Oek
Oek
Oek
"Selamat bayi pertama lahir laki-laki"ucapan sang dokter membantu kelahiran Prilly.
Prilly menghela nafas lega di tengah cucuran keringat yang membasahi pelipisnya. Ditemani Alio, ia merasa energinya untuk melahirkan sang calon bayi lebih kuat. "Makasih, sayang. Lebih kuat ya sebentar lagi anak perempuan kita juga akan lahir. Kamu hebat."
"Alio, aku capek"rintih Prilly di tengah nafasnya yang tersenggal-senggal.
Prilly pikir melahirkan semudah itu. Hanya perlu menghembuskan nafas, mengeluarkan nafas, dan kemudian bayinya akan keluar. Ia jadi salut dengan perjuangan dokter dan para perawat yang membantu proses kelahiran bayinya. Mereka sangat lembut dan sabar dalam memberikan arahan.
Alio menggenggam tangan Prilly lebih erat. "Sayang, aku tau kamu capek. Tetapi, semuanya akan hilang setelah melihat kedua anak kita lahir. Ayo sayang jangan menyerah ya. Kamu keren deh bisa lahirin dua bayi sekaligus. Aku di sini sampai kamu selesai lahirin bayi kita. Jangan khawatir ya."
"Makasih, sayang"ucap Prilly terharu memdengar kata penyemangat dari suaminya.
"Ayo Bu lebih kuat lagi. Kepalanya sudah kelihatan nih."
.
.
"Makasih sudah berjuang untuk anak kita. Kamu istirahat ya"Alio terus memberikan perhatiannya dan menghapus keringat di pelipis istrinya.
Tidak lupa, Alio memberikan minum agar istrinya jauh lebih rileks setelah berjuang melahirkan dua bayi kembarnya. Bahkan Alio jauh lebih excited melihat istrinya selesai melahirkan. "Sayang, anak kita mana? Aku mau gendong."
"Anak kita masih di bersihkan. Nanti kamu bisa gendong lagi. Sekarang kamu mau di pindahin ke ruang rawat. Istirahat aja ya. Pulihin tenaga kamu dulu baru pikirin anak kita. Oke?"
Prilly hanya mengangguk saja dan tidak memberikan bantahan sedikitpun karena tenaganya sudah cukup lelah setelah melahirkan. Alio mengusap puncak kepala Prilly. "Akhirnya bumil udah jadi Mama."
***
Nia menggelengkan kepala melihat Alio terus menatap ke arah Prilly yang sedang tertidur. Ia merasakan kasih sayang Alio semakin bertambah pada Prilly. Bahkan ketika kedua bayi mereka selesai di bersihkan dan di pindahkan ke ruang rawat VVIP Prilly. Alio sama sekali tidak memalingkan pandangannya dari Prilly.
"Alio, kamu sudah adzani kedua anak kamu?"
Alio mengangguk. "Sudah, Ibu."
"Kamu nggak mau liatin Anak kamu tidur juga?"pancing Nia.
Angga dan Clafita yang sedari tadi terus memandang kedua cucu mereka ikut menatap Alio. Alio merasa diperhatikan oleh mertua serta orang tuanya hanya bisa menghela nafas. "Di ruang persalinan, aku udah liatin Anakku terus. Sempat gendong. Terus sekarang aku harus liatin Anakku diantara kalian? Gimana sama istri aku yang nggak diliatin sama siapa-siapa?"
"Aduh so sweet banget. Ibu jadi pengen muda lagi"Nia berseru menahan senyum atas ucapan menantunya.
Alio ini mulutnya manis sekali jika berbicara. Tidak heran jika perlahan Prilly bisa luluh padanya. Nia hanya bisa berharap pernikahan mereka lebih bahagia dari hari ini.
"Awas aja kamu nggak bisa kasih perhatian ke istri dan kedua anak kamu. Mami pukul kamu"ancam Clafita.
Alio menghela nafas. "Mami tega mukul Anak sendiri? Tega lihat kedua cucu dan menantu kesayangan Mami ngeliat Papanya dipukulin?"
"Drama banget kamu. Udahlah, Mi. Abaikan aja anak itu. Kita fokus lihatin kedua cucu kita yang ganteng dan cantik ini. Mereka mirip aku banget ya, Mi"ucap Angga membuat Alio mendengus kesal.
"Nggak usah maksa deh, Pa. Jelas-jelas itu Anak Alio. Mukanya aja mirip Alio sama Prilly. Mirip Papa darimana?"
Angga mencebikkan bibir. "Jangan lupa. Kamu berasa dari keturunan siapa."
"Keturunan Mami. Iya kan, Mi?"
Clafita terkekeh ringan melihat wajah kesal suaminya. Ia jadi senang jika suami dan anaknya berubah jadi sosok jahil dan saling mengejek satu sama lain. Semuanya berubah berkat kehadiran Prilly.
Clafita amat bahagia dengan keluarganya. Dipenuhi rasa cinta dan kasih sayang tulus. Ada Prilly sebagai menantunya. Nia sebagai besan dan kehadiran kedua cucu yang ganteng serta cantik.
"Kamu mau kasih nama kedua cucu Papa, siapa? Oh ya, ngomong-ngomong kamu sudah ambil keputusan belum soal panggilan kami?"
Alio mengangguk. "Sudah aku putusin. Papa dipanggilnya Papi. Mami dipanggil GrandMa. Ibu dipanggil Granda."
"Ih, curang. Kenapa Papa kamu malah Papi? Harusnya GrandPa"protes Clafita.
Angga tersenyum jahil. "Nggak usah iri gitu dong, Mi. Alio tentu tau siapa yang paling awet muda di sini."
"Sembarangan. Umur aku bahkan jauh lebih muda dari kamu, Angga. Kamu lebih cocok dipanggil Aki"Nia ikut memprotes.
Alio menghela nafas. "Udah. Udah. Jangan pada protes. Itu sudah keputusan aku sama Prilly. Nggak ada iri-irian. Oke?"
"Yaudah deh. Setidaknya panggilan kami jauh lebih berkelas dan elegan daripada si narsis"sindir Nia melirik sekilas ke arah Angga.
"Benar. Setidaknya panggilan GrandMa bagus. Daripada dipanggil pakai sebutan Papi. Aduh kayak nggak inget umur banget"ejek Clafita tertawa renyah diikuti Nia.
Angga hanya mendengus kesal. Alio terkekeh melihat perdebatan orang tua dan mertuanya. Ada saja yang mereka perdebatkan. Tentu, Mami dan Ibunya akan selalu menjadi satu soal urusan mengejek Papanya.
Jangan tanyakan Alio ada di pihak siapa karena ia lebih suka menjadi penonton. Kalau saja Prilly bangun, sudah pasti istrinya itu akan ikut menertawakan kelakuan para orang tuanya.
"Kedua Anak kalian di namain siapa?"
"Namanya..."
...
Halo aku kembali update 😂
Gimana suka nggak sama part ini?
Jangan lupa like dan komennya ya hehe
Untuk nama kedua anak mereka sudah aku siapin ya hehe. Jadi tunggu updatean selanjutnya
Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Menghiasi Gabriella [ENDING]
FanfictionApa Gabriella Prilly Alteir akan terus menghindar ketika nama marga laki-laki yang ia benci tersemat di nama belakangnya? Since March 2023