Ospek day 1

642 86 50
                                    

"SEMUANYA CEPAT BERBARIS!! KALIAN MANUSIA ATAU KUKANG HAH?! HITUNGAN TIGA SEMUANYA TIDAK ADA YANG BOLEH BERGERAK!!"

Teriakan demi teriakan serta pemandangan para junior yang berlari menuju barisan mereka membuat suasana lapangan menjadi riuh. Bagaimana tidak? baru lima menit lalu mereka dibubarkan dari apel untuk menaruh topi yang sebelumnya mereka gunakan sebagai pelindung kepala dari panasnya matahari jam 10 pagi itu dan sekarang mereka malah dikumpulkan lagi.

Sampai tiba hitungan ketiga, beberapa mahasiswa baru atau yang lebih dikenal dengan Maba sudah diseret oleh senior sekaligus panitia ospek ke tengah lapangan. Jangan tanya apa akibat karena keterlambatan mereka berbaris, karena dua panitia sudah menatap nanar sebelum memukul kepala mereka dengan kertas yang digulung. Tak lupa para maba itu harus menerima hukuman push up sebanyak 20 kali, memberi gambaran pada seluruh peserta ospek akan kehidupan mereka selama seminggu kedepan.

Salah satu panitia laki-laki berbadan tegap kini berdiri di depan lapangan, memegang microphone tanpa kabel sampai suaranya yang emosi terdengar melalui speaker bervolume keras.

"SAYA TIDAK SUKA KETERLAMBATAN!! Kalian ini calon dokter!! pasien mana yang akan kalian selamatkan jika bergerak saja tidak bisa cepat!!", marahnya berteriak. Padahal hanya dengan nada biasa saya telinga para maba sudah mendengar dengan jelas, kini teriakannya membuat banyak orang menjadi gugup bahkan merasa tersiksa karena gendang telinga mereka yang tegang.

"Maba yang merasa tidak berseragam lengkap, maju kedepan!! Name tag, dasi, ikat pinggang!! sebelum para panitia yang menemukan kalian maka hukumannya akan diterima oleh semua maba! MENGERTI?!!"

"SIAP MENGERTI", sahut para peserta. Tak lama, beberapa maba langsung maju kedepan karena merasa tidak membawa atau memakai keperluan ospek. Mereka tidak mau semua rekan mereka malah dihukum karena berusaha bersembunyi dari jelinya para senior itu.

Diantara para mahasiswa baru yang sedang kepanasan, diantara barisan gugus bernomor 5, berdirilah Solar tidak mengatakan apapun sedari tadi. Dia merasa risih dengan suara berisik yang ia dengar ditambah teriakan dan bentakan yang terdengar menyebalkan baginya.

Untung saja Solar adalah orang yang disiplin, jadi ia sudah berseragam lengkap dengan baju putih bertempelkan kertas berlaminating dengan nama dan nomor gugus lengkap bersama dasi abu, celana panjang abu sertakan sepatu hitam ala upacara saat berada di SMA.

Bedanya ia dan maba lain tidak diizinkan memakai topi hingga rambut hitam kecoklatan dengan sejumput surai putih itu berkontak langsung dengan teriknya matahari. Butiran keringat sudah mengalir di dahi Solar, ia tidak suka acara diluar ruangan yang panjang seperti ini.

Bisa dibilang, jika dibandingkan dengan para saudaranya, fisik Solar adalah yang terlemah jadi berada dibawah panas membuat wajahnya langsung pucat sertakan nafasnya sedikit sesak karena hiruk pikuk dan karbondioksida yang banyak.

Seorang senior perempuan dan laki-laki mendekat kearah gugus nomor 5, memeriksa setiap peserta yang tidak maju kedepan apakah memang benar sudah lengkap atau ada yang bersembunyi untuk menghindari hukuman.

Tepat dihadapannya, mereka berhenti saat mendapati nama Boboiboy Solar di name tag yang ia pakai.

"Kau Boboiboy Solar?", tanya panitia wanita itu tegas.

Solar langsung membentuk posisi tegap, "Siap benar senior!", jawabnya sebelum kembali ke posisi istirahat.

Wanita dihadapannya seketika tersenyum penuh arti, menatap rekan laki-lakinya yang juga tersenyum tanpa mengatakan apapun.

Solar tau bahwa namanya pasti dikenal oleh para panitia, ada dua kemungkinan yang bisa saja menguntungkan atau bisa saja malah membawa petaka baginya selama acara ini.

Boboiboy Solar_You Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang