Hang out bersama 2 konco

878 111 13
                                    

Hari ini cuaca begitu panas tak seperti biasa. Remaja yang sedang berjalan melewati lapangan basket pun menyeka keringat yang terus mengucur di dahinya akibat rasa panas dan gerah yang ia rasakan.

Beberapa siswi yang sedang duduk menonton permainan teman mereka terlihat terkagum-kagum akan ketampanan dan kharisma pemilik rambut coklat dengan sedikit surai putih itu, bisik-bisik akan pujian padanya langsung terdengar sepanjang jalan setapak dari gedung kelas menuju gerbang sekolah.

Solar, ia sudah teramat terbiasa akan semua eluan yang menurutnya memang fakta itu. Tentu saja ia sering kali melihat dirinya dengan menempatkan diri sebagai orang lain dan menilai seorang Solar. Benar adanya kalau dia adalah paket lengkap seorang laki-laki idaman.

Wajah yang tampan seperti para saudaranya, otak yang jenius juga sifat yang cool terasa erat kaitannya dengan pemilik mata silver itu. Jika ia adalah orang lain mungkin ia akan iri pada siapapun yang memiliki hal yang ia miliki sekarang.

Namun Solar bukan orang yang hanya akan puas dengan penampilan dan berkah seperti itu, menurutnya yang lebih utama adalah pencapaian dan prestasi yang ia harus raih, walaupun tidak jarang ia menyombongkan diri pada para elemental dulu.

Yah tapi apalah ia sekarang? candaan berbahan kelebihannya tak pernah terdengar lagi setelah hubungan mereka retak karena 'kejadian itu'. Paling hanya Taufan yang sering mengunjungi kamar dan laboratoriumnya saat sedang tak ada kelas di kampus.

Matanya menatap sekitar segera setelah ia keluar dari gerbang sekolah, entah apa yang ia cari. Setelah beberapa saat Solar melirik jam tangannya, ekspresi kesal terukir jelas di wajah yang masih dibanjiri keringat itu.

"Mana sih tuh orang? kebiasaan deh", gumam Solar pelan sambil memutar bola matanya.

Solar memutuskan untuk duduk dibawah pohon besar di tepi trotoar agar kulitnya itu tak terlalu lama terpapar sinar matahari yang terus menyengat seperti api. Cukup lama ia menunggu sosok yang ia tunggu sampai akhirnya sebuah mobil Porsche Taycan hitam berhenti di depannya menampakan 2 orang pemuda berambut Navy berkaca mata dan pemuda India dengan ikat kepala.

"Woy Solar, ayo masuk". panggil pemuda berkaca mata pada Solar.

Solar tanpa ragu menghampiri mereka dan masuk ke tempat duduk belakang masih dengan wajah kesal karena keterlambatan kedua sahabatnya itu.

"Udah lambat main suruh aja lagi", ucapnya setelah berada di dalam mobil.

Pemuda India menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Hehe, maaf lha Sol, ada macet tadi"

"Hm, jadi kita kemana dulu sekarang?"

Pemuda yang ternyata bernama Gopal menoleh dengan sengiran lebar di wajahnya, "Kita akan mulai dari laboratorium utama yang ada di sebelah pusat kota"

"Apa tempat itu bisa dikunjungi?", tanya Solar mengerutkan alis.

"Ga bisa dikunjungi sembarangan sih, tapi kami udah siapin benda-benda yang kita perlu buat nyamar jadi wartawan. Yang perlu kau lakukan adalah ganti seragammu dan beracting jadi pembawa acara jadi kau bisa tanya sesukamu nanti"

"Iya Sol, hari ini profesor yang kau cari sedang bertugas di lab itu", sahut pengemudi bernama Fang.

Solar tertegun, pikirannya kini fokus pada wajah profesor yang berusaha ia ingat karena sudah terlalu lama tidak bertemu. Namun ia tak begitu saja bisa menggambarkan wajah yang buram itu, ia pun tak terlalu ambil pusing. Toh nanti dia akan bertemu dengannya juga.

Solar mulai menyiapkan berbagai pertanyaan yang harus ia tanyakan nanti agar terlihat seperti seorang wartawan sungguhan, sementara kedua sahabat yang lebih tua darinya itu tersenyum senang karena dapat membantu kawannya yang agak naif ini.

Boboiboy Solar_You Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang