Persahabatan dan rasa sakit

672 85 54
                                    

"Tidak akan membiarkanku menyentuhnya? omong kosong! aku bisa menyingkirkannya jika aku mau!", ucap Hali penuh emosi.

Mungkin karena rasa melindungi yang kuat, genggaman Solar pada tinju Hali tidak lepas walau sang tuan berusaha menarik tangannya. Tatapan manik abu yang berkilau bak berlian di balik visor oranye menyiratkan keberanian akan segala resiko atas tindakannya ini, Solarpun tidak tau kenapa ia bisa sampai berani menghadapi sang kakak sulung.

Ah..

Sial.

Sejak kapan Dave menjadi sepenting ini untukku?

Taufan memegang tangan Solar menggunakan tangannya yang lain tanpa melepaskan pergelangan Dave, "Lepaskan, Solar. Kau adalah mahasiswa baru disini, dan bagaimanapun Hali adalah seniormu"

Tak ada jawaban. Solar tidak melonggarkan genggamannya. Tidak sebelum akhirnya Taufan memulai lebih dulu dengan menjauhkan tangan sang partner dan melepasnya. Manik safir pemuda itu terlihat waspada akan serangan yang mungkin saja bisa terjadi untuk melukai kakaknya, namun ia berusaha menjadi pihak netral kali ini dengan bernegosiasi pada Solar dan Dave.

Melihat itu, Solar melepaskan tangannya lalu segera mundur menjauhkan Dave dari kedua pemuda senior sekaligus kakaknya. Netranya belum teralih dari ruby Hali begitupun sang manik delima masih melayangkan kebencian yang seakan tidak bisa diobati oleh apapun.

Tentu saja Taufan menyadari betul jika kakaknya tidak ingin mengakhiri pertarungan dengan kekalahan seperti ini, jadi sekarang gilirannya menarik pelan lengan Hali sebagai tanda untuk berhenti apalagi kakaknya itu masih bertugas sebagai pemimpin penerimaan mahasiswa baru dan tidak akan baik jika ada yang melihat mereka berkelahi saat ini.

Tanpa mengalihkan manik safirnya, Taufan membuka suara. "Sudah terlambat untuk kalian mengikuti apel pagi, aku sarankan kalian cepat kembali ke divisi kalian sebelum ketahuan para panitia", ucap Taufan datar.

Sementara Dave masih menunjukkan rasa benci yang langsung tumbuh pada pemuda bermanik ruby, Solar sang kawan justru setuju pada ucapan Taufan untuk melerai kedua orang di pihak mereka masing-masing.

Dengan pasti Solar menarik lengan Dave dan menyeretnya pergi tanpa mengatakan apapun, tanpa menoleh pada semua orang yang dulu pernah sangat menyayanginya. Bahkan melirikpun tidak, seakan mereka tidak pernah ada hingga tidak mampu mendapat atensinya walau sedikit. Begitulah yang mereka rasakan.

Seusai Solar mengambil tas putih miliknya di tanah, kedua mahasiswa itu menjauh meninggalkan Elemental bersaudara dalam keheningan ditemani oleh rasa syok dan perasaan lain yang tak dapat dijelaskan artinya. Menatap punggung yang lagi-lagi tidak dapat diraih, punggung yang semakin dewasa tuannya maka semakin asing pula hingga tak bisa lagi mereka kenali.

Beragam netra itu kemudian terpaku pada pemuda bermanik hitam yang menoleh, menyiratkan kebencian dan tak terima akan perlakuan mereka pada sahabatnya. Seakan mengatakan jika semua ini belum berakhir, sampai dia bisa membalas semua ucapan sang sulung yang menyakiti perasaan Solar.

Walau tak rela namun Dave membiarkan dirinya diseret oleh pemuda bervisor, menghargai keputusan Solar untuk pergi agar tidak semakin sakit hati oleh hinaan saudaranya sendiri.

.

.

.

"Apakah aku masih orang asing bagimu, Solar?"

Pertanyaan itu membuat Solar terdiam. Memilih tidak menatap mata sang sahabat karena ia tau jika determinasi Dave terlalu kuat untuk dihindari.

Sudah hilang kesabaran, Dave memegang kedua bahu Solar yang sengaja ia buat terpojok di dinding koridor divisi kedokteran. "Jawab aku!!"

Boboiboy Solar_You Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang