Kawan dan rasa iri

704 104 29
                                    

"Jangan pernah memanggil kami sebagai kakakmu, jangan pernah!!!"

Solar mematung selagi ingatan akan kelamnya masa lalu terputar diingatannya, jantungnya seperti berhenti berdetak. Nafasnya pun tak dapat ia rasakan mengalir normal.

Orang ini...

Sosok yang tak mau ia hadapi lagi, yang ia pikir jika ada kesempatan maka akan dengan senang hati ia berbincang dengannya, namun ternyata kini, ia terlalu sakit hati untuk sekedar membuka mulut dan menyapa.

Manik mereka bertemu, membawa nostalgia tentang dunia fantasi yang telah runtuh oleh ombak. Tak bisa dibaca bagaimana manik safir itu sungguh lega bisa kembali melihat sang adik setelah sekian lama, namun ia tak mau Solar menyadari perasaannya. Karena ia tak pantas, menunjukan ekspresi apapun pada orang yang telah menderita karena dirinya dan para saudaranya.

Sebuah senyum terukir di wajah Taufan, senyum yang menutupi segala emosi dan ketidakberdayaannya.

"Boleh aku masuk?", ucap Taufan, menyadarkan sang manik silver jika hal ini bukanlah mimpi ataupun halusinasi semata.

Solar terbawa kembali pada kenyataan, mengandalkan refleks tubuhnya ia membuka lebih lebar pintu itu, membiarkan sang kakak masuk ke rumahnya. Begitupun ia membiarkan Taufan kembali hadir di pikiran yang telah lama berusaha menghapus lembaran berisi cerita mereka dulu, saat mereka masih menjadi saudara.

°°°

Pemilik manik safir memperhatikan sang adik yang tengah menyuguhkannya secangkir minuman coklat panas, ia tersenyum karena ternyata Solar masih mengingat minuman kesukaannya. Ia pikir, adiknya itu telah melupakan segala hal tentang dirinya.

Sementara Solar kini duduk di hadapan Taufan masih dengan ingatan yang berusaha ia singkirkan jauh-jauh. Dibanding menatap wajah sang kakak, ia lebih memilih untuk menatap meja dihadapannya dengan canggung namun dengan ekspresi datar khasnya.

"Bagaimana kabarmu Solar?", tanya Taufan membuka percakapan.

"Baik"

Taufan tersenyum lagi, membiarkan sang adik berpikir sejenak sebelum menanyakan hal yang pasti akan ia tanyakan.

Setelah beberapa saat akhirnya Solar membuka mulut, "Darimana kau tau rumahku?"

Terdengar tawa kecil dari Taufan.

Benar

Kau tidak lagi seorang kakak baginya Taufan

Lagipula kau tidak pantas, menganggap dirimu saudaranya saat kau sendiri menjadi alasan baginya untuk pergi.

"Aku mencari tau dari teman-temanku, setelah sebulan akhirnya aku bisa menemukan sekolah barumu dan alamat ini", jelas Taufan.

Solar tak memberi reaksi apapun, namun pandangannya terarah pada tumpukan dokumen yang sang kakak taruh dimeja.

Taufanpun baru sadar akan tujuannya datang kesini.

"Ah ya, aku datang untuk memastikan apakah dokumen kuliahmu sudah kau siapkan atau belum. Ujian kelulusan SMA sudah berlalu dan hanya menunggu pengumuman, jadi sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengurusnya"

"Sudah kusiapkan semuanya", jawab Solar dingin, seakan ia sedang berbicara dengan orang asing.

"Boleh aku lihat?", tanya pemilik manik safir. Mencoba menghilangkan atmosfir canggung diantara mereka dengan meminum coklat panas buatan sang adik.

Solar mengangguk kecil dan berdiri untuk mengambil berkas perkuliahannya sebagai calon mahasiswa baru di kampus pilihan sang ayah yang tak lain ialah tempat dimana para saudaranya berada.

Boboiboy Solar_You Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang