Bisakah kau keluar?

706 105 20
                                    

Solar hanya menunduk, sadar dirinya kalah dari pertarungan argumen bersama sang kakak.

Keheningan kembali terasa mencekam antara kedua kakak beradik itu. Ingin sekali Solar pergi dari hadapan sang kakak dan melampiaskan semua amarah pada dirinya sendiri, ia tak kuat jika harus berdiri disana lebih lama.

Bagaimanapun kuatnya Solar menahan emosi, namun Hali terlalu menakutkan untuk membuatnya ingin membela diri walau...

Walau ia tak bersalah.

Selalu seperti itu,

Determinasi seorang Hali, selalu membuat orang yang bahkan sama dingin dengannya tak mampu bersuara.

Sang manik ruby menghela nafas panjang dengan frustasi berharap amarahanya sedikit reda dan ia dapat mengendalikan dirinya sendiri.

Ia membuang wajahnya agar tak menatap sang adik, "Keluar", perintah Hali dengan suara berat.

Sang manik silver mengangkat wajahnya, lalu tanpa berkata apapun beranjak keluar bersama badai dikepalanya yang kian memberontak.

.

.

.

Sementara diluar, sedari tadi para elemental terdiam mendengar pertengkaran Hali dan Solar yang sengit. Tak ada yang bersuara karena merekapun sama kecewanya dengan masalah ini.

Siapa yang sangka seorang Solar yang terkenal dengan kejeniusan tak tertandinginya malah melakukan hal seperti itu? walaupun mereka sungguh yakin akan kemampuan sang adik sekaligus kakak namun kecurangan ini terlalu jelas untuk tidak dipercayai.

Pintu ruangan Amato itu terbuka, menampakan Solar yang keluar dengan mata merah dan berkaca dibalik visornya. Ia melangkah menuju pintu utama tanpa menoleh pada beragam manik yang tertuju padanya dengan beragam emosi.

Para elemental tak memanggil atau mencegahnya, begitupun Taufan yang biasanya akan ada saat Solar terkena masalah. Ia tak mengerti dengan semua ini tapi ia yakin betul jika ada kesalahpahaman, ia sungguh mengenal bagaimana Solar tak mungkin mempertaruhkan segala pencapaiannya dengan melanggar aturan, ia yakin.

Namun, ia tahu jika menenangkan dan menghibur sang adik saat ini tak akan mengubah apapun. Ia rasa Solar butuh waktu sendiri untuk membenahi isi kepalanya yang kacau, untuk itu Taufan juga terdiam tak bersuara.

Setelah cukup lama mereka merenung di tempat, kini giliran sang sulung yang keluar dari ruangan Amato membuat semua atensi tertuju padanya.

"Gempa, carikan sekolah baru untuk anak sialan itu", ucap Hali sambil berlalu menaiki tangga menuju kamarnya.

Gempa tak menjawab melainkan hanya menatap sang kakak yang semakin menjauh. Dapat ia rasakan kakaknya itu sedang dilanda stres, apakah karena tugas kampus? organisasi mahasiswa? masalah kantor? atau masalah Solar? Iapun tak tahu.

_____________

Jam 2 pagi, apa dia tidak akan pulang?, batin remaja itu mendudukkan diri di kursi.

Entah apa alasannya iapun tak mengerti. Tak tahu kenapa ia dengan natural terjaga untuk menunggu orang itu, seseorang yang dulu sangat dekat dengannya.

Seseorang yang walau sebal padanya tapi selalu memberinya solusi dan jawaban, kenapa ia harus merasakan perasaan ini? apakah ini rasa kesal yang terlalu besar hingga ia ingin memakinya? ataukah rasa khawatir jika orang itu akan berbuat gila karena masalahnya?

Manik hijau daun itu menoleh pada tumpukan buku di hadapannya, buku dominan putih yang telah selesai dibaca, yang jika orang lain mungkin memerlukan 2 minggu untuk membaca dan memahaminya namun tidak dengan sang kakak.

Boboiboy Solar_You Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang