79 : Cintanya Aku

253 31 7
                                    

Sepasang suami-istri menikmati waktu berdua di wisata alam air terjun setelah sebelumnya mengisi perut dengan sarapan bubur ayam. Keduanya menikmati pemandangan aliran air terjun dari jembatan kayu yang berada cukup jauh. Sebenarnya, Prilly ingin sekali turun menyelusuri jalan menuju air terjun. Namun, Alio tidak memperbolehkan sebab kawasan air terjun terlalu licin untuk di tapaki.

Alio tidak ingin Prilly kenapa-kenapa mengingat istrinya sedang hamil. Tentu, Alio tidak ingin mengambil resiko atas keinginan Prilly. Biarlah saat ini, mereka berdua cukup melihat dari kejauhan dengan orang-orang yang riang gembira menikmati derasnya air terjun. Suatu saat, di waktu yang tepat Alio berjanji akan membawa Prilly serta anak-anak mereka menikmati air terjun.

Alio pastikan itu.

Prilly melirik ke arah Alio yang diam membisu dengan mata terpejam. Semilir angin menerpa rambutnya. Prilly nikmati sejenak memandang wajah samping suaminya. Perasaannya menghangat saat tangan kanannya di genggam erat oleh Alio.

Guratan senyum di bibirnya tertarik. "Aku sayang banget sama kamu."

"Kok nggak di jawab?"tanya Prilly kesal karena Alio masih memejamkan mata dengan genggaman tangan yang tidak lepas.

Dalam diamnya, pundak Alio naik-turun tanda bahwa suaminya itu tertawa. "Kok malah ketawa sih?"

"Tanpa aku jawab, kamu udah pasti tahu bahwa aku juga rasain yang sama"ungkap Alio menghirup nafas dalam-dalam.

Kedua matanya terbuka secara perlahan dan melirik pada Prilly yang tersenyum. Tangan kanannya yang bebas, ia arahkan menyentuh dagu lancip istrinya. "Aku jauh lebih sayang sama kamu."

"Ih, Alio! Jangan gitu aku malu"Prilly sedikit menjauh ketika tatapan Alio membuat jantungnya berdetak dengan hebat.

Alio hanya bisa terkekeh ringan dan menarik pinggang Prilly untuk mendekat. "Masa suami-istri jauh-jauhan? Kamu udah lama loh nikah sama aku. Masih aja malu ya?"

"Namanya juga cinta"lirih Prilly menundukkan pandangan, menghindari bertatapan dengan sang suami.

Alio tersenyum tipis, mengangkat dagu Prilly. "Kamu secinta itu ya sama aku?"

"Kalau aku nggak cinta, mana mungkin aku menikah sama kamu"jawab Prilly membalas tatapan suaminya.

Alio tersenyum jahil. "Itu artinya, waktu aku paksa untuk menikah. Kamu sudah cinta sama aku?"

"Geer!"sungut Prilly kesal menepuk dada bidang Alio.

Alio membawa Prilly ke dalam pelukannya. Mengusap lembut rambut belakang istrinya. "Maafin aku. Di awal perkenalan kita, harus beri kamu rasa sakit. Cara aku salah, sayang. Aku minta maaf."

"Nggak papa, sayang. Aku paham mungkin waktu itu kamu nggak mau lihat aku terus-terusan tersiksa karena Ayah. Makanya kamu harus bertindak seperti itu."

Alio menghela nafasnya pelan. "Jujur, sampai sekarang kamu masih benci nggak dengan cara aku nikahin kamu?"

"Awalnya aku memang sebenci itu sama kamu. Bahkan, aku nggak ada niat untuk menikah sama kamu lebih lama apalagi sampai punya Anak. Aku tau pernyataan aku ini, akan nyakitin kamu. Cara kamu datang ke Ayah dan kasih uang 1,3 M, buat aku ngerasa jadi perempuan rendahan. Bahka..."

Prilly tidak dapat melanjutkan ucapannya sebab bibirnya bergetar hebat diikuti air mata yang menetes dengan deras di sudut matanya. Alio langsung membawanya ke dalam dekapan. Menyalurkan segala rasa sayang dan tulusnya.

Tanpa di sadari, air matanya ikut menetes. Menyesali caranya dulu ingin membebaskan Prilly tanpa ingin tahu sesakit apa gadis itu sampai merasa bahwa ia adalah gadis rendahan yang sudah ia beli. Jujur, tidak ada rasa tercelah sedikitpun yang ada di pikiran Alio untuk menganggap istrinya rendah.

Ia melakukan semuanya murni karena rasa cinta dan simpatinya pada Prilly. Alio adalah tipe laki-laki yang akan melakukan apa saja untuk melepaskan orang yang ia cintai dari segala kesakitan. Meskipun itu akan jauh lebih menyakitkan jika ia memaksakan diri.

"Aku minta maaf. Maafin aku, sayang. Jangan pernah menganggap kamu serendah itu. Aku lakuin semuanya karena aku nggak tega sama apa yang kamu alami. Maaf..."

Prilly melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Alio. "Kamu nyakitin aku dengan hebatnya. Tetapi, kamu berhasil menjadi penyembuh buat aku."

"Hubungan ini jauh lebih baik karena kamu mau dengan tulus nerima ini semua. Aku berterima kasih sama kamu, sayang. Kamu mau lepasin ego kamu, kamu lepasin kebencian kamu sama aku, dan kamu bersedia terima hubungan ini walau awalnya terpaksa."

Prilly tersenyum amat tipis. Ia usap dengan lembut wajah samping Alio. "Aku bisa nerima ini semua karena aku bisa lihat ketulusan di mata kamu. Tetapi, kalau boleh. Aku mau lihat sikap galak dan obsesinya kamu waktu awal kita kenal."

"Jangan ya, sayang. Aku mau yang kayak gini aja. Kalau aku balik ke setelan pabrik, yang ada Ansel dan Asa marahin aku setiap hari karena nyakitin kamu. Nggak lupa kan gimana sayangnya mereka sama kamu? Aku cuekin kamu aja, mereka nggak terima. Aku jadi sedih. Kenapa mereka sebegitunya sama kamu"Alio memanyunkan bibir.

Prilly terkekeh ringan dan mencolek hidung Alio. "Itu karma karena selama kehamilan si kembar, kamu jadi suami nyebelin banget. Tetapi, Ansel dan Asa sayang kok sama kamu. Jangan manyun gitu dong."

"Tetapi, aku jauh lebih mau di sayangnya sama kamu"ucap Alio dengan nada manjanya sembari memberi kode menunjuk pipi.

Prilly menghela nafas dan menjijit meraih pipi kanan Alio untuk ia cium. "Udah."

Cup

Alio menunjukkan senyum pepsodent saat membalas ciuman istrinya di kening. "Aku sayang kamu melebihi angin dan jauh lebih besar dari suara petir."

"Oh, gitu?"

Alio menaikkan alisnya. "Kok kamu kayak nggak senang gitu aku gombalin? Jangan-jangan, kamu lagi mikirin mantan kamu itu ya?"

"Ih, apaan sih. Kenapa jadinya bahas mantan?"tanya Prilly mendengus.

Alio mengerucutkan bibir. "Ya gimana nggak bahas mantan. Nama usaha pake singkatan segala. Tau gitu, waktu kita nikahan mantan kamu di undang. Supaya tau kalau kamu punya aku."

"Aku becanda loh, sayang. Padahal nama singkatannya bukan itu"tawa Prilly meledak melihat wajah kesal Alio.

Alio mencubit gemas hidung Prilly. "Nakal kamu ya. Terus kalau bukan nama singkatan kamu sama dia, apa dong?"

"Arkan dan Nali. Nama istrinya"jawab Prilly.

Alio menaikkan alis. "Kok kamu tau banget tentang mantan kamu?"

"Dua bulan lalu aku di undang ke nikahannya, sayang. Jadi wajar dong aku tau. Lagian Arkan sahabat aku waktu kuliah."

"Kenapa dia bilang masih sendiri? Apa jangan-jangan dia sengaja mau bikin aku cemburu?"

Prilly mengangguk. "Arkan memang gitu orangnya. Makanya, kalau aku ajakin ke nikahan teman-teman aku. Kamu ikut. Biar nggak ada drama ngambek nggak jelas."

"Gitu banget kamu sama aku. Cukup tau"ucap Alio memanyukan bibir.

Prilly terkekeh ringan. "Maafin ya, suami aku."

"Permintaan maaf diterima, istriku. Cintanya aku."

...

Sorry aku baru update. Aku kelupaan, ini sudah di draft malah hari jumat nggak aku update 😂.

Jangan lupa like dan komennya.

Di sini ada yang masih nunggu ceritanya nggak?

Menghiasi Gabriella menuju ending.

Siap2 cerita baru Honest Man yaa

Kalian bisa mampir dan bookmark dulu cerita Honest Man 😊

Menghiasi Gabriella [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang