"Semuanya sudah kamu urus dengan baik?"tanya Clafita bertanya pada Jena.
Wajah senyum terpaksa Jena dapat Clafita pahami sebagai tanda jika Jena telah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. "Sudah, Mrs."
"Saya nggak mau pernikahan Alio dan Prilly kekurangan satu hal pun. Jadi cek secara berkala. Dekorasi harus bagus dan jangan biarkan orang lain masuk ke gedung ini. Kamu tau apa yang akan terjadi kan?"
Jena mengangguk. "Baik, Mrs. Saya pastikan tidak ada yang akan mengacau pernikahan Tuan Alio dan Prilly."
"Apa? Apa? Kamu panggil apa sama calon mantu saya?"
Jena menghela nafas. "Maksud saya Nona Prilly."
"Nah itu lebih baik. Jangan macam-macam ya Jena. Kalau kamu masih mau bekerja di sini dan menjadi supervisor. Kamu hilangkan sifat burukmu itu. Selama ini mana pernah Prilly jahat sama kamu? Belajar untuk tau mana yang harus kamu hormati dan mana yang tidak harus kamu hormati."
Jena menghentakkan kaki kesal melihat kepergian Clafita. Tangannya mengepal dengan kedua tangan. "Sumpah gue capek! Coba dari awal Tuan Angga nggak minta gue ganggu Prilly. Pasti saat ini gue nggak akan dikasih kerjaan berat untuk ngurusin segala dekorasi yang padahal itu udah jadi tugas EO."
.
.
***
"Kamu yakin Alio menikah dengan Prilly?"tanya Angga berbisik menatap sekitar takut jika tiba-tiba Prilly datang menghampirinya.
Sudah cukup 3 bulan lalu ia dipermalukan di hadapan istri, anak, serta kedua mertuanya oleh Prilly. Sebenarnya bisa saja saat itu Angga melawan. Akan tetapi, entah kenapa nyalinya menciut melihat ucapan tegas dari Prilly.
Angga baru tau jika perempuan yang sangat dia tidak disukai adalah perempuan pemberani. Dia pikir Prilly adalah gadis lemah yang akan lari jika terus di hina dan di rendahkan. Nyatanya, gadis itu sangat tegas dan pemberani.
Mengingat tatapan Prilly membuat Angga bergidik ngerti. Clafita menyadari perubahan wajah suaminya seketika tersenyum sinis. "Rindu omelan calon menantu, hm?"
"Nggak sama sekali! Sudahlah aku mau tidur."
Clafita mencibik. "Gitu doang udah sok-sokan mau tidur."
***
Alio tersenyum sumringah menatap Prilly saat mencoba gaun pengantin. Perlu diketahui, ini sudah ke tiga kalinya gaun pernikahan Prilly di ganti karena Alio tidak suka dengan model gaun yang dipakai. Alio ingin Prilly memakai gaun pernikahan yang sopan dan tidak mengekspos punggung bahkan lekuk tubuhnya.
"Udah ya aku capek. Ini terakhir kali aku cobain gaun"ucap Prilly dengan wajah ditekuk.
Alio terkekeh ringan. "Iya sayang. Aku janji ini yang terakhir."
"Yaudah. Mbak, saya mau lepas gaunnya. Badan saya pegel semua"ujar Prilly berlalu pergi.
Namun, Alio mencegahnya. "Apalagi?"
"Nggak mau foto? Kasih liat ke Mami kalau gaun ini sudah pas"ujar Alio.
Prilly menghela nafas. "Yaudah. Satu foto aja ya. Aku beneran lagi capek banget."
"Iya sayang sebentar."
.
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
...
Segini dulu yaa
Hari ini cuma bisa usahain part pendek karena nggak selalu bisa pegang hp dengan leluasa