Alio menghela nafas melihat Prilly terus berdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata dan terus berkeliling tidak tentu arah. Mereka sedang ada di sebuah pusat perbelanjaan. Hari ini Alio ingin sekali memanjakan Prilly dengan belanja bulanan sekaligus belanja baju.
Namun, sedari tadi gadis itu hanya berkeliling tanpa melirik baju-baju bagus. Padahal Alio sengaja membawa Prilly ke pusat baju dan tas agar gadis itu tertarik membelinya. Akan tetapi, hasilnya nihil.
"Loh kok mau turun?"tanya Alio melihat pergerakan Prilly yang akan menginjak eskalator untuk turun ke lantai dasar.
Prilly menaikkan alis. "Katanya mau belanja bulanan?"
"Kamu nggak tertarik untuk sekalian beli baju gitu?"pancing Alio.
Prilly menggeleng keras. "Nggak. Aku lebih suka belanja bulanan."
"Serius? Bajunya bagus-bagus loh tadi. Pasti kamu suka. Ayo kita lihat dulu"ujar Alio menarik tangan Prilly.
Namun, Prilly menahan tangan Alio. "Aku nggak mau belanja baju. Kita turun dan belanja bulanan. Paham?"
"Oke."
Alio mendesah kecewa. Harus dengan cara apa untuk bisa membuat Prilly tertarik membeli baju. Bukan tanpa alasan. Alio hanya ingin membelikan beberapa baju untuk Prilly. Sepertinya gadis ini susah di racuni.
.
.
"Apalagi ya"gumam Prilly melihat ke arah troli dimana beberapa belanjaan sudah tersusun.
Alio tersenyum penuh arti. "Baju belum dibeli tuh."
"Kamu ini kenapa sih? Kok dari tadi baju! Baju! Baju terus yang dibahas! Kita lagi belanja bulanan!"nafas Prilly kembang-kempis menahan kesal.
Alio menelan ludah tidak berani menatap mata tajam Prilly. "Iya siapa tau kamu tertarik sekalian kita beli baju."
"Nggak!"
.
.
Alio melirik ke arah Prilly yang terus membuang muka menatap ke arah jendela. Selama perjalanan pulang, Prilly tidak bersuara sedikitpun. Sepertinya gadis itu benar-benar marah karena ulah pemaksaan Alio.
Padahal niat Alio baik ingin membelikan Prilly baju. Akan tetapi, Prilly sangat susah untuk di racuni. Apa Alio harus kembali ke pengaturan awal dimana dirinya bersikap dingin agar lebih leluasa memaksa Prilly untuk setuju dengan keinginannya?
Ah, tidak!
Itu hanya akan menyiksa batin Alio. Di diamkan begini saja sudah membuat Alio kelimpungan. Gimana kalau dia kembali menjadi dingin. Sudah pasti Prilly akan menjauhinya. Susah payah Alio perlahan memberanikan diri menaklukan Prilly.
Tentu Alio tidak akan mau jika harus dijauhi bahkan dibenci akan sikap dinginnya. Sudah cukup ia menjadi sosok dingin dan keras. Kali ini ia akan terus memperlihatkan sisi lembut dan perhatiannya agar Prilly mulai membalas perasaannya.
Ngomong-ngomong, kapan Prilly akan suka padanya?
"Jangan mikir macem-macem. Aku cuma nggak suka ngabisin uang kamu untuk belanja nggak penting. Aku bisa pake uangku sendiri untuk beli apa yang aku mau"ucap Prilly melirik sebentar ke arah Alio saat lampu lalu lintas merah.
Alio tersenyum lebar. "Maaf. Harusnya aku nggak maksain diri."
"Nggak papa. Aku tau maksud kamu baik"ujar Prilly menggenggam tangan kiri Alio.
Alio tersenyum ke arahnya. "Jangan pernah pergi dari aku."
"Aku usahakan untuk nggak pergi. Aku tau kamu selalu bisa nahan aku untuk nggak pergi"ujar Prilly.
Alio mengangguk dan di kecupnya tangan Prilly. Menyalurkan rasa sayangnya. Betapa bahagianya Alio bisa merasakan kemurahan hati Prilly untuk menerima semua ini.
Alio hanya bisa berharap suatu saat hidupnya akan jauh lebih bahagia. Papanya mau menerima kehadiran Prilly dan segala rencananya di masa depan berjalan dengan lancar.
Aamiin.
"Udah merah tuh"celetuk Prilly membuyarkan senyuman Alio.
"Terlalu terpesona sama kecantikan kamu sampai lupa lampu lalu lintas udah hijau"ujar Alio terkekeh ringan.
Prilly menepuk pundak Alio. "Gombal!"
***
"Eh cucu Oma. Makin hari makin cantik"pujian dilayangkan Oma kepada Prilly.
Prilly berhambur ke pelukan Oma Alio. "Oma apa kabar?"
"Oma akan selalu sehat kalau ketemu cucu Oma yang cantik ini"ujar Oma mengusap pundak Prilly.
Prilly tersenyum simpul. "Oma bisa aja. Oh ya Opa mana?"
"Opa lagi di rumah jagain Clafita. Dia lagi ngambek sama Oma. Mau ikut ke sini. Tetapi, nggak Oma bolehin. Padahal katanya mau lihat cucu cantiknya"ujar Oma ketika mengingat rengekan manja suaminya saat ingin ikut ke Albert Hotel untuk menemui Prilly.
Alio mendengus kesal. "Aku cucu asli Oma. Tetapi, kenapa Oma malah nyambut Prilly?"
Plak!
"Kamu iri saja! Prilly juga cucu Oma. Oma males lihat kamu terus"ucap sang Oma mendelik tajam ke arah Alio.
Alio mengerucutkan bibir. "Oma pilih kasih. Biarin aja kalau aku udah nikah sama Prilly. Aku bawa Prilly sejauh mungkin supaya Oma nggak bisa lihat Prilly."
"Yaudah. Kamu nggak usah nikah sama Prilly. Biar Prilly jadi cucu asli Oma. Kamu bakal Oma buang. Mau?"
Prilly terkekeh ringan melihat interaksi antar Oma dan cucu yang saling meledek. Ia beruntung sekali bisa mendapat kehangatan dari keluarga Alio. Bagaimana dia diterima dengan baik oleh Oma dan Opa Alio.
"Cucu cantik Oma. Ayo kita ke dapur. Oma pengen lihat cucu cantik masak enak buat Oma"ujar Oma menggandeng tangan Prilly berjalan menjauh dari Alio.
Alio menghentakkan kaki. "Dia calon istri gue. Kenapa gue yang diabaikan? Ini lagi. Kenapa Oma pake ke sini segala. Gue jadi nggak bisa cari perhatian ke Prilly."
...
Halo aku kembali
Maaf sekali baru bisa update sekarang. Aku jagain Nenekku yang lagi sakit. Aku mohon doanya ya semoga Nenekku bisa sembuh.
Aku usahain luangin waktu untuk update meskipun nggak sering. Jangan bosan untuk nunggu ceritanya ya.
Minal aidzin wal faidzin. Mohon maaf lahir dan batin semua 🙏
Jangan lupa like dan komennya.
Terima kasih
![](https://img.wattpad.com/cover/278565922-288-k162696.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Menghiasi Gabriella [ENDING]
FanfictionApa Gabriella Prilly Alteir akan terus menghindar ketika nama marga laki-laki yang ia benci tersemat di nama belakangnya? Since March 2023