk Anda."
Hendra membuka koper dan tersenyum senang melihat sejumlah uang.
"Nilai uangnya 1,3 milliar. Bisakan Ibunya Anda kembalikan pada Prilly?"
Hendra tertawa. "Gue kasih sekalian Anak gue ke lo. Nikahin aja! Gue nggak peduli. Asal uang ini jadi milik gue."
"Oke. Saya terima. Saya kasih waktu 1×24 jam untuk Anda mengembalikan Istri Anda pada Prilly dan pergi dari kehidupan mereka."
Hendra mengangguk. "Tanpa 24 jam. Sekarang juga gue bisa langsung pergi."
"Boleh saya minta syarat?"
"Syarat apa? Gue udah kasih Anak gue ke lo. Tetapi, lo malah ngajuin syarat."
"Sebelum pergi. Tolong ucapkan pada Prilly untuk menjaga Ibunya dengan baik dan jaga kesehatan sebaik mungkin. Bisa kan?"
Hendra berdecak. "Iya. Iya. Gue lakuin. Gue bisa ambil uangnya kan?"
"Tolong ulangi sekali lagi ucapan Anda tadi."
"Gue pergi dari hidup dia dengan uang 1,3 milliar. Gue balikin Nia ke Prilly. Anak gue jadi milik lo dan sebelum pergi gue harus ngomong apa yang lo suruh. Ngomong-ngomong nikahin aja Anak gue. Biar istri gue nanti hidupnya enak. Kalau perlu Anak gue sekalian kerja di tempat lo. Gue liat-liat lo bos kan? Gimana?"
"Oke, saya terima. Silahkan pergi."
Rekaman selesai.
Nia menggelengkan kepala dan meneteskan air mata. "Tega sekali Ayahmu. Kenapa dia tega seperti itu. Maafin Ibu, Prilly. Maaf. Nggak seharusnya kamu menderita seperti ini. Apa bos kamu jahat?"
"Dia baik, Bu."lirih Prilly terisak di dalam dekapan Ibunya.
Nia mengelus rambut belakang Prilly. "Bawa dia ke Ibu. Ibu ingin tau dia seperti apa."
"Untuk apa, Bu?"
Nia menghela nafas. "Ibu ingin mengucapkan terima kasih. Setidaknya dia membantu kita terlepas dari Ayah. Soal perkataan Ayah. Sepertinya menurut Ibu tidak ada salahnya jika suatu saat kamu menikah dengannya, Nak. Tidak ada laki-laki mana pun yang mau mengeluarkan banyak uang untuk melepas penderitaan seseorang walau hatinya pun dipenuhi rasa empati. Dia tulus sama kamu, Nak. Jadi Ibu mohon. Jangan melawan dan Ibu ikhlas jika kamu harus menikah dengan pria itu."
...
Maaf semalam aku ketiduran dan draft ceritanya hilang 😭
Ini agak aku panjangin.
Jangan lupa like dan komennya
![](https://img.wattpad.com/cover/278565922-288-k162696.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Menghiasi Gabriella [ENDING]
FanfictionApa Gabriella Prilly Alteir akan terus menghindar ketika nama marga laki-laki yang ia benci tersemat di nama belakangnya? Since March 2023