77 : Rencana Mengungsikan Si Kembar

248 34 1
                                    

Prilly berulang kali menghela nafas melihat tingkah kedua Anaknya yang semakin hari membuatnya geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak? Terhitung hari ke-6 pasca dari rumah sakit. Kedua Anak kembarnya tidak berhenti mengawasi pergerakannya.

Bahkan untuk makan, minum, dan segala aktivitas Prilly tidak jauh dari pantauan si kembar. Prilly paham jika kedua Anak kembarnya ingin menjaganya dengan baik. Apalagi, mereka sangat senang akan mempunyai seorang Adik.

Tetapi, entah kenapa hari ini moodnya sedang tidak baik. Prilly jadi lumayan pusing sekaligus lelah ketika Ansel dan Asa berdiri di depannya yang sedang memakan buah Apel. Kedua Anaknya pasti akan protes jika Prilly menyudahi aksi memakan buahnya yang masih tersisa.

Kalimat andalan mereka yang sudah Prilly hafal adalah, "Nda boyeh buang mam. Dosa Mama. Nanci Ade nangis kalna Mama nda kaci mam."

"Kalian nggak capek merhatiin Mama terus?"Prilly membuka suara setelah aksi memakan apelnya selesai.

Asa segera mengambil piring kotor bekas Prilly memakan apel kemudian berlari meletakkannya di wastafel. Tidak lama kemudian, Alio datang dan sempat ingin ikut duduk di sofa bersama Prilly. Namun, Asa mencegahnya.

"Papa ini cuci."

Alio menaikkan alis. "Cuci apa?"

"Piying. Mama habis mam."

Alio menghela nafas. "Nanti aja di cucinya. Papa mau duduk dulu."

Asa menggeleng keras. "Papa cuci atau nda boyeh duduk?"

Prilly tertawa kecil melihat wajah kesalnya Asa pada kelakuan Alio yang berusaha menghindar dari kegiatan cuci piring. Hal yang bahkan jarang Alio lakukan semasa hidupnya. Dalam hati, Prilly bahagia karena mempunyai anak kembar seperhatian Ansel dan Asa.

"Kalian kenapa jadi merintah Papa?"tanya Alio berkaca pinggang.

"Kalna kica cayang ade. Papa nda boyeh banyak tanya. Cepat cuci ya Papa."

Alio mengangguk dan segera berjalan menuju wastafel. "Asa nggak mau belajar cuci piring?"

"Nda mau."

"Kenapa nggak mau? Padahal bagus loh belajar sejak dini. Jadi, kalau misal Papa lagi sibuk terus Mama males cuci piring. Ada Asa yang bisa cuci piring"ujar Alio tanpa melihat jika raut wajah Asa sudah cemberut.

"Papa ini. Hayusnya Papa yang cuci. Mama kacian bawa Ade. Papa nda bawa apa-apa."

Alio mengibaskan kedua tangannya ketika aksi cuci piringnya selesai kemudian memutar tubuh menghadap ke arah Asa. "Loh, jangan salah. Bukan cuma Mama yang bisa bawa Adik. Papa juga bawa sesuatu."

"Apa?"

Alio mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. "Bawa cokelat."

"Yeaaaa aca mauu."

"Papa, Ancel mauu."

Alio mengulas senyum sambil memberikan dua cokelat berukuran mini pada kedua Anaknya. "Ini kalian makan. Habis itu tidur siang ya?"

"Maaci Papa."

Ansel dan Asa berlari keluar dan membuat nafas Alio lega. "Akhirnya aku bisa ngusir mereka."

"Kepala aku udah pusing banget dari tadi di awasin terus"keluh Prilly membuat Alio peka dan memijat kepala istrinya.

Prilly merasakan kenyamanan dan bersandar pada Alio. "Aku rasa, kapan-kapan mereka lebih baik di usingkan ke rumah Ibu sama Ayah deh."

"Eh serius? Kamu mau usingkan mereka?"tanya Alio menghentikan pijatannya dan menatap manik mata Prilly mencari kebenaran.

Seumur-umur, Prilly tidak pernah ingin jauh dari kedua Anaknya. Baru kali ini Prilly ingin si kembar menginap di rumah Ibu dan Ayahnya. Biasanya, jika si kembar ingin menginap akan banyak sekali pertimbangan yang Prilly pikirkan dan berakhir Ansel dan Asa hanya bermain setengah harian di rumah Granda dan Kakeknya.

Prilly mengangguk. "Serius. Aku pengen rasain tenang dulu sehari atau dua hari. Tetapi, kamu jangan pikir aku ribet sama Ansel dan Asa."

"Nggak kok. Aku paham tingkah Ansel dan Asa bikin kamu pusing. Sebaiknya aku coba ngomong sama mereka dulu ya? Mending kamu istirahat pasti capek banget setengah harian di awasin sama si kembar."

Prilly mengangguk. "Tolong liat mereka ya, sayang. Takutnya mereka nggak tidur."

"Iya, nanti aku lihat."

.

.

"Nda aca. Mama icu nda boyeh mam es klim. Nda boyeh cokyat. Nda boyeh mam cue."

Alio mengintip dari pintu kamar yang ia buka setengah dan menyaksikan perdebatan kedua Anak kembarnya.

"Tyus Mama boyeh mam apa? Paci bocen mam apel teyus."

"Jimanya cayo Mama kica kaci mam picang?"

Cklek.

Alio membuka pintu lebar-lebar membuat kedua mata Anak kembarnya mengerjap memandangnya kaget. "Kalian kenapa belum tidur siang?"

"Atul stlategi buat mam Mama."

Alio terkekeh ringan. "Gaya banget pakai atur strategi segala."

"Papa."

Wajah keduanya merenggut membuat Alio menghentikan gelak tawanya. "Oke Papa minta maaf. Ansel dan Asa nggak mau gitu nginap di rumah Granda dan Kakek?"

"Boyeh?"

Alio mengangguk. "Jelas boleh dong, Nak."

"Mama gimanya? Pasci sedih. Ancel dan Aca nda bisa jaga ade dan Mama."

Alio tersenyum simpul. "Mama bakalan baik-baik aja kok. Kalian dengar sendiri kan apa kata dokter? Adik bayi sehat. Jadi jangan khawatir."

"Capi Papa. Cenapa cekalang boyeh nginap?  Apa Papa cama Mama mau punya ade yagi?"

Alio meringis pelan. "Gimana bisa mau punya Adik lagi. Di kandungan masih belum lahir."

"Papa nyomong apa?"

Alio menggeleng. "Nggak papa. Sekarang udah boleh karena Ansel dan Asa sudah pintar. Bisa makan sendiri. Bisa rapiin mainan sendiri. Kalau dulu kalian masih belum bisa lakuin. Memangnya nggak kasian sama Granda dan Kakek kalau harus rapiin mainan kalian dan nyuapin makan?"

"Nda mau Papa. Kica cayang Glenda dan Cacek. Jadi, nda boyeh melepotkan."

Alio mencolek hidung Ansel dan Ssa secara bergantian. "Anak Papa pinter banget. Jadi, kalian beneran mau nginap di rumah Granda dan Kakek?"

"Mauuu!!"

"Oke, sekarang kalian tidur siang ya? Nanti Papa bicara sama Granda dan Kakek kapan kalian bisa nginap. Oke?"

Setelahnya, Alio keluar dari kamar si kembar. Ia hela nafas sejenak. "Akhirnya mau juga dua bocil."

"Sayang, mereka udah tidur?"tanya Prilly berjalan mendekati Alio.

Alio mengangguk pelan. "Baru saja mereka tidur."

"Oh ya, kamu udah bicara soal rencana kamu itu sama si kembar?"tanya Prilly memastikan.

"Udah, sayang. Mereka mau kok. Aku tinggal bilang aja sama Ibu dan Ayah."

Prilly terkekeh ringan. "Aku pengennya Ansel dan Asa secepatnya bisa nginap di rumah Ibu dan Ayah. Kepala aku udah mumet banget liat tingkah mereka."

"Akhirnya kamu sadar juga ya, sayang"ujar Alio.

Prilly menaikkan alis. "Sadar kenapa?"

"Ya sadar kalau si kembar bikin kepala pusing. Kita bisa punya waktu berdua lebih banyak loh tanpa mereka. Aku bebas mau mesra-mesraan sama kamu seharian tanpa khawatir di ganggu sama si kembar"ucap Alio dengan senyum bangganya.

Prilly mengalungkan tangan. "Di pikir-pikir. Benar juga. Udah lama kita nggak nikmatin waktu berdua."

...

Mohon adegan ini jangan ditiru ya. Hanya bisa dilakukan oleh Alio dan Prilly yang lagi mumet akan aksi si kembar.

Sekian dua updatean dari aku di hari ini. Selamat menjalani weekend.

Jangan lupa like dan komennya

Terima kasih.

Menghiasi Gabriella [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang