○ 50 : What If Ansel dan Asa remaja

510 46 10
                                    

"Ma, bekal aku mana? Kenapa cuma bekal Bang Ansel yang di siapin?"Asa mendesah kecewa melihat Prilly memasukkan bekal milik Ansel ke dalam tas.

Prilly melirik anak bungsunya. "Kamu sendiri bilang kemarin nggak mau bawa bekal."

"Mama nggak sayang aku?"

"Asa, kenapa ngomongnya gitu? Mama pasti sayang sama Asa"ucapan Alio mencairkan suasana.

Asa menghela nafas. "Kalau sayang, kenapa cuma Bang Ansel yang selalu Mama prioritaskan. Bahkan bekal pun makanan Bang Ansel selalu lebih mewah dari aku."

"Ada beberapa makanan yang nggak bisa kamu konsumsi, sayang. Kamu sarapan dulu. Mama siapin bekal kamu. Mama masakin sayur bening jagung manis dan nugget kesukaan kamu ya?"

Asa menggeleng. "Asa mau spageti sebagai sarapan dan bekal sekolah."

"Nggak bisa, Asa. Lambung kamu nanti bermasalah lagi. Kamu baru aja sembuh. Jangan dulu ya. Nanti setelah satu bulan pemulihan, Mama janji akan kasih apa yang kamu mau. Oke?"

"Asa berangkat sekolah."

Prilly menatap sedih pada anak perempuannya. Alio hanya bisa mengusap lembut pundak istrinya. "Kamu jangan sedih ya. Nanti juga pasti Asa akan membaik sendiri."

"Aku nggak pilih kasih, Alio. Aku sayang sama Asa. Aku sayang mereka berdua"lirih Prilly.

Ansel yang baru masuk ke dalam ruangan khusus terheran. "Asa kenapa berangkat sekolah duluan? Ansel aja bicara juga nggak di respon."

"Biasa. Adik kamu ngambek karena maunya sarapan dan bekal spageti"jawab Alio.

Ansel menghela nafas. "Maafin Asa ya Ma, Pa? Harusnya Ansel bisa kasih banyak pengertian sama Asa soal makanan yang nggak boleh dia konsumsi."

"Nggak papa, sayang. Udah kamu sarapan dulu. Biarin Asa berangkat sekolah sendiri. Kasih dia banyak waktu. Nanti kamu kasih bekal Asa ya"ucap Prilly memberikan senyuman cerah pada Putranya.

Ansel tersenyum. "Ansel berangkat aja, Ma. Masa iya Ansel sarapan sedangkan Asa nggak? Bekal buat Asa udah Mama siapin?"

***

"Ini dimakan"uluran tangan dari Ansel membuat Asa mendongakkan kepala.

Kedua saudara kembar Anak dari Alio dan Prilly saat ini sedang ada di taman sekolah. Suasana sekolah masih lumayan sepi. Jam masih menunjukkan pukul 6 pagi.

"Asa nggak laper"jawab Asa ketus mengalihkan pandangan ke arah lain.

Ansel tersenyum dan mengusap puncak kepala Asa. "Abang tau Asa lagi pengen makan spageti. Tapi, kasian sama tubuh Asa kalau sampai masuk rumah sakit lagi. Asa sayang sama diri sendiri kan?"

"Asa udah sembuh, Abang. Kenapa nggak boleh makan?"tanya Asa dengan mata berkaca-kaca.

Ansel memegang kedua pundak Asa. "Dengerin Abang. Lebih baik Asa hindarin dulu ya makanan yang nggak baik untuk kesehatan Asa. Sekarang, Asa sarapan. Mama udah capek masakin kita loh. Masa Asa mau Mama sedih karena hasil masakannya nggak Asa makan? Asa nggak mau sakit lagi kan? Kalau nggak mau sakit, harus rajin makan dan jangan lupain sarapan."

"Asa mau!"

Ansel terkekeh ringan. "Pintarnya adek, Abang. Jangan ngambek lagi ya. Pulang sekolah minta maaf sama Mama. Kasian loh Mama sedih banget karena Asa ngambek."

"Maaf, Abang. Asa salah. Harusnya Asa nggak egois. Padahal Mama perhatian dan sayang banget sama Asa. Tetapi, Asa selalu anggap Abang lebih di sayang sama Mama karena bisa makanan apa pun sedangkan Asa nggak bisa."

Ansel tersenyum simpul. "Nggak papa, Asa. Abang paham apa yang kamu rasain. Kamu boleh makan apa pun asalkan harus janji jaga kesehatan dengan baik."

"Abang"

"Iya?"

"Jangan punya pacar dulu ya. Asa nggak mau perhatian Abang direbut. Asa cuma mau Abang sayang sama Asa dan perhatian cuma sama Asa. Janji?"

"Iya janji. Sekarang habisin sarapannya anak nakal."

***

Ansel memberi kode pada Asa untuk menghampiri Mamanya yang sedang menyiram tanaman di balkon. Sejenak Asa menghela nafas. "Udah samperin aja."

"Ma"lirih Asa menghampiri Prilly.

Prilly menghentikan aksi menyiramnya dan menatap Asa yang kini tingginya bahkan setara dengannya. "Iya sayang kenapa? Kamu tadi sarapan apa? Terus bekalnya dihabisin?"

"Maafin Asa ya? Asa salah udah kesel sama Mama. Harusnya Asa bisa paham sama kesehatan Asa sendiri. Asa minta maaf, Ma. Asa egois"Asa meneteskan air mata menundukkan kepala.

Prilly menarik Asa ke dalam pelukannya. "Mama minta maaf juga ya, sayang. Harusnya Mama lebih bisa mahamin apa yang kamu mau dan jelasin semuanya soal kesehatan kamu. Setelah kamu benar-benar pulih, Mama janji akan masakin kamu spageti."

"Asikk! Asa sayang banget sama Mama."

"Mama doang yang di sayang?"Alio bersedekap dada.

Asa terkekeh ringan. "Asa juga sayang Papa."

Alio berjalan menghampiri Asa dan Prilly kemudian di dekap dengan erat.

"Ansel mau dong ikut pelukan biar kayak teletubies."

...

Halo maaf sekali aku baru update 😭

Hehe ini sekilas gambaran Ansel dan Asa jika sudah remaja 😂

Ada yang masih nungguin ceritanya nggak?

Oh iya aku minta saran dari kalian dong. Enaknya cerita ini langsung skip Ansel dan Asa remaja atau umur mereka masih balita?

Jangan lupa like dan komen

Menghiasi Gabriella [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang